72. Pulang Kampung

1.2K 175 23
                                    

Dua wajah teduh itu menyambut mereka di ambang pintu setelah menempuh perjalanan jauh. Dan perempuan yang diduga sebagai ibunya Junno perlahan menyunggingkan senyum saat mengenali putranya yang akhirnya pulang setelah bertahun-tahun tak bersua.

“Junno!!” Surati, sang ibu bergegas memeluk anak laki-lakinya yang begitu dia rindukan. “Kenapa baru pulang, Nak? Ibu sangat merindukanmu!” dia memeluknya erat-erat.

“Ibu sehat?” Sedangkan Junno meraih tangan dan menciumnya dengan takzim, sebelum akhirnya dia membiarkan sang ibu memeluknya lagi.

“Sehat, Nak. Bagaimana denganmu? Kenapa baru ke sini?”

Junno hanya tersenyum kemudian dia melirik sang ayah yang masih berdiri di ambang pintu, seakan tidak percaya putranya pulang ke rumah.

“Dan ini?” Surati beralih pada Camelia yang berdiri dengan tatapan terharu. Hatinya menghangat saat melihat adegan di depan mata kala si ibu yang memeluk anak laki-lakinya dengan penuh kasih sayang. Sesuatu yang sangat jarang dia temukan terutama di dalam keluarganya.

“Ini Camelia, Bu.”

“Camelia?”

“Ya. Ibu tidak kenal? Di Jakarta dia cukup terkenal.”

Sang ibu mengerutkan dahi.

“Tidak ya? Tidak apa-apa. Hahaha.” Junno tertawa. “Tapi yang pasti dia adalah calon istriku.” Dia melanjutkan yang membuat perempuan paruh baya itu membelalakan mata.

“Apa?”

“Ya. Calon istri.”

“Kamu serius? Baru pulang setelah dipenj ….” Surati sempat menahan ucapannya dan menutup mulut dengan tangan.

“Keluar dari penjara aku bertemu dia, bekerja dengannya lalu kami memutuskan untuk menikah.” Junno menjelaskan.

Surati menatap putranya dan perempuan cantik yang dibawanya secara bergantian. Sepertinya dia pernah melihat perempuan ini, tapi di mana ya? Begitu pikirnya. “Kamu sungguh-sungguh, Nak?” Dia meyakinkan saat Camelia pun mencium punggung tangannya.

“Saya Camelia, Bu. Apa kabar?”

“Gusti Allah! Wajahmu cantik, suaramu merdu. Dapat dari mana bidadari seperti ini?” Segera saja Surati memeluk Camelia seperti dia memeluk Junno sebelumnya, yang membuat sang artis terkejut tetapi dia membiarkan perempuan itu melakukannya.

Rasanya nyaman dan menyenangkan. Camelia bahkan merasa senang dengan perlakuan tersebut melebihi apa yang pernah dia alami.

“Bagaimana bisa kamu mau Junno nikahi? Tidak tau kalau dia pernah dipenjara? Tidak takut?” Setelah beberapa detik Surati baru melepaskannya.

“Dia bahkan tau kalau aku menembak mati selingkuhan istriku. Tapi tidak ada takut-takutnya, malah nempel terus.” Junno sedikit mencibir yang membuat Camelia memukul pundaknya dengan keras.

“Aww! Kenapa kau memukulku?” protesnya yang ternyata mendapat respon serupa dari sang ibu.

“Dasat anak nakal! Tidak ada malu-malunya sudah membunuh orang!”

“Siapa suruh dia menginjak dan menghina harga diriku? Masih untung Lingga tak ikut aku tembak juga, kalau saja ….”

“Ehmmm!” Dehaman keras dari ambang pintu menghentikan percakapan dan ketika orang tersebut menoleh secara bersamaan.

“Masuk dulu temui ayahmu! Dan bicaralah dengannya!” Surati merebut tas dari tangan Camelia kemudian menggandeng perempuan cantik itu menghampirin suaminya.

“Junno pulang membawa calon istri, Pak.” Lalu dia berbicara pada suaminya.

“Camelia.” Lalu orang yang dimaksud segera memperkenalkan diri dan melakulan hal sama seperti pada Surati sebelumnya.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang