Camelia menjatuhkan bokongnya di atas rumput taman apartemen setelah berlari mengelilingi track pejalan kaki di area itu. Begitu pun Junno yang ikut setelahnya dia menyerah untuk membujuk perempuan tersebut.
"Tidak bisa dibayangkan kau melakukannya setiap hari, menjelang pagi dan lebih lama dari yang aku lakukan." Dia merentangkan kedua kakinya yang terasa lemas.
"Ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan latihan lainnya. Dan lari adalah kegiatan yang paling memungkinkan untuk dilakukan sekarang."
"Ya, untukmu. Tapi bagiku ini terasa menyiksa." Camelia menyentuh kedua lututnya.
"Baru dua putaran, ayo kita lanjutkan?" Junno bangkit dari duduknya.
"Tidak mau, aku capek." Namun Camelia menolak.
"Katamu kau mau olah raga?"
"Ya, tapi tidak begini juga."
"Hah, terserahlah. Aku tinggal ya?" Pria itu mundur menjauh dan dia bersiap untuk kembali meneruskan kegiatan larinya.
"Tapi Junn, di sini masih gelap." Camelia bereaksi.
"Ya aku tahu." Junno berteriak.
"Kau mau meninggalkan aku?"
"Bukan aku, tapi kau yang mau aku tinggalkan." Junno mulai berlari.
"Tidak! Aku takut kalau sendirian." Yang akhirnya membuat perempuan itu mengejarnya juga, dan Junno pun tertawa karenanya.
Mereka berdua kembali mengelilingi track pejalan kaki, namun kali ini lebih santai. Meski begitu, Camelia tetap tertinggal dan dia berusaha mensejajari langkah Junno.
"Sudah sudah, stop! Aku tidak kuat lagi." Camelia lagi-lagi menyerah, dan dia berhenti seraya membungkukkan tubuh dengan kedua tangan di lutut.
Napasnya tersengal-sengal dan dia terhuyung sebelum akhirnya Junno menahan dengan kedua tangannya.
"Sepertinya aku terlalu memaksamu ya?" Junno sedikit tertawa, lalu dia berjongkok untuk memeriksa perempuan itu.
"Serius, aku tidak bisa lagi." Dan akhirnya dia pun jatuh terduduk dengan kaki gemetaran.
Pria itu tertawa lagi dan dia membantu Camelia meluruskan kedua kakinya.
"Ini karena kau malas berolah raga. Coba kalau rajin, pasti tidak akan seperti ini." Dia memijat kaki jenjang yang terbungkus celana olah raga itu pelan-pelan.
Junno memutar pergelangan kaki Camelia, kemudian merenggangkannya secara bergantian. Lalu setelah beberapa saat dia memeluknya perlahan.
"Yang aku tahu hanya pergi syuting, pemotretan, terus istirahat. Mana ada waktu untuk olah raga? Bikin lelah saja." Perempuan itu menjawab.
"Itulah salahnya. Sebab olahraga juga bisa menjadi bentuk relaksasi tubuh. Kau tahu, keringat yang keluar bisa menjadi sarana untuk membuang toxin."
"Hmm …." Camelia hanya menggumam, tetapi dia mencuri pandang pada pengawalnya tersebut.
Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman samar dan hatinya terasa menghangat. Segala perlakuan Junno terhadapnya membuat dia merasa istimewa, meski pria itu tak menunjukkannya secara berlebihan.
Junno bahkan berusaha bersikap biasa saja setelah interaksi mereka yang cukup intens semalam dan pria itu tak berusaha memanfaatkan dirinya sama sekali. Padahal jika dia mau ada banyak kesempatan untuk menjadi alasan.
"Sudah, apa sekarang kau merasa baikan?" Junno menghentikan apa yang dia lakukan kemudian beralih menatap Camelia.
Perempuan itu sedikit tersentak karena Junno memergokinya tengah menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...