"Sau-kiongcu, orang itu......"
"Long Tian-cu," tukas Giok-hou tertawa, "aku sudah tahu siapa dia."
Dalam pada mereka bicara itu, bola mata Puteri Neraka tampak makin memancar. Pedang di tangannya pun pelahan-lahan diangkat dan ujungnya ditujukan ke arah Lo-seng bertiga.
Hun-ing terkejut. Gerakan Puteri Neraka itu menyatakan bahwa ia hendak membunuh Siau Lo-seng lebih dahulu.
Kiranya walaupun wanita cantik itu tiada memiliki kesadaran pikiran tetapi samar-samar ia melihat bahwa di antara beberapa orang yang berada dalam ruang itu, hanya Siau Lo-seng yang berkesan dalam hatinya. Karena pemuda itu pernah menempurnya dengan gigih.
"Paman, Ui Pangcu, silahkan menyingkir ke samping," segera Lo-seng pun bersiap dan meminta kedua kawannya menyingkir.
Tepat pada saat ia berkata, Puteri Neraka itupun sudah apungkan tubuh dan melayang ke arahnya. Sepercik sinar tajam segera menyambar Lo-seng.
Sambaran sinar pedang itu luar biasa cepatnya sehingga tak ubah seperti sebuah bianglala menggagah di angkasa.
Hun- ing dan Pek Wan Taysu terkejut. Tetapi sebelum kedua orang itu sempat bergerak untuk menghalau, sinar pedangpun sudah mengarah ke dada Siau Lo-seng. Karena terkejut, menjeritlah kedua orang itu......
"Tring......"
Tiba-tiba terdengar lengking suara yang nyaring sekali dan pedang Puteri Neraka itupun kutung menjadi dua.
Siau Lo-seng mengerang tertahan, bahunya bergetar dan tubuhnyapun terhuyung mundur tiga langkah. "Huak......" ia muntahkan segumpal darah segar.
Terkejutlah sekalian orang. Mereka tak tahu dengan ilmu apakah Siau Lo-seng dapat mematahkan pedang Puteri Neraka itu. Jelas ketika ujung pedang itu sudah tiba tiga dim di dada Siau Lo-seng pemuda itu masih tak bergerak. Tetapi tahu-tahu pedang Puteri Neraka telah kutung menjadi dua.
Sebenarnya Siau Lo-seng memang menggunakan ilmu yang sakti. Walaupun dia tak mau menyingkir ataupun menangkis tetapi diam-diam ia sudah bersiap dalam sikap Pay-koan-im atau Menyembah dewi Koan Im. Kedua tangannya menjepit batang pedang, sekali kerahkan tenaga dalam maka putuslah pedang itu.
Memang dia berhasil menghancurkan pedang lawan. Tetapi tenaga dalam dari Puteri Neraka yang disalurkan ke arah pedangnya itu masih mampu melukai perkakas dalam dada Lo-seng sehingga pemuda itu terhuyung dan muntah darah.
Ketika pedangnya putus, Puteri Neraka tertegun kaget. Cepat ia lemparkan kutungan pedangnya dan terus melayang ke arah Siau Lo-seng.
Melihat itu Pek Wan Taysu yang sejak tadi sudah kerahkan tenaga dalam, segera menyambutnya.
Tetapi Puteri Neraka tak gentar. Ia balikkan tangannya untuk menangkis. Seketika Pek Wan Taysu rasakan pukulannya tadi seperti tersedot ke dalam gelombang tenaga-dalam.
Pek Wan Taysu terkejut, serunya: "Lo-seng, Ui Pangcu awas dia akan menyerang!"
Paderi Siau-lim-si itu sudah mengetahui bahwa Puteri Neraka memiliki semacam ilmu yang luar biasa saktinya. Wanita itu dapat menyedot pukulan orang lalu disalurkan untuk menyerang lain orang. Itulah sebabnya maka Pek Wan Taysu bergegas memberi peringatan kepada Lo-seng dan Hun-ing.
Tetapi ternyata Puteri Neraka tak menyerang Siau Lo-seng melainkan kepada orang tua bungkuk. Seketika terdengarlah desus angin pukulan yang dahsyat ke arah orang bungkuk itu.
Orang tua bungkuk itu ternyata seorang tokoh persilatan yang kaya akan pengalaman. Berpuluh tahun berkelana di dunia persilatan, ia pernah bertemu dengan tokoh-tokoh sakti dari berbagai aliran cabang persilatan. Dengan pengalaman yang luas itu ia dapat mengenal ilmu silat berbagai perguruan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Ficção GeralSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...