Tiba-tiba Nyo Jong-ho membisiki seorang anak buahnya yang berada didekatnya: "Lekas pergilah ke villa Merah Delima dan lihatlah apa Siau sianseng masih berada di kamarnya? Kalau ada, lekas engkau undang dia kemari. Mengerti?"
Anak buahnya yang berpakaian hitam dan bertubuh tinggi besar mengiakan dan terus menyurut mundur.
Saat itu tampak Pendekar Ular Emas tenang-tenang saja menghadapi Li Giok-hou yang sudah siap dengan pedang terhunus.
Dan saat itu pula Li Giok-hou pun sudah berkisar langkah dan pelahan-lahan menggerakkan tangan.
Sekonyong-konyong pedang berkiblat, Lam-hay-tiau-han atau gelombang dingin dari Laut Selatan, sebuah jurus ilmu pedang yang hebat segera melancar ke arah Pendekar Ular Emas.
Disebut Gelombang dingin laut selatan karena gerak pedang itu benar-benar menyerupai gelombang yang dahsyat, berhamburan menerjang pantai.
Rupanya Pendekar Ular Emas terkejut juga melihat kehebatan ilmu pedang dari lawannya. Cepat ia menyurut mundur.
"He, Siau Mo, jangan lari, sambutlah pedangku ini," Li Giok-hou berseru nyaring sambil maju mengejar.
Kali ini pedang seperti terpecah dua. Kedua sinar pedang itu laksana bianglala yang tertimpa sinar matahari, berkilau-kilauan menyilaukan mata. Dua-duanya mengarah jalan darah Pendekar Ular Emas.
Sekalian tokoh terkejut menyaksikan ilmu pedang Li Giok-hou yang aneh itu. Kebanyakan mereka belum pernah melihat bahwa dalam ilmu pedang terdapat jurus permainan yang sedemikian luar biasanya.
Memang dewasa itu seluruh harapan kaum persilatan tertumpah pada diri Li Giok-hou. Mereka menjunjung pemuda itu sebagai tiang utama di dunia persilatan. Dia didambakan dengan gelar sebagai Pedang Beracun Pembasmi Iblis. Ilmu kepandaiannya memang luar biasa.
Jurus ilmu pedang yang dilancarkan kepada Pendekar Ular Emas saat itu, memang hebat sekali. Tak ubah seperti sebuah jaring yang tak memungkin orang untuk lolos.
"Wut......" tiba-tiba Pendekar Ular Emas menyurut mundur tiga langkah. Baju lengannya yang sebelah kiri telah tergurat pecah oleh ujung pedang, dan darahpun berketes-ketes ke lantai.
Tetapi Pendekar Ular Emas Siau Mo, seorang lelaki yang berhati keras. Sedikitpun ia tak mengeluarkan suara erang kesakitan. Dipandangnya tetesan darah itu dengan tenang sekali, setenang orang menikmati air hujan yang meluncur dari kelopak bunga.
Sikap yang tenang dari Pendekar Ular Emas itu membuat Li Giok-hou kesima sehingga tak melanjutkan pula serangannya itu, cukuplah sudah bagi Li Giok-hou untuk berbangga hati.
Pedang Ular Emas yang begitu ditakuti sebagai momok nomor satu dalam dunia persilatan, hanya dalam dua jurus saja, telah dapat dilukai. Hal itu benar-benar suatu prestasi atau hasil yang gemilang!
Apalagi peristiwa disaksikan oleh sumoaynya, Nyo Cu-ing yang dicintai dan para tokoh-tokoh persilatan terkemuka. Alangkah bangganya!
Dan memang seri wajah pemuda itu menampilkan sinar kegembiraan dan kebanggaan.
Tiba-tiba Pendekar Ular Emas mengangkat muka. Sepasang bola matanya yang berkilat-kilat menyapu sekalian orang gagah yang berdiri. Dan pelahan-lahan tangannya mulai menjamah tangkai pedang yang terselip di belakang punggung lalu dihunusnya keluar.
Kim-coa-kiam atau Pedang Ular Emas! Pedang yang telah menggegerkan dunia persilatan karena telah membunuh banyak sekali tokoh-tokoh persilatan sakti.
Pun cara Pendekar Ular Emas mencabut pedang pusakanya begitu pelahan dan tenang, menimbulkan suasana yang menyeramkan dan tegang. Suatu ketegangan seperti dikala orang menunggu meletusnya sebuah bom.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
General FictionSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...