"Dia benar Ban Jin-hoan......" tiba-tiba terdengar seseorang berseru kaget.
Teriakan orang itu menggetarkan segenap hadirin. Benar-benar suatu perobahan suasana yang tak mungkin dibayangkan.
Sik Hwat-san atau yang biasa disebut Liat Hwat Thancu dari Naga Hijau, melongo seperti orang melihat setan.
"Apakah dia benar Ban Jin-hoan? Apakah dia sungguh belum mati?" serunya sesaat kemudian.
Ban Jin-hoan tertawa dingin,
"Hanya dengan kepandaianmu yang tak berarti itu engkau kira mampu mencelakai diriku? He, masih jauh sekali. Lebih baik engkau kembali ke istana Lian-bun-kiong untuk belajar menempa jiwa lagi."
Tiba-tiba wanita yang melengking tadipun berseru: "Ban Jin-hoan, jangan keburu-buru tertawa dulu. Hari ini akan merupakan hari terakhir dari kejahatanmu yang sudah menumpuk itu. Cobalah engkau lihat siapakah kami ini?"
Habis berkata orang itu melambaikan tangannya. Lebih dari limabelas orang yang mukanya berkerudung kain hitam, serempak mencabut kain kerudung muka mereka. Dan seketika tampaklah wajah dari berbagai tokoh-tokoh persilatan.
Saat itu Siau Lo-seng baru mengetahui bahwa yang memimpin rombongan tokoh-tokoh persilatan itu bukan lain yalah nona yang sudah lama menghilang, yakni Nyo Cu-ing.
Dan yang lebih mengejutkan Siau Lo Seng lagi yalah bahwa rombongan hadirin yang menyelundup ke dalam istana di bawah tanah itu ternyata tokoh-tokoh pimpinan dari partai-partai persilatan yang ternama.
Selain Ong Han-thian ketua dari partai Go-bi-pay, kelimabelas tokoh lainnya adalah In Co-liong ketua partai Tiam-jong-pay, Khu Ti-gwan ketua partai Thian-tay-pay, Ki It-hong ketua partai Heng-san-pay, Mo Se-kin ketua Kun-lun-pay, Ki Jong-ceng ketua Kong-tong-pay, Coa Ngo-ping ketua Tiang-pek-pay, Lim Ciong-lam ketua Ceng-sia-pay, Ceng Gi Totiang ketua Bu-tong-pay, Goan Gong Siansu ketua Siau-lim-pay.
Selain ketua dari partai-partai persilatan, pun terdapat tokoh-tokoh sakti dari berbagai aliran persilatan, antara lain Tang-hay-it-cun Co Sau-ih, Te-sat Tan Beng-hi, Thian-kong Ui Kim-ing serta tianglo dari Siau-lim-si yakni Gwat Kui Taysu, Kang San-poh yang bergelar Nenek hati murni, dan lain-lain.
Setitikpun Siau Lo-seng tak mengira bahwa tokoh-tokoh sakti dari delapan penjuru dunia persilatan yang jarang menampakkan diri, kini serempak muncul di tempat situ.
Nyo Cu-ing saat itupun telah mencabut kain kerudung, lalu serunya,
"Ban Jin-hoan, apakah engkau sudah melihat jelas sekarang? Tipu muslihat hanya dapat mengelabuhi seorang tetapi tak mungkin dapat membohongi dunia. Sejak dahulu sampai sekarang Kejahatan itu tentu akan dikalahkan oleh Kebenaran. Hari ini segala tipu muslihat yang engkau lakukan akan terbongkar. Kejahatanmu pun segera berakhir."
Tiba-tiba Ban Jin-hoan tertawa panjang. Ia memandang ke segenap gelanggang lalu berseru,
"Ban Jin-hoan kebetulan hari ini memang sedang baik sekali perangainya. Kalau kemarin engkau begitu liar tingkahmu di hadapanku, tentu akan kusuruh engkau tak dapat membuka mulut selama-lamanya, hm, memang sudah lama aku Ban Jin-hoan menunggu saat kehadiran kalian di sini. Tentu kalian merasa heran, bukan?"
Ban Jin-hoan berhenti sejenak lalu melanjutkan pula,
"Ha, ha, aku Ban Jin-hoan setiap saat berganti rupa menjadi Sun Ci-hui salah seorang dari kalian semua. Sudah barang tentu tiga hari di muka aku sudah tahu tentang kedatangan kalian kemari. Jelasnya, gerak gerik setiap orang tak ada yang terlepas dari pengamatanku."
Tang-hay-it-cun atau Kakek dari laut Tang-hay, Co Sau-ih itu tertawa mengejek,
"Bagus, dengan demikian, jiwa kita semua ini tampaknya sudah berada dalam tanganmu. Heh, heh, tetapi janganlah engkau selalu memandang rendah kepada orang tua dari Laut Tang-hay itu. Hm....... masa dengan ilmu kepandaian beberapa ilmu silat cakar kucing, namun jangan harap dapat menjatuhkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
General FictionSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...