148. Mingyu

15K 1.2K 98
                                    

Requested by zhoujiee WonwowChan17

"Hyung!" Suara tersebut mengagetkan orang-orang yang sedang berkumpul di apartemen Jihoon.

Orang tersebut adalah Mingyu, seorang pria yang ceroboh dan agak bodoh hanya saja tertutup oleh tampangnya yang sangat tampan.

"Mingyu-ya, sudah kubilang berkali-kali jangan membuka pintu dengan kasar dan keras! Anakku baru saja tertidur!" Omel Jihoon dan disertai oleh anggukan dari Soonyoung, Seungcheol, Seokmin dan Wonwoo.

"Tapi hyung... (Y/n)... (Y/n) baru saja menelepon..."

"Apa?" Tanya Seokmin penasaran.

"Dia kenapa?" Tambah Seungcheol.

"Kau dimarahi?" Ujar Wonwoo cuek.

"Bukan! Dia... dia..."

"Bicara yang jelas Mingyu!" Seru Soonyoung tak sabar.

"(Y/n) akan melahirkan. Ia baru saja tiba di rumah sakit." Sahut Rihyun, istri Jihoon, dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Benarkah?" Seru Seokmin dan Soonyoung bersamaan sedangkan yang lain menatap Mingyu dengan antusias.

"Apa... apa yang... harus kulakukan Hyung?" Ujar Mingyu panik.

"Cepat pergi ke rumah sakit bodoh! (Y/n) membutuhkanmu." Sahut Jihoon seraya mendorong Mingyu ke pintu depan apartemennya.

"Tapi.. kenapa ia membutuhkanku?"

Tuh kan benar, dia memang bodoh.

"Karena istrimu membutuhkanmu di ruang bersalin. Bayangkan saja bagaimana takutnya dan kesakitannya dia tanpamu!"

"Ah!" Seru Mingyu lalu ia segera berlari keluar.

"Ya, Kim Mingyu! Jaketmu!" Seru Seokmin seraya mengejarnya.

"Aku kasihan pada anaknya nanti." Gumam Seungcheol yang dibalas dengan anggukan dari yang lain.

Mingyu menyetir dengan kecepatan tinggi sehingga ia sampai di rumah sakit kurang dari 15 menit. Ia segera berlari dan mendapatkan arahan dari seorang perawat setelah menyebutkan namamu.

Ketika Mingyu datang kau sudah hampir kehilangan seluruh tenagamu. Wajahmu terlihat kesakitan dan berkeringat, namun rasa lega menghampirimu ketika kau melihat Mingyu berjalan mendekatimu.

"Maaf aku terlambat." Gumamnya lembut seraya mengusap puncak rambutmu.

Kau tersenyum lemah lalu menatap dokter yang berada di ujung ranjang.

"Anda pasti suami pasien. Tolong genggam tangan istri anda karna pasien harus berjuang untuk mengeluarkan anak anda dengan selamat."

Mingyu segera meraih tanganmu dan tersenyum lembut padamu sedangkan kau menggenggam tangan Mingyu erat-erat.

"Ya, sekarang dorong yang kuat!" Seru dokter tersebut.

Kau berusaha keras mengeluarkan anak kalian dan setiap kali kau mendorong kau menggenggam tangan Mingyu erat-erat.

Mingyu sendiri khawatir melihat kondisimu yang sangat berantakan.

"Dokter, apakah istri saya baik-baik saja?" Tanya Mingyu panik ketika nafasmu semakin pendek.

"Tidak apa, hal ini biasa terjadi pada ibu yang akan melahirkan. Ayo dorong lebih kuat. Saya sudah melihat kepala anak anda."

Mendengar perkataan dokter kau mengerahkan sisa-sisa tenagamu dan mendorong dengan kuat.

Seketika itu juga kau mendengar suara tangisan bayi yang sangat keras.

Mingyu menatapmu sejenak lalu tersenyum lega.

"Selamat, anak anda perempuan." Seru dokter seraya menunjukan anak kalian yang masih berlumuran darah pada Mingyu dan dirimu.

Kau menatap anakmu dan Mingyu dengan mata berkaca-kaca. Kau tentu saja merasa bahagia, namun tiba-tiba saja kesadaranmu menjauh dan hal terakhir yang kau dengar adalah suara Mingyu memanggil namamu disertai dengan suara tangisan anakmu.

Kau membuka matamu perlahan dan merasakan rasa sakit disekujur tubuhmu.

"Oh! (Y/n)!" Seru Mingyu tepat disampingmu, membuatmu menoleh dan mendapati dirinya sedang menangis. "Oh, syukurlah kau baik-baik saja!"

Kau mengerjabkan matamu berulang kali.

"Dia kira kau akan mati, benar-benar bodoh." Ujar orang dibelakang Mingyu, yaitu Jihoon.

"Tapi Hyung, bukankah ketika Rihyun Noona melahirkan Jikyung, Hyung juga menangis?" Isak Mingyu.

"Beda! Aku menangis karena bahagia tahu!" Ujar Jihoon kesal. "Pokoknya karna (Y/n) sudah sadar, aku mau pulang. Selamat atas kelahiran anak pertamamu (Y/n)."

Setelah melambai padamu yang mengangguk kecil, Jihoon segera berjalan keluar. Kau menatap Mingyu yang masih menatapmu cemas dan tersenyum lembut.

"Aku tidak apa-apa." Ujarmu menenangkan.

"Tapi...."

Kau menggelengkan kepalamu sambil tetap tersenyum. "Bagaimana dengan anak kita?"

"Sedang tidur di sana." Jawab Mingyu seraya menunjuk ke arah box bayi terbuat dari kaca di sampingnya. Ia berdiri dan mendorong box tersebut, membuatmu dapat melihat malaikat kecilmu berbaring di sana.

"Omo, mata dan bibirnya sama sepertimu." Ujarmu seraya memandangi anakmu dan Mingyu.

"Benarkah? Aku malah melihat bahwa ia benar-benar jiplakan dari wajahmu." Ujar Mingyu seraya mengusap sisa-sisa air mata di pipinya.

Kau tersenyum geli mendengar perkataan Mingyu. "Apa kau sudah memikirkan nama untuknya?"

"Sudah, bagaimana kalau Kim Youngmin?"

Kau menggelengkan kepalamu.

"Kalau Yoomin? Tidak?" Mingyu melihatmu menggelengkan kepalamu lalu mengerucutkan bibirnya. "Hm... bagaimana jika Chaemin? Kim Chaemin?"

"Chaemin?"

Mingyu mengangguk antusias sambil menatapmu penuh harap.

Kau merenung sejenak lalu tersenyum padanya. "Nama yang bagus."

Kau menatap anak kalian yang tertidur pulas. "Chaemin-ah." Panggilmu pelan, tanpa kau duga, Chaemin mengeluarkan suara seperti menyahuti panggilanmu.

Kau tersenyum senang begitu pula dengan Mingyu yang berjalan menghampirimu. Ia mengecup dahimu dan tersenyum lebar. "Terima kasih karena telah melahirkan Chaemin dengan selamat."

Kau tersenyum kecil. "Terima kasih juga karena telah mengkhawatirkanku."

Kau dan Mingyu saling bertatapan sebelum tatapan kalian beralih pada Chaemin dengan tangan Mingyu mengelus puncak kepalamu dengan penuh kasih sayang.

♡♡♡♡♡

Done! Semoga sukaaa 😉

Done! Semoga sukaaa 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seventeen Imagine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang