Requested by Rifda_RAP
"(Y/n)-ya!" Kau menoleh pada Jeonghan yang tiba-tiba berteriak.
Kau segera berlari ke arahnya dengan wajah panik.
"Ada apa?" Serumu kaget.
Jeonghan menatapmu dengan mata terbelalak, nafasnya tak beraturan, dan tubuhnya bergetar hebat.
"Oppa?" Panggilmu lembut, kau menggenggam tangannya dan ia menutup matanya rapat-rapat. Sedetik kemudian kau mendapati dirimu berada dalam pelukannya.
"Ya ampun, mimpi tadi benar-benar terlihat nyata." Serunya dengan nada frustasi.
Kau menepuk punggungnya pelan berulang kali. "Itu hanya mimpi buruk oppa."
Jeonhan melepaskan pelukannya, menatapmu, lalu mengangguk.
"Kau tidak akan meninggalkanku bukan?" Tanyanya ragu-ragu. Kau meraih pipinya lalu mengelusnya lembut.
"Oppa, aku tidak akan pernah meninggalkanmu." Ujarmu pelan dengan senyum lembut.
Jeonghan menghela nafas lega lalu kembali menarikmu dalam pelukannya.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanyamu setelah ia melepaskanmu.
"Masih sedikit pusing." Jawabnya sambil tersenyum lemah.
Kau menatapnya dalam-dalam. "Lain kali oppa harus lebih berhati-hati. Bagaimana mungkin oppa menerobos hujan demi menjeputku lalu pingsan begitu saja setelah sampai di rumahku?"
Jeonghan tertawa kecil.
"Bagaimana mungkin aku membiarkan calon istriku pulang kerja sendirian malam-malam di hari hujan?" Jawabnya dengan senyum lembut.
"Tetap saja oppa seharusnya tidak meberobos hujan dari tempat parkir ke kantorku." Balasmu khawatir.
"Aku tidak menerobos ke kantormu. Aku membeli payung dulu di toko dekat kantormu barulah aku menjemputmu." Jawabnya penuh pembelaan.
Kau memutar bola matamu dan menyerah. Tak ada gunanya kau memperpanjang perdebatan tersebut.
"Ah! Oppa, apa kau memimpikan aku meninggalkan oppa?" Tanyamu mengalihkan topik.
Jeonghan menatapmu lalu menunduk. "Ung."
Kau mendapati perubahan perilakunya, kau pun duduk di tepi ranjang lalu meraih dagunya dan mengangkatnya dengan perlahan.
"Oppa?"
Jeonghan menghela nafas singkat lalu balas menatapmu.
"Iya." Jawabnya singkat.
"Tidak ingin membahasnya?" Tanyamu singkat.
"Aku hanya memimpikan bahwa kita terlibat dalam perdebatan kecil dan tanpa sadar aku memperlakukanmu dengan kasar hingga kau memutuskan untuk meninggalkanku." Jawabnya cepat.
Kau memandanginya dengan tatapan tak percaya. "Oppa? Berlaku kasar?"
Jeonghan mengangguk lemah.
"Oppa, kau selalu memperlakukanku dengan sangat lembut. Kau bahkan rela menerobos hujan demi menjemputku, kau memelukku dengan lembut saat aku menangis, kau juga selalu mendukung dan membantuku jika aku ada masalah, dan kau bahkan memenuhi keinginanku yang tidak masuk akal." Serumu tanpa melepaskan pandanganmu darinya.
Jeonghan tersenyum kecil saat mendengar perkataanmu.
"Aku tak akan percaya jika oppa akan memperlakukanku dengan kasar. Yoon Jeonghan yang ku tahu selalu memperlakukanku layaknya sebuah boneka antik." Ujarmu dengan senyum lebar.
"Aaaw, kau membuatku malu." Seru Jeonghan seraya menarikmu dalam pelukannya.
Kau tertawa kecil dalam dekapannya.
"Terima kasih (Y/n)." Ujarnya di telingamu.
Kau mendongak lalu mengecup pipinya singkat dan kembali masuk ke dalam pelukannya.
"Kau membuatku ingin menciummu tahu!" Seru Jeonghan dengan senyum lebar di wajahnya.
"Tidak boleh."
"Kenapa tidak?" Tanyanya seraya mendorong tubuhmu hingga wajah kalian hanya berjarak beberapa cm.
Kau tersenyum kecil sebelum menutup mulutnya dengan tanganmu. Jeonghan terlihat ingin protes namun kau tidak berniat untuk menarik tanganmu sehingga Jeonghan menangkap tanganmu dan menjauhkan tanganmu dari mulutnya
Karena kau tahu bahwa Jeonghan akan berusaha untuk menciummu lagi, kau pun segera bangkit berdiri.
"Aku tak akan membiarkan kau menciumku. Aku bisa tertular demamu karna kau masih sakit." Ujarmu seraya menjulurkan lidahmu.
"Aku pastikan akan merawatmu jika kau sakit nanti." Jawabnya dengan senyum terbaiknya.
"T-I-D-A-K!" Serumu cepat.
Jeonghan menatapmu dengan kecewa namun kau membalasnya dengan senyum manis. Melihat Jeonghan yang menyerah kau kembali mendekatinya.
"Aku akan pergi ke supermarket terdekat. Oppa istirahat ya." Kau menepuk-nepuk selimut yang menutupi tubuhnya.
Saat kau hendak berdiri Jeonghan mencium ujung bibirmu dengan cepat.
"Aku akan meminta lebih saat aku sudah sembuh nanti." Serunya dengan tampang tak berdosa saat kau memelototinya. Ia pun membalikan tubuhnya dan kau hanya bisa menghembuskan nafas tak percaya.
Kau menggelengkan kepalamu lalu segera pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan untuk kau masak nanti.
♡♡♡♡♡
Doneee... Vomment yaa 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine [END]
FanfictionFor Indonesian Carat Only! Don't forget to check Seventeen Imagine Season 2 ^^ Highest Rank: #1 In Search Seventeen Imagine 161030 ♡ #3 In Random 170110 ♡ #11 In Fanfiction All the pict I used're not mine! I save it from Seventeen Masternim twitter...