37. Rahasia

2K 134 22
                                    

Camelia baru saja akan masuk ke dapur ketika di saat yang bersamaan Junno hendak keluar. Mereka hampir saja bertabrakan jika saja pria itu tak sigap menahan langkah meski wajah mereka hampir saja saling beradu.

"Junn!" Perempuan itu setengah berteriak dengan nada suara yang terdengar kesal.

"Mana aku tahu kalau kau akan masuk?" Pria itu menyahut seraya bergeser ke samping dan memberikan Camelia jalan.

Perempuan itu melenggang ke dalam dapur sambil menyambar gelas di rak, kemudian dia menuangkan air dari dispenser dan meneguknya dengan cepat. Sementara Junno segera menuju kamarnya dengan secangkir kopi di tangan.

Camelia memperhatikan dari balik gelas yang isinya dia teguk, lalu otaknya berputar memikirkan banyak hal.

Sudah beberapa jam sejak interaksi intim mereka, tetapi keduanya belum berbicara dengan benar. Entah itu basa-basi atau hal lainnya seperti saling bertegur sapa selain Camelia yang selalu misuh-misuh setiap kali berhadapan dengan Junno.

Entah ada apa dengan dirinya, padahal ini tak ada apa-apanya selain dia yang merasa sebagai bentuk ketidak sengajaan saja.

"Astaga! Ini tidak bisa dibiarkan!" Perempuan itu bergumam seraya mengusap wajahnya, kasar.

***

Berjam-jam lamanya Junno duduk di depan laptop, sekedar untuk memeriksa apakah ada video yang tertinggal atau semacamnya? Padahal sudah tiga kali ia memeriksa rekaman pada cctv di ruang tengah apartemen tetapi tetap tak menemukannya.

Itu melegakan karena tidak akan berpotensi tersebar dan menjadi skandal, setidaknya tidak akan menimbulkan hal memalukan lainnya setelah ini.

Jika tidak, maka akan segera terjadi kehebohan jika saja video keintimannya dengan Camelia tersebar secara luas. Dan dia baru menyadarinya setelah berjam-jam berlalu.

"Hhhhh …." Pria itu menghembuskan napas lega seraya menempelkan punggungnya pada sandaran kursi dengan kedua tangan menopang belakang kepala. Namun pandangannya tak dia alihkan dari layar laptop di depannya.

Junno memperhatikan salah satu kotak layar yang menampilkan gambar keadaan di ruang tengah, di mana ia melihat Camelia sedang mondar-mandir.

Dia mengerutkan dahi, kemudian beralih mencondongkan tubuhnya ke arah laptop agar dapat melihat layar lebih jelas.

"Hmm … apa yang sedang kau lakukan?" gumamnya sambil memperbesar tampilan layar.

Perempuan itu tampak sedang mondar-mandir di depan kamarnya, dan dia terlihat seolah tengah berbicara sendiri. Kedua tangannya bergerak-gerak seperti ia tengah memperagakan sesuatu, dan mulutnya pun tak tinggal dia.

Kemudian Junno melirik ke arah pintu ketika dia mendengar suara ketukan.

"Junn?" Dan suara Camelia lah yang pertama kali terdengar.

"Junno, boleh aku masuk? Ada sesuatu yang ingin aku bicaraka. Umm … tidak! Maksudku kita perlu berbicara." Perempuan itu berujar.

Junno tak segera menjawab, namun memilih untuk lebih memperbesar lagi tampilan layarnya sehingga dia dapat menatap wajah Camelia lebih dekat.

"Junn?" panggilnya lagi dan membuat pria itu tersadar dari lamunan.

"Junn, aku …."

"Ya." Akhirnya Junno pun bangkit dan  membuka pintu sehingga mereka segera saling bertatapan.

"UM … bisakah kita bicara sebentar?" Camelia mengulang pertanyaan.

"Ya?" Pria itu sedikit melebarkan pintu kamarnya sehingga Camelia bisa melihat ke dalam, dan tampaklah apa saja yang ada di ruangan yang tak terlalu besar itu.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang