12. Imagine Jun

25.1K 2.3K 13
                                    

"Tante, bagaimana kabar Jun?" Lagi-lagi kau berkunjung ke rumah sakit yang merawat kekasihmu untuk menengoknya.

"Sudah jauh lebih baik." Ibunya Jun tersenyum lembut padamu. "Junhui sangat beruntung memiliki kekasih sepertimu."

"Ah, Tante bisa saja." Ujarmu tersipu malu.

Setelah berbincang panjang lebar dengan ibunya, kau mengantarnya ke lobby rumah sakit untuk pulang dan beristirahat. Kau segera kembali ke tempat Jun di rawat dan kau masuk ke kamarnya dengan hati-hati.

"Hy (Y/n)." Kau menoleh ke arah suara itu berasal dan menemukan Jun sedang duduk di kasurnya sambil menatapmu. Sebuah buku berada di pangkuannya menandakan bahwa ia baru saja membaca buku itu.

"Hy Jun!" Sapamu ceria. "Bagaimana keadaanmu?"

"Aku merasa sehat." Ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Syukurlah." Kau duduk di kursi yang berada di samping ranjang Jun lalu menggenggam tangannya.

"(Y/n)." Panggil Jun tiba-tiba.

Kau menoleh ke arahnya dan kau menyadari bahwa wajahnya dekat sekali dengan wajahmu.

"A..ap..apa?" Ujarmu terbata-bata. Jantungmu berdegup dengan sangat kencang dan keras.

"Aku merindukanmu." Ia membisikan kedua kata itu lalu menjauhkan dirinya darimu dengan senyum lebar.

Kau tak bisa berkata-kata dan hanya bisa melongo melihatnya hingga suara tawa Jun menyadarkanmu bahwa kau baru saja di kerjai olehnya.

"JUN!" Serumu sebal.

Ia mengacak-acak rambutmu dengan ganas sambil tertawa.

"Tapi serius (Y/n). Aku benar-benar merindukanmu." Ujarnya dengan wajah serius setelah ia berhenti tertawa.

Jantungmu kembali melompat-lompat tak karuan.

"Kau baru melihatku kemarin kan." Ujarmu pura-pura tenang."

"Iya, tapi aku tetap merindukanmu." Ia mengelus wajahmu dengan sangat lembut. "Aku ingin cepat-cepat keluar dari sini dan kembali ke rutinitasku yaitu mengagumimu dari tempatku bekerja."

Kini wajahmu merona. Kau tahu benar kalau Jun selalu memperhatikanmu saat kalian bekerja di cafe. Bahkan saat jam istirahat kalian menghabiskan waktu bersama di taman belakang cafe.

"Jun, aku tidak keberatan untuk di kagumi olehmu tapi kau harus sembuh dulu." Ujarmu dengan susah payah.

Tiba-tiba Jun menarik tanganmu hingga kau mau tak mau berdiri dan duduk di atas ranjang bersamanya. Lalu ia menempelkan tanganmu di keningnya.

"Aku sudah sembuh! Suhu badanku juga sudah turun." Ujarnya sambil menatapmu lembut.

"Aku tahu tapi kan..."

Kali ini Jun memelukmu dengan sangat erat.

"Aku sangat merindukan saat-saat di mana aku bisa memelukmu dengan bebas seperti ini." Ujarnya di balik rambutmu.

"Jun, kalau kau sudah sembuh dan boleh pulang aku akan membiarkanmu untuk memelukku sepanjang hari."

"Benarkah? Kau janji?" Ia melepaskan pelukannya dan menatapmu dalam-dalam.

Kau terkekeh geli lalu mengangguk.

"Kalau begitu aku akan segera meminta dokter untuk mengizinkanku pulang." Serunya dengan senyuman lebar.

Kau hanya bisa tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil. Kau kembali ke kursimu sebelum Jun sempat menahanmu untuk diam di ranjangnya.

"Oh iya, buku apa yang kau baca itu?" Tanyamu penasaran.

"Ini?" Ia mengacungkan buku yang tadi sempat di bacanya dan di lupakan begitu saja. "Tentang seorang perempuan yang menunggu kekasihnya pulang merantau."

Kau meraih buku itu dan membaca sinopsis di belakang buku itu. Kau tidak menyadari bahwa Jun sedang memperhatikanmu dengan sangat lembut.

"(Y/n)!" Panggilnya.

"Hm?" Saat kau mendongak ia mencium keningmu dengan sangat lembut.

Kau membelalakan matamu. Lagi-lagi jantungmu kembali berdetak kencang. Wajahmu terasa panas dan sudah pasti saat ini wajahmu sangat, sangat dan sangat merah.

"Imutnya.." Seru Jun.

"Ah, Juuuun..." Kau menyembunyikan wajahmu di balik buku.

"Aku beruntung punya pacar sepertimu." Ujarnya lembut.

Dengan malu-malu dan suara pelan kau pun membalas, "Aku juga."

Seventeen Imagine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang