10. Misteri Rumah Kediaman Keluarga Nyo

1.6K 28 0
                                    

"Orang apakah kalian ini?" dengusnya. "Bok-yong Kang boleh kehilangan kepalanya tetapi jangan harap kalian dapat mencari keterangan dari aku."

Tiba-tiba wanita itu berpaling ke arah Bok-yong Kang dan tertawa:

"Kami adalah Tiga Pendekar Go-bi. Hm, jangan jual lagak!"

Habis berkata tiba-tiba wanita itu melentikkan jarinya dan mengeranglah Bok-yong Kang tertahan jalan darahnya kena tertutuk dengan lentikan jari si wanita.

Orang tua rambut putih berkata kepada orang tua bermuka Bi-lek-hud:

"Ji-te, tolong engkau mewakili sam-sumoay mengangkat anak itu."

Orangtua gemuk tertawa lalu ulurkan tangan macam burung alap-alap menyambar anak ayam, ia terus mengangkat tubuh Bok-yong Kang lalu dipanggul bahunya.

Tepat pada saat itu terdengar suara dingin: "Leng Bu-sia, lepaskan dia!"

Rombongan ketua Go-bi-pay terkejut dan memandang ke muka. Tiga tombak jauhnya, tegak seorang pemuda baju putih, sepasang matanya berkilat tajam.

"Siau Mo!" seru Tong Ki tertahan. Ya, memang yang muncul itu Siau Mo.

Diam-diam Hong-hu Hoa dan Tong Ki terkejut dalam hati, pikirnya: "Mengapa kita sama sekali tak tahu dan tak mendengarkan kemunculannya. Mungkin karena lengah kita berdua agak kurang perhatian. Tetapi bukankah ketiga tokoh Go-bi-pay itu merupakan tokoh-tokoh yang terkemuka dalam dunia persilatan? Mengapa dalam jarak hanya tiga tombak saja mereka juga tak dapat mendengar sama sekali? Adakah ilmu kepandaian Siau Mo itu sedemikian tingginya, hampir mencapai kesempurnaan?"

Ternyata wanita Baju Merah, orang tua berambut putih dan orang tua gemuk itu adalah Tiga Tokoh Go-bi yang termasyhur.

Wanita itu bernama Bwe Hui-ji bergelar Lui-sing-hui-siu atau Bintang meluncur lengan terbang. Orang tua gemuk, tokoh nomor dua, bernama Leng Bu-sia, digelari Cian-jiu-hud-ciang atau Tangan seribu kepalan Buddha.

Sedang orang tua rambut putih yalah Ong Han-thian bergelar Cui-jong-kiam atau Pedang penghancur usus. Dia adalah ketua dari partai Go-bi-pay saat ini. Mereka mendapat undangan dari Nyo Jong-ho dan bergegas datang ke Lok-yang.

Saat itu berkata pula orang muda berbaju putih dengan suara sarat: "Leng Bu-sia, apakah engkau tak mau lekas-lekas melepaskan Bok-yong Kang?"

Bwe Hui-ji mengisar langkah menghampiri pemuda baju putih, tegurnya: "Apakah engkau Siau Mo yang termasyhur sebagai Pendekar Ular Emas itu?"

Tepat pada saat habis berkata Bwe Hui-ji pun sudah tiba di muka pemuda baju putih dan secepat kilat menyambar pergelangan tangan pemuda baju putih dengan jurus Kim-soh-poh-kau.

Bwe Hui-ji yakin serangannya yang dilakukan mendadak itu tentu akan berhasil. Tetapi apa yang dirasakan saat itu benar-benar mengejutkan hatinya sekali.

Pada saat si baju merah Bwe Hui-ji gerakkan tangan, pemuda baju putih itu pun menyerampaki kebutkan lengan bajunya ke muka. Di tengah jalan tiba-tiba ia balikkan tangan, ulurkan jari telunjuk dan jari tengah menutuk pergelangan tangan Bwe Hui-ji.

Jurus mengebut, memukul, menutuk itu dilambari ilmu menampar jalan darah dan menabas urat nadi.

Bwe Hui-ji terkejut dan mundur, tegak termangu-mangu.

Ong Han-thian memperhatikan permainan pemuda baju putih. Seketika meluncurlah ke samping sumoaynya.

Tetapi ternyata pemuda baju putih itu tak mau menyerang lagi. Ia memandang sekalian tokoh-tokoh dan berseru lantang: "Go-bi Sam-hiap, musuh besar sudah tiba. Sebaiknya kalian jangan memusuhi agar aku jangan menghabiskan tenaga kalian. Asal kalian lepaskan Bok-yong Kang, akupun tak mengganggu kalian."

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang