Requested by tessha_16 hyji_kaihope03
"Jun." Panggilmu.
Orang yang di panggil hanya melirik tajam ke arah pintu dan kau segera masuk ke kamarnya.
"Bibi bilang makanan sudah siap dan ia mau kau turun sekarang."
Jun masih menatapmu lalu tanpa aba-aba ia segera berdiri dan berjalan melewatimu.
Kau pun segera mengikutinya turun ke bawah dan duduk bersama keluarga Jun.
"Bagaimana kabar orang tuamu?" Tanya ibu Jun.
"Baik." Jawabmu seraya tersenyum.
Kalian mengobrolkan banyak hal namun Jun adalah satu-satunya orang yang diam tak bersuara.
Saat makanan telah habis kau segera menawarkan diri untuk mencuci piring kotor karena biasanya kau kemari untuk berlibur bersama kedua orang tuamu setiap tahun, namun tahun ini tepatnya 3 hari kedepan kau terpaksa harus menginap sendiri di rumah Jun karena pekerjaan kedua orang tuamu.
Saat kau sedang asik mencuci piring Jun tiba-tiba mengambil piring di tanganmu dan membilasnya.
"Jun!" Pekikmu terkejut.
Ia menatapmu datar lalu menatap tanganmu yang berhenti bekerja.
"Cepat lakukan pekerjaanmu." Ujarnya.
Kau segera mengalihkan pandanganmu ke bak cuci piring dan melanjutkan pekerjaanmu lagi.
"Kau benar-benar berubah." Ujarmu seraya menyerahkan piring penuh busa pada Jun.
"Apanya?"
"Perilakumu."
Ia tak menjawab apa-apa.
Kau meliriknya sekilas.
"Kembalilah ke kamarmu."
"Hah?"
Kau menatapnya lalu tersenyum kecil. "Aku bisa mengerjakannya sendiri, kau tidak perlu membantuku."
Jun menatapmu lalu mendekatkan wajahnya padamu.
"Ibuku yang menyuruhku untuk membantumu." Jawabnya sebelum kembali menjauhimu.
Kau mengerjabkan matamu berulang kali sebelum kembali menekuni pekerjaanmu.
"Aku akan bilang pada bibi kalau kau sudah membantuku." Serumu.
Jun menatapmu sejenak lalu segera membilas tangannya dan pergi meninggalkanmu begitu saja.
Kau menatap kepergiannya seraya menghela nafas panjang.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaanmu kau segera kembali ke kamar yang telah di sediakan oleh keluarga Jun.
Di tengah perjalanan di tangga pandanganmu tiba-tiba buram dan rasanya sekelilingmu berputar.
Saat kau hampir jatuh ke belakang sebuah tangan menarikmu dengan cepat dan sedetik kemudian kau menuadari bahwa kau berada di pelukan Jun.
"Bodoh!" Serunya datar.
Ia segera membopongmu ke atas.
"Aku tidak apa-apa Jun." Ujarmu lemah saat berada dalam gendongannya.
"Oh benarkah? Jika tadi aku tak melihatmu maka kau akan mengalami cedera!" Jawabnya dengan nada menyebalkan.
Kau menyunggingkan senyum samar.
Jun segera membaringkanmu di kasur saat kalian tiba di kamarmu.
Ia segera mencari tasmu dan mengeluarkan obat anemiamu.
Ia memberikan obat dan botol minum padamu tanpa berbicara. Kau segera menelan obat tersebut lalu ia membantumu untuk berbaring.
"Jun, apa kau marah karna aku akan tinggal di sini selama 3 hari?" Tanyamu seraya menatapnya.
Ia menghela nafas lalu menggeleng.
"Lalu kenapa kau bersikap lebih dingin dari pada biasanya?"
Ia menatapmu sejenak lalu duduk di pinggir kasurmu.
"Karena kau membuatku gila." Jawabnya tanpa menatapmu.
Kau tak mengerti dan hendak bertanya namun ia sudah mendahuluimu.
"Kenapa kau ingin berlibur kemari? Kau tahu kan aku akan sibuk dalam latihan untuk lomba wushu berikutnya?"
Kau mengangguk kecil. "Aku ingin melihatmu menang."
Kau melihat wajahnya yang sedikit memerah.
Ia menyentil dahimu pelan lalu memalingkan wajahnya.
"Tidurlah." Ujarnya seraya meletakan tangannya di samping bantalmu.
Kau tersenyum kecil sebelum meraihnya. Tak lama kemudian kau telah tertidur.
Jun menatapmu yang telah tertidur dengan senyum lembut.
"Alasan kenapa aku dingin di depanmu itu karena aku ingin menyembunyikan detak jantungku yang kelewat keras saat bersamamu. Setiap tahun aku melihatmu kau semakin cantik dan jantungku ini semakin keras saja berdetaknya." Bisik Jun. Ia meraih beberapa helai rambutmu lalu menciumnya. "Semoga saja tahun ini aku meraih juara pertama supaya aku bisa melamarku sesuai janjiku waktu kita masih kecil."
Setelah berkata seperti itu ia mengecup dahimu singkat.
Flashback...
"Jun!" Panggilmu seraya berlari pada Jun.
Ia mengabaikanmu dan terus berjalan tanpa melihat ke arahmu.
"Juuuun..." Panggilmu lagi seraya berlari namun karna tak berhati-hati kau pun tersandung dan jatuh terjerembab. Lututmu mengeluarkan darah sehingga kau meringis kecil.
Saat sedang meringis sebuah tangan segera membalut lututmu dengan sebuah sapu tangan. "Dasar bodoh."
Ia segera berlutut membelakangimu dan kau segera naik kepunggungnya.
"Apa yang terjadi Jun? Kenapa tadi kau menangis?" Tanyamu saat ia menggendongmu.
"Karena aku kalah."
Kau menatap wajahnya dari belakang.
"Tapi kau tetap keren." Jawabmu.
Ia menoleh sedikit ke arahmu.
"Tapi aku tetap tidak menang. Bukankah kau bilang kau ingin menikah dengan orang yang kuat?"
"Ung!"
"Karena itulah aku akan mendapatkan juara pertama di pertandingan wushu di China!"
Kau nampak berpikir sejenak. "Kalau begitu aku akan menikahi Jun jika kau menang!"
Jun tertawa kecil mendengar seruanmu.
"Janji?" Tanyanya seraya berhenti lalu ia mengacungkan jari kelingkingnya ke dekat bahunya.
"Janji!" Kau segera mengaitkan jari kelingkingmu dengannya lalu ia segera membenarkan posisimu lalu kalian berjalan pulang ke rumah.
♡♡♡♡
Done..
Maaf kalau feelnya kurang dpt soalnya aku bingung bikin nuansa fluff buat karakter Jun yang diminta jadi dingin dan cuek 🙇🙇Semoga suka yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine [END]
FanfictionFor Indonesian Carat Only! Don't forget to check Seventeen Imagine Season 2 ^^ Highest Rank: #1 In Search Seventeen Imagine 161030 ♡ #3 In Random 170110 ♡ #11 In Fanfiction All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter...