50. Kencan

1.4K 145 26
                                    

Junno merapatkan topi dan membenahi letak kacamata hitam yang dikenakan oleh Camelia. Lalu seperti biasa, memakaikan masker untuk menutupi sebagian wajahnya juga.

"Kenapa aku masih harus menggunakan ini juga? Padahal bukankah kita diminta terang-terangan tampil di publik?" Perempuan itu bertanya.

"Jangan terlalu terang-terangan juga, tapi biarkan orang-orang merasa penasaran." Junno menarik rambut panjang Camelia sehingga menutupi sebagian wajahnya.

"Kau tahu? Agar ini tampak natural dan tidak dipaksakan." Pria itu melanjutkan.

Camelia menatap wajah tegas pria itu lekat-lekat. Entah mengapa dia merasa hal ini begitu membuatnya bersemangat.

Tak ada ketakutan akan pandangan publik atau prasangka khalayak ramai tentang dirinya ataupun apa yang saat ini sedang ia jalani. Yang ada hanya perasaan gembira saja.

Lalu dia terkekeh.

"Apa yang kau tertawakan?" Kini Junno yang bertanya.

"Entahlah, tapi ini rasanya lucu juga."

Pria itu tersenyum.

"Nah, sekarang kau sudah siap," katanya yang hampir membuka pintu mobil.

"Tunggu!" Namun Camelia menahan tangannya.

"Apa lagi …."

Tiba-tiba saja perempuan itu menarik leher Junno dan mendongakkan wajahnya sehingga bibir mereka bertemu. Dan kecupan lembut pun dia berikan kepada pria itu yang tiba-tiba saja membeku.

"Nah, sekarang aku sudah siap." Kemudian ia tersenyum.

"Umm …." Untuk beberapa saat Junno terdiam, tetapi dehaman sopir di bagian depan mobil membuyarkan lamunannya.

"Eee … baiklah." Lalu dia turun dan berjalan memutar ke bagian kiri untuk membukakan pintu bagi Camelia.

Dan sebuah area terkenal di mana tempat bergaulnya kalangan milenial Jakarta  menjadi pilihan mereka untuk berkencan sekaligus menjalankan misi pertama dari sandiwara yang memang sudah diatur pada awalnya.

Dua orang itu melangkah bersisian dan Camelia seperti biasa berpegangan pada lengan pengawalnya.

Meski keduanya berusaha untuk tidak terlalu mencolok, namun pada kenyataannya tetap saja menarik perhatian orang- orang. Dan beberapa dari mereka bahkan mengarahkan lensa kamera pada ponselnya pada dua orang itu.

Mereka berhenti di depan sebuah tempat makan outdoor dan memilih kursi yang terletak di sudut sebelum akhirnya Junno memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Apa yang kau mau?" Pria itu menatap buku menu yang disodorkan.

"Entahlah, terserah padamu." Camelia yang melepaskan maskernya pun menjawab.

"Hmm …." Pria itu kemudian menunjuk dua jenis makanan dan minuman pertama yang dilihatnya, sehingga pelayan pun pergi untuk menyiapkan apa yang mereka pesan.

"Permisi?" Seorang perempuan paruh baya mendekati Camelia.

"Ya?" Junno segera sigap bermaksud menghalaunya yang datang bersama dua orang lainnya.

"Apa ini Camelia Abigail?" tanya nya dengan ragu-ragu.

"Benar." Camelia menjawab.

"Aaa … senang sekali. Maaf, Mbak Camelia bisa saya minta foto bersama? Saya dan teman-teman penggemar beratnya Mbak Mel." ucap perempuan itu dengan gembira.

"Eee …." Dan Camelia segera menoleh ke arah Junno yang segera bangkit.

"Maaf, Bu. Kami sedang …." Namun Camelia segera memberinya isyarat dengan tangan.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang