Requested by cheesegirlx
Kau menggandeng tangan kecil anak perempuanmu yang berusia 7 tahun memasuki sebuah toko bunga langgananmu.
"Seungyoon-ah, kali ini kita harus membelikan bunga apa untuk ayahmu?"
"Bunga putih!" Serunya girang sebelum melepaskan tangannya dari genggamanmu dan berlari mengelilingi toko untuk menemukan bunga yang ia inginkan.
"Selamat pagi (Y/n)-ssi." Sapa pemilik toko, Hong Jisoo, yang merupakan teman dari suamimu, Yoon Jeonghan.
"Selamat pagi oppa. Ceria seperti biasa."
"Kau juga ceria." Balasnya. "Bagaimana kabar kalian?"
"Seperti yang oppa lihat, kami baik-baik saja."
"Paman, aku mau bunga yang ini!" Seru Seungyoon keras, membuatmu dan Jisoo langsung menoleh ke arahnya.
"Oh? Yang mana?" Ujar Jisoo seraya berjalan ke arah anakmu. Kau sendiri tersenyum menatapnya sebelum beralih pada rangkaian bunga di atas meja. Rangkaian bunga yang kau pesan setiap tanggal 10 bulan April.
Kau tersenyum simpul sebelum menarik nafas panjang.
"Kenapa? Ada yang salah dengan rangkaian bunga yang kau pesan?" Ujar Jisoo seraya membawa lima tangkai bunga pilihan Seungyoon.
Kau langsung menggelengkan kepalamu. "Tidak. Hanya saja aku berpikir apakah oppa akan menyukainya atau tidak."
Jisoo tersenyum kecil seraya membungkus bunga ditangannya dengan rapih. "Tentu saja Jeonghan akan senang. Ia akan selalu senang apapun itu asalkan barang tersebut merupakan barang pemberianmu."
Kau tersenyum mendengar perkataannya lalu segera membayar karangan bunga yang kau pesan beserta karangan bunga yang dipilih oleh Seungyoon dan berpamitan padanya.
Kau dan putrimu segera berangkat ke tempat di mana suamimu berada menggunakan taxi.
Setelah sampai di depan gedung kolumbarium, kau mengambil nafas pajang. Kau masih mengingat detik-detik Jeonghan menyelamatkanmu dan anakmu ketika tabrakan beruntun terjadi malam itu yang menyebabkan ia kehilangan nyawanya.
"Eomma, ayo kita masuk!" Seru Seungyoon tak sabar menyadarkanmu dari lamunanmu.
"Oh, ayo." Kau mengangguk sebelum mengikutinya masuk ke dalam. Kau berjalan secara perlahan, membiarkan Seungyoon berjalan duluan menuju tempat suamimu.
Kau berjalan melewati beberapa ruangan hingga kau memasuki ruang D. Kau menemukan Seungyoon di antara rak-rak yang disusun rapih di ruangan tersebut.
"Appa, aku sudah berumur 7 tahun sekarang. Aku mendapatkan nilai baik di setiap mata pelajaran. Eomma bangga sekali padaku."
Kau tersenyum kecil ketika melihatnya bercerita dengan menggebu-gebu. Kau secara perlahan menghampirinya.
"Oppa, aku datang." Ujarmu pelan.
"Eomma, tersenyumlah. Bukankah eomma bilang appa suka jika eomma tersenyum?"
Kau menatap Seungyoon lalu tersenyum kecil.
"Oppa bagaimana kabarmu? Aku dan Seungyoon baik-baik saja. Seungyoon sekarang sudah berumur 7 tahun, dia pintar dan juga memiliki banyak teman."
"Aku berteman dengan semua orang karna appa senang melihatku bermain dengan teman-temanku." Sahut Seungyoon.
"Dia juga tumbuh menjadi anak yang baik. Dia sering membantuku membereskan rumah, mengerjakan tugasnya tanpa disuruh, dan ia juga bisa memijatku bahkan memasak makanan untukku." Ujarmu sambil mengusap puncak kepala Seungyoon.
"Aku bisa memasak telur gulung, kimbab, nasi goreng, dan ramyun! Lain kali akan kubawakan untuk appa." Ujarnya senang.
Kau tersenyum lembut pada Seungyoon sebelum menatap sendu keramik tempat abu Jeonghan berada. "Oppa, aku merindukanmu. 3 tahun sudah kulewati tanpamu dan aku masih merindukanmu. Begitupula dengan Seungyoon."
Seungyoon melirikmu lalu mengangguk. "Aku rindu bermain dengan appa."
Kau menahan air matamu sebelum merangkul Seungyoon.
"Oppa tidak perlu khawatir karna Seungyoon tumbuh menjadi anak yang baik. Ia selalu ada untukku sehingga aku tidak kesepian lagi." Ujarmu setegar mungkin lalu membuka pintu kaca yang berisikan foto, cincin kawin, serta keramik abu Jeonghan lalu meletakan karangan bungamu di dalamnya.
Seungyoon melakukan hal yang sama ia meletakan karangan bunganya di samping karangan bungamu beserta foto terbaru dirimu dengannya.
"Appa, terima kasih karna sudah menyelamatkan aku dan eomma sehingga eomma bisa hidup bersamaku. Walaupun aku ingin kita bertiga hidup bersama."
Mendengar perkatan Seungyoon air matamu berhasil lolos. Kau langsung berpaling lalu mengusapnya. Kau berusaha tersenyum ketika menatap Seungyoon yang terlihat murung.
"Oppa, aku dan Seungyoon akan selalu bahagia demi dirimu. Karna itu jangan khawatir dan beristirahatlah dengan tenang." Ujarmu seraya merangkul Seungyoon. "Kami mencintaimu."
Seungyoon mencium jari telunjuk dan tengahnya lalu menempelkannya di foto Jeonghan. "Aku mencintai appa."
Kau menatapnya lalu tersenyum simpul. "Sampai bertemu lagi tahun depan."
Seungyoon menatapmu lalu menutup pintu kaca dengan hati-hati. "Aku pulang dulu appa. Aku janji akan menjaga eomma."
Kau tersenyum kecil lalu menggandeng lengan Seungyoon. Sebelum berajalan pergi kau kembali menatap tempat abu Jeonghan berada.
"Aku mencintaimu oppa, terima kasih karna telah menyelamatkan kami dari bahaya." Bisikmu lalu segera mengajak Seungyoon keluar dari sana.
♡♡♡♡
Done...
Maaf kalau kurang sad ya..
Hari ini aku ga bisa melankolis 😷😷
Jadi maafkan
Semoga suka ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine [END]
FanfictionFor Indonesian Carat Only! Don't forget to check Seventeen Imagine Season 2 ^^ Highest Rank: #1 In Search Seventeen Imagine 161030 ♡ #3 In Random 170110 ♡ #11 In Fanfiction All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter...