08. Suara Iblis

1.7K 30 1
                                    

Mendengar itu terkejutlah Bok-yong Kang, pikirnya: "Kalau bayangan hitam di bawah pohon itu si Wanita Suara Iblis, lalu suara tertawa aneh itu apakah dia yang melantangkan? Ah, benar-benar suatu kepandaian yang sangat mengherankan."

Bayangan hitam itu tertawa dingin: "Siau Mo, kukira engkau tahu apa maksud kedatanganku ini?"

"Kapan engkau muncul kemari?" tanya Siau Mo.

Suara iblis itu memperdengarkan suara tertawa dari tenggorokan, serunya: "Sudah lama aku datang. Tentang rahasia dirimu, akupun sudah tahu. Siau Mo, apakah saat ini jantungmu masih sakit?"

Diam-diam terkejutlah Siau Mo pikirnya: "Kalau setelah mengetahui rahasia diriku, dia menyiarkan ke dunia persilatan. Tentulah berbahaya. Kaum persilatan yang hendak membunuh aku tentu akan mengikuti kemana pergiku. Begitu tahu keadaanku sedang kambuh, mereka tentu akan turun tangan...... Hm, satu-satunya jalan hanyalah membunuh wanita ini untuk melenyapkan rahasia itu."

Sesaat Bok-yong Kang pun tak dapat bertindak apa-apa. Ia dan Siau Mo menghampiri ke tempat Wanita Suara Iblis itu.

Wanita itu tenang-tenang saja. Ia tak mempunyai rasa kuatir bahwa kedua pemuda itu akan membunuhnya.

Sikap yang setenang itu bahkan malah membuat Siau Mo dan Bok-yong Kang tergetar hatinya. Mereka hentikan langkah dan menatap ke arah wanita itu.

Sampai sepeminum teh lamanya, barulah Siau Mo bertanya pula: "Apakah maksudmu mencari aku?"

Wanita Suara Iblis melengking: "Mengapa kalian begitu penakut tak berani turun tangan kepadaku?"

Kata-kata wanita itu menyebabkan Siau Mo terkejut.

Ah, jelas dia bukan seorang wanita biasa. Nyatanya dia dapat muncul lenyap tanpa diketahui, pikir Siau Mo.

Siau Mo mendengus: "Jangan salah terka. Siapa yang bilang, aku takkan turun tangan kepadamu?"

Secepat kata melantang, secepat itu pula tangan Siau Mo sudah menyerangnya. Tetapi secepat itu juga Wanita Suara Iblis itu songsongkan lengannya untuk mencengkeram siku lengan Siau Mo.

Ilmu Kin-na-jiu atau merebut senjata dengan tangan kosong yang dilakukan wanita itu cepat sekali.

Siau Mo sekonyong-konyong balikkan lengannya. Dengan jari tangan ia menyelentik ke arah tangan lawan.

Tetapi wanita itu memang tajam sekali perasaannya. Selentikan jari Siau Mo yang menimbulkan desir angin tajam, cepat dapat ditanggapi bahayanya. Maka ia segera menarik pulang tangannya lagi, mengayunkan tubuh sampai tiga langkah, sehingga desis angin selentikan jari Siau Mo hanya lewat di depannya.

"Hm, mengapa engkau tak berani menyambut tutukan jariku?"

Tetapi Wanita Suara Iblis itu tertawa mengikik: "Kalau mau membunuhmu, juga takkan kulakukan saat ini."

"Siapakah yang menyuruh engkau kemari?" seru Siau Mo.

"Benar, kiranya engkau sudah tahu bahwa aku memang diperintah orang," sahut Wanita Suara Iblis itu.

Siau Mo tertawa dingin:

"Memang mataku belum kabur. Kalau engkau hari ini tak mau mengatakan terus terang, jangan harap engkau dapat tinggalkan tempat ini dengan masih bernyawa.

"Ah, belum tentu! Engkau menghendaki aku mengatakan apa?" balas wanita itu.

"Jawablah! Ketujuhbelas batang jarum Ular Emas yang kulepaskan itu bukankah engkau yang mengambilnya semua?"

Sahut wanita itu: "Benar, apakah engkau hendak mengambil kembali ketujuhbelas batang jarum Ular Emas itu?"

Siau Mo menggeram: "Dengan menggunakan jarum Ular Emas milikku, engkau melakukan pembunuhan pada orang, bukankah engkau bermaksud menodai namaku sebagai pembunuh?"

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang