129. Joshua

13.4K 1.2K 31
                                    

Requested by akangJisoo

Kau menatap pria di hadapanmu dengan canggung. Pria yang dijodohkan oleh orangtuamu, pria yang tak lain dan tak bukan adalah dosen pembimbing tesismu, Prof. Hong Jisoo.

"Hm, jadi wanita yang dibicarakan oleh ayahku adalah kamu?"

Kau mengangguk tanpa menatap wajahnya.

"Hah.... Aku tidak menyangka bahwa aku akan dijodohkan dengan mahasiswa dari universitas tempatku bekerja." Ujar Jisoo sambil menutup matanya.

Kau menggigit bibir bawahmu dan menatapnya tanpa berbicara.

"Apa kau yang merencanakan semua ini?" Pertanyaan tiba-tiba tersebut membuatmu salah tingkah hingga hampir saja kau menumpahkan isi dari cangkir teh yang sedang kau pegang.

Kau berdeham sebelum meletakan cangkir tersebut. "Apa yang..."

"Bukankah kau bilang kalau kau memilihku sebagai dosen pembimbingmu karena kau suka padaku?"

"Memang saya menyukai anda, tapi saya tidak akan melakukan hal tersebut. Perjodohan ini diluar sepengetahuan saya." Sanggahmu cepat.

Jisoo tersenyum padamu lalu bangkit berdiri dan meraih tanganmu lalu menarikmu keluar dari cafè tersebut menuju mobilnya.

"Um, profesor?" Ujarmu bingung setelah duduk bersamanya di dalam mobil.

"Bagaimana jika kita berkencan dulu? Setelah itu aku akan memutuskan untuk menerima perjodohan ini atau tidak, lagipula aku tidak terlalu mengenalmu karena kita jarang bertemu." Ujarnya santai sebelum menyalakan mesin mobil.

"Eh? Tapi profesor..."

"Hari ini kau harus memanggilku oppa dan juga berbicaralah dengan lebih santai padaku, hari ini aku bukanlah profesor Hong." Ujarnya cepat seraya mencondongkan tubuhnya ke arahmu.

Kau menatapnya bingung terlebih ketika ia tersenyum padamu.

"Kau perlu memakai sabuk pengamanmu." Ujarnya seraya menarik sabuk pengaman yang ada di sampingmu lalu memasangkannya.

Kau sendiri menahan nafasmu ketika Jisoo berada di dekatmu dengan wajah sedikit memerah karena malu sekaligus senang.

"Punya rekomendasi tempat tujuan?" Tanya Jisoo setelah memakai sabuk pengamannya.

"Um, mungkin arena seluncur?" Jawabmu mengingat kemarin baru saja turun salju dengan deras. "Prof.. ah maksudku oppa."

Jisoo tertawa tertahan saat kau memanggilnya oppa.

Kau berdeham. "Oppa suka berseluncur?"

"Tentu, bagaimana denganmu?"

"Aku tidak bisa berseluncur tapi aku sedang belajar."

"He.... mau kuajari?"

"Benarkah?" Tanyamu senang namun ketika kau melihat wajah Jisoo yang menatapmu geli, kau segera memasang ekspresi datar. "Boleh."

Jisoo tersenyum melihat perubahan ekspresimu. "Baiklah, ayo kita berangkat."

Selama di perjalanan hingga sampai di tempat seluncur Jisoo sesekali mengajakmu mengobrol namin kau hanya menjawab singkat dan seperlunya.

"Jadi, jika kau mau berhenti kau.."

"Harus memposisikan kaki seperti huruf A bukan?" Balasmu ketika ia mulai mengajarimu teknik awal dalam berseluncur. "Aku tahu semuanya bahkan hapal di luar kepala, prof.. maksudku oppa."

"Jadi kau ingin langsung mempraktekannya?" Balas Jisoo.

Kau mengangguk.

"Kalau begitu lakukanlah, aku akan mengawasimu."

Kaupun mulai mencoba berseluncur sendiri namun tak berhasil, kau berulang kali hampir jatuh dan Jisoo selalu menahan tubuhmu agar tidak benar-benar jatuh.

"Bodoh."

Kau mendelik kesal ke arah Jisoo. "Aku tidak bodoh."

"Kalau tidak bodoh lalu apa?"

"Kalau aku bodoh aku tidak akan mengambil S2!" Balasmu.

"Aku tidak bilang kau bodoh dalam hal kepintaran!" Balas Jisoo santai. "Lihat aku baik-baik oke?"

Jisoo memposisikan tubuhnya sehingga kau dapat mencontohnya.

Kau mencoba mengikutinya namun saat kau mencoba berseluncur turun lagi-lagi kau malah terhuyung kebelakang dan lagi-lagi Jisoo menangkapmu.

"Kakimu seperti ini dan posisi tubuhmu harus sedikit condong kedepan." Ujar Jisoo seraya membenarkan posisimu dari belakang.

Tubuhnya sangat dekat dengan tubuhmu sehingga kau merasakan nafasnya di telingamu.

"Nah sekarang cobalah." Ujar Jisoo sambil mendorong punggungmu pelan.

"Eh?" Serumu ketika kau bergerak maju. "Ah! Aku bisa!"

Jisoo tersenyum kecil melihatmu yang berhasil berseluncur turun, walaupun tidak jauh.

Jisoo segera berseluncur ke sampingmu dan mengangkat tangannya bermaksud untuk toss denganmu.

Kaupun menyambutnya dengan senyum lebar, namun senyuman itu langsung hilang ketika ia menggenggam tanganmu dan menarik pinggangmu mendekat padanya.

"Oppa?"

"Hm?"

"Apa yang oppa lakukan?" Tanyamu bingung.

"Kenapa? Kau malu?"

"Bukan begitu, maksudku kita kan bukan..."

"Aku memutuskan untuk melanjutkan perjodohan ini." Potong Jisoo.

Kau membelalakan matamu tak percaya. "Hah?"

"Kau lucu dan kupikir aku tidak akan bosan denganmu, lagipula aku ingin mengenalmu lebih dekat." Jisoo tersenyum lebar sambil menatapmu. "Kenapa? Kau tak mau?"

"Bukan begitu, hanya saja...." Balasmu dengan wajah memerah. "Ini pertama kalinya seseorang menganggapku lucu."

"Benarkah? Kurasa mereka semua buta." Ujarnya seraya mendekatkan wajahnya padamu.

Sontak saja kau menutup wajahmu.

"Lihat? Reaksimu sangat unik dan itu membuatmu terlihat menggemaskan."

Kau mengintip dari sela-sela jarimu dan melihat Jisoo sedang tersenyum sambil menatapmu.

"Kita bisa mulai dengan saling mengenal satu sama lain bukan? Aku harap kau akan tetap menyukaiku setelah mengetahui siapa aku yang sebenarnya."

Kau mengerjabkan matamu berulang kali sebelum Jisoo menjauh darimu.

"Mohon bantuannya mulai dari sekarang, (Y/n)." Ujar Jisoo sebelum meraih tanganmu dan menciumnya membuat wajahmu memerah karena malu.

♡♡♡♡♡

Mungkin ini cerita tergaje yg pernah aku bikin 😂😂
Maafin klo slow update.. ku lgi ga enak badan ㅠㅠ
Semoga suka

 ku lgi ga enak badan ㅠㅠSemoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seventeen Imagine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang