124. Vernon

13.2K 1.1K 14
                                    

Requested by AyaBadai Bulkamp real__oreo hansolvc_luki

"Dokter Jung, anda tidak apa-apa?" Seorang perawat bertanya padamu yg berjalan lunglai ke ruang kerjamu.

Kau mengangguk dengan senyum tipis lalu melambai sambil berlalu.

Kau membuka pintu ke ruanganmu tersebut yang gelap dan melepaskan jas dokter yang kau pakai tanpa berniat untuk menyalakan lampu.

Saat kau menggantung jasmu di tempatnya sebuah tangan melingkar di pinggangmu, membuatmu terlonjak kaget. Namun saat kau mencium wangi yang sangat familiar bagimu kau pun tersenyum sumpul.

"Hansol?"

"Um?" Jawabnya tepat di telingamu.

Kau menyandarkan tubuhmu pada tubuh Hansol.

"Aku merindukanmu." Gumam Hansol.

"Aku juga." Jawabmu seraya menutup mata. Rasa lelah dan kantuk yang sedari tadi kau rasakan menjadi semakin kuat karena kenyamanan dan kehangatan dari Hansol. "Ah, berada dalam pelukanmu selalu membuatku mengantuk."

"Kalau begitu tidurlah. Kudengar kau belum pulang ke rumah selama 4 hari?" Ujar Hansol seraya mengarahkanmu ke sofa panjang didepanmu.

"Memang." Gumammu.

Hansol melepaskan pelukannya dan duduk di sofa. "Kemarilah."

Kaupun menurut. Kau berbaring dengan paha Hansol sebagai bantalmu. Kau menatap wajah Hansol dalam kegelapan.

"Kenapa kau kemari?" Tanyamu.

Hansol tersenyum lembut lalu tangannya mulai memainkan rambutmu.

"Karena aku merindukanmu." Jawabnya.

"Kau bisa meneleponku bukan?"

"Tapi kau tidak mengangkatnya."

"Ah... maaf."

Hansol terkikik geli. "Tidak masalah, pada akhirnya aku tetap dapat melihatmu."

Semakin lama, kau semakin mengantuk karena tangan Hansol terus memainkan rambutmu. Tak lama kemudian kaupun tertidur.

"Aigoo, cepat sekali ia tidur." Gumam Hansol.

Pekerjaanmu sebagai seorang dokter memang membuatmu sangat sibuk dan kelelahan. Tak hanya itu, sebagian besar waktumu kau habiskan di rumah sakit sehingga kau jarang bertemu dengan orang tuamu bahkan dengan pacarmu sendiri.

Untunglah Hansol sangat mengerti kesibukanmu sehingga ia tidak terlalu banyak protes mengenai jarangnya kalian bertemu.

Setelah 2 jam tertidur, kau terbangun dan merasa lebih segar. Kau membuka matamu secara perlahan dan kau langsung melihat wajah Hansol yang sedang bermain handphone.

"Sudah bangun?" Tanyanya dengan senyum mengembang di wajahnya seraya meletakan handphonenya.

"Ung." Jawabmu singkat.

"Merasa lebih baik?" Tanyanya.

"Jauh lebih baik." Jawabmu sambil tersenyum.

Kaupun segera bangun dan merapihkan rambutmu sedangkan Hansol merenggangkan badannya.

"Maaf ya, pasti pegal." Ujarmu dengan perasaan bersalah.

Hansol hanya tersenyum simpul padamu lalu tangannya meraih wajahmu.

"Rambutmu belum rapih." Ujarnya geli seraya menyingkirkan beberapa helai rambutmu yang berada di pipimu.

Ia lalu menyisir rambutmu dengan jari-jarinya dan kau mengedarkan pandanganmu ke segala sisi, berusaha menghindari tatapan Hansol.

Hansol tersenyum geli melihat tingkahmu sebelum berdeham, membuatmu menatapnya.

"Kau jahat sekali. Kenapa kau mengalihkan pandanganmu? Apa kau tidak merindukan wajah ini?" Goda Hansol.

Kau mengerjabkan matamu seraya terbatuk kecil.

Hansol tersenyum sebelum mendekatkan wajahnya padamu. Ia menatapmu lama mulai dari mata hingga bibirmu.

"Aku merindukan pantulan wajahku di matamu yang indah, aku merindukan pipimu yang sering merona saat berada di dekatku, aku merindukan hidungmu yang sering kucium, dan aku merindukan bibirmu yang terus memanggil namaku ketika kita berkencan." Ujarnya seraya menyentuh mata, hidung, dan pipimu.

Ia lalu menatap bibirmu dan mendekatkan bibirnya pada bibirmu. Kau menutup matamu rapat-rapat dan ketika bibirmu dan bibirnya bertemu, kau meraih kaosnya dan menggenggamnya erat-erat.

Hansol tersenyum ketika ia menjauh darimu namun kau masih menutup matamu.

"Ah, aku merindukanmu." Ujarnya seraya memeluk tubuhmu.

"Aku juga." Jawabmu sambil tersenyum.

Saat kau berada dalam pelukan Hansol kau secara tidak sengaja melihat ke arah jam yang menunjukan pukul 19.47. Kau membelalakan matamu dan langsung mendorong tubuh Hansol.

"Oh ya ampun. Aku ada jadwal operasi jam 8.20." Serumu panik.

Kau langsung bangun, merapihkan bajumu dan meraih jas doktermu.

"Hansol-ah, aku harus pergi sekarang. Sampai bertemu lusa." Ujarmu cepat seraya berjalan ke arah pintu.

"Sampai bertemu." Balas Hansol. "Hei (Y/n), kau melupakan handphonemu!"

Kau langsung berbalik dan mengambil handphonemu yang entah sejak kapan ada di tangan Hansol lalu segera berlari ke luar ruangan.

Hansol pun ikut keluar dan mengamatimu yang sedang berbicara dengan seorang perawat dari kejauhan sebelum kau pergi begitu saja.

"Jung (Y/n) hwaiting!" Bisik Hansol dengan senyum lembut sebelum menutup pintu ruang kerjamu dan berjalan menjauh.

♡♡♡♡

Done
Semoga suka ya..
Btw aku lgi siapin imagine edisi natal loh..
Tpi aku postnya nanti pas hari minggu yaitu tanggal 25 Desember pas hari natalnya ^^

Tpi aku postnya nanti pas hari minggu yaitu tanggal 25 Desember pas hari natalnya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seventeen Imagine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang