84. Pulang

1K 163 18
                                    

“Ini bahkan baru lima hari tapi kau sudah pulang. Ada apa?” Garin berdiri di dekat pintu kedatangan penumpang. 

Hari sudah sore waktu Jakarta tetapi dia harus menjemput Junno yang ternyata pulang dari acara bulan madunya lebih awal.

“Tutup mulutmu! Aku sedang tak minat bicara sekarang ini.” Orang yang dimaksud menjawab sambil mengenakan kacamata hitamnya, begitu juga yang dia lakukan pada Camelia.

“Adam di mana?” tanya nya kemudian.

“Di atas, sedang mengintai.” Garin mengarahkan telunjuknya, lalu pandangan Junno beralih saat sosok Adam muncul dari bagian atas gedung bandara sambil menempelkan ponsel di telinga. Kemudian ponsel Garin berbunyi.

“Ya? Baik.” Panggilan itu berlangsung singkat. “Sebaiknya kita cepat pergi sebelum bandara kembali ramai. Dan jika orang-orang mengenali Camelia maka kegaduhan akan terjadi.” Pria itu memberitahukan.

Junno menganggukkan kepala kemudian meraih tangan Camelia, selanjutnya mereka segera berjalan menuju pintu keluar setelah memastikan dua koper dan tas bawaannya aman.

“Camelia?” Seseorang mengenali Camelia yang menyebabkan beberapa orang lainnya menoleh. “Camelia Abigail?” teriaknya sehingga perhatian hampir semua orang yang ada di tempat itu beralih. Dan secara kebetulan hal itu juga menarik perhatian beberapa wartawan yang entah mengapa ada di sana.

“Cepat, cepat!” Garin memberi isyarat pada seseorang yang sudah siap di dekat mobil sedangkan Junno menggiring Camelia, yang tiba-tiba saja menjadi target beberapa orang yang diantaranya adalah wartawan.

“Mbak Camelia, bisa minta waktunya sebentar, Mbak?”

“Mbak Camelia!” Teriakan-teriakan semacam itu kemudian menjadi pemicu kegaduhan, apalagi wartawan yang sepertinya memang berasal dari media hiburan terus mengejar.

“Mbak Camelia bisa minta tanggapannya soal foto dan video dengan pak Bima, Mbak?”

“Apa perselingkuhan itu memang terjadi?”

“Sudah ketemu dengan pak Bima?”

“Bagaimana dengan bu Delisa?”

Mereka berhasil masuk ke dalam mobil yang sudah Garin siapkan kemudian segera pergi tanpa memberikan keterangan sama- sekali.

***

“Mereka masih mengejar?” Junno masih memperhatikan jalanan di belakang di mana lalu lintas cukup ramai.

“Sepertinya tidak, mereka tertinggal jauh di belakang.” Garin menatap aplikasi pengintai di dashboard yang menunjukkan situasi di belakang mobil. Lalu melirik mobil yang maju membersamai mereka yang berisi Adam dan Rama. “Jadi, ke mana kami harus membawamu?” tanya nya kemudian.

“Ke alamat yang sudah aku kirimkan saja langsung.” Junno menjawab.

“Tidak ke asrama?”

“Tidak. Aku kasihan padamu jika harus sering-sering melihat kami bermesraan.”

“Ck!” Garin berdecak kemudian memutar bola matanya.

“Kau tidak apa-apa?” Lalu Junno beralih pada Camelia yang terdiam di sampingnya.

“Tidak. Hanya saja perutku ….”

“Perutmu kenapa?” Pria itu segera bereaksi dengan menyentuh perut Camelia.

“Agak sakit di sini, mungkin karena tadi lari-lari?”

“Oh, maafkan aku. Seharusnya tadi aku menggendongmu, ya?”

Camelia sedikit tertawa sambil menepuk dada Junno, sedangkan Garin yang mendengar percakapan itu kembali berdecak kesal.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang