45. Intrik

1.4K 153 39
                                    

"Jadi aku menyewa apartemen milikmu ya?" Camelia merebahkan kepalanya di atas tangan Junno yang terlipat. Dan kini mereka sudah beralih ke tempat tidur yang awalnya hanya muat untuk satu orang saja.

Tetapi keduanya memutuskan untuk menghabiskan malam itu bersama dan membicarakan banyak hal.

"Ya."

"Dan kamar itu adalah tempatmu membunuh selingkuhan mantan istrimu?"

Junno menganggukkan kepala.

"Tapi kenapa rasanya biasa saja?"

"Apa maksudmu dengan biasa saja?"

"Seperti kamar pada umumnya. Bahkan terlihat nyaman."

"Itu karena kau tidak tahu cerita sebelumnya. Tapi kalau sudah tahu, entah bagaimana nanti?"

"Itu mudah. Aku tidur di sini saja denganmu." Camelia tertawa.

"Kasurnya sempit." Junno mulai salah tingkah.

"Tidak kalau kita berdekatan seperti ini." Dan Camelia bergeser sehingga jarak di antara mereka menghilang.

"Ya, benar." Lalu Junno memutar bola matanya, yang membuat Perempuan itu tertawa lagi.

"Lalu bagaimana dengan nasib mantan istrimu setelah itu?"

"Entahlah, aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi setelah itu. Entah dia jadi gila atau apa, aku tidak tahu."

"Sialan!" Camelia tertawa sambil menepuk paha Junno dengan keras. "Kejam sekali kau ini!"

"Terkadang sisi kejammu muncul ketika sesuatu mengusik harga dirimu. Dan kau tidak akan bisa mengendalikannya meski kau mampu."

Camelia terdiam.

"Aku berjuang mati-matian menantang maut untuk menyelamatkan negara di mana dia tinggal, mempertaruhkan nyawa demi tanah air untuk menghalau para pengacau dari rencana mereka untuk berkuasa. Tapi apa yang aku dapatkan ketika pulang malah membuatnya terasa sia-sia. Kau pikir apa yang mungkin aku lakukan? Bertepuk tangan dan menyemangati mereka? Yang benar saja."

"Sama seperti halnya Delisa yang jika menemukan suaminya meniduri perempuan lain, kira-kira apa yang akan dia lakukan? Menerimanya saja dengan senang hati? Aku rasa dia gila jika begitu."

Camelia semakin kehilangan kata-kata.

"Atau posisikan dirimu seperti dia. Bagaimana jika suamimu melakukan hal yang sama? Apa kau akan diam saja? Aku rasa tidak." Junno terkekeh.

"Aku bukan orang yang bisa menutupi hal-hal semacam itu, atau mentolerir apa yang kau lakukan karena memang salah. Tapi untukmu sepertinya ada pengecualian. Tapi aku tidak bisa juga berpura-pura dan mengatakan hal-hal lembut, karena inilah aku, Mel. Herjuno Abyaksa tidak akan pernah menggunakan topeng dan bermulut manis meski itu pada perempuan yang paling dia cintai sekalipun. Salah tetaplah salah."

Camelia memindai manik kelamnya yang berkilauan ditimpa cahaya dari lampu di langit-langit kamar.

"Dan mulutku akan kurang ajar jika sesuatu tak berjalan sesuai dengan pemikiranku."

Perempuan itu kemudian tertawa.

"Apa yang kau tertawakan? Kau merasa ada sesuatu yang lucu?" Junno mengerutkan dahi.

"Tidak, hanya saja …."

"Kau tidak takut kepadaku setelah mengetahui siapa aku?"

"Hum?"

"Aku pernah membunuh seseorang."

"Apa kau akan membunuhku juga?" Camelia balik bertanya.

"Apa salahmu padaku?"

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang