90. Mood

1K 166 18
                                    

“Tidak ada yang perlu dicemaskan. Kecuali psikis Camelia yang harus selalu dijaga.” Syahira memilih untuk menari Junno ke sisi lain ruangan setelah dia selesai melakukan pemeriksaan sentara Camelia masih memejamkan matanya di bangsal pemeriksaan.

“Aku berusaha sebisaku, tapi situasi ini dan segala permasalahannya kadang membuatku khawatir.”

“Itu normal. Sebagai seorang suami sudah sepatutnya kau merasakan itu, kecuali kau orang gila.” Perempuan itu tertawa.

“Oh, kau tidak tau segila apa aku sekarang. Menghadapi orang-orang itu rasanya ingin mengamuk saja.”

“Sabar, Pak. Ini bukan medan perang. Kau harus menghadapinya dengan kepala dingin agar semuanya berjalan lancar. Tenanglah. Kau kan tidak sendirian.”

“Memang, tapi kadang aku ingin sekali membungkam mulut mereka. Setiap berita yang muncul semakin hari semakin bertambah parah saja.”

“Namanya juga dunia entertain. Gosip kalau tidak digoreng ya tidak laku. Apalagi Camelia itu sangat terkenal, semua hal pasti dikorek sedalam mungkin bahkan sampai ke hal yang menurut kita tidak penting.”

“Ya, memang.”

“Dan dalam hal ini memang kau yang harus kuat. Hanya dia yang kau punya, kan?”

Junno mengangguk-anggukkan kepala.

“Makanya, kau tidak boleh lengah sama sekali. Trabas saja, sudah terlanjur terjun kan?”

“Ya, memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan? Memang ini tadinya aku yang mendorong Camelia untuk mengaku, kan? Tapi tidak menyangka kalau keadaannya akan sekacau ini.”

“Tapi bagian terbaiknya adalah kau sudah mengetahui soal skandal ini sebelumnya. Setidaknya kau tau apa yang harus dilakukan.”

“Ya, memang.” 

“Sekarang ajaklah Camelia pulang. Sepertinya dia sangat butuh istirahat.” Syahira melirik ke arah Camelia yang perlahan membuka mata.

“Ya. Kegiatan hari ini di kantor polisi memang melelahkan. Apalagi kami harus menghadapi wartawan, mau tidak mau aku harus menjawab pertanyaan mereka.”

“Ya itulah resikonya jadi suaminya artis. Kau harus siap pasang badan untuk istrimu.”

“Hmm … Oh iya, soal muntah-muntah di malam hari itu memang normal atau penyakit? Aku khawatir karena setiap malam dia begitu.”

“Gejala di trimester pertama memang begitu. Pagi, siang, sore, malam, kapan saja kalau hormonnya sedang naik ya semuanya ikut naik.”

“Termasuk mood juga?”

“Kadang ya. Kenapa? Dia cengeng, manja atau menyebalkan?”

“Camelia marah-marah terus.” Junno berbisik sambil sedikit mencondongkan tubuh ke arah Syahira.

“Marah-marah?”

“Ya. Padahal seharian sama-sama terus tapi kalau mau tidur aku diusir. Katanya wajahku membuatnya jengkel.”

Syahira hampir saja menyemburkan tawa tetapi cepat dia tahan saat melihat raut wajah Junno yang tampak tidak senang.

“Apa semua perempuan hamil menyebalkan seperti itu?”

“Aku tidak. Aku malah mau tetap dengan suamiku terus. Makanya waktu ditinggal tugas aku sering menangis. Rasanya seperti kurang perhatian.”

“Tapi kenapa  Camelia seperti itu ya? Apa ada yang salah?”

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang