"Berpaling dan pandanglah ke belakang agar engkau segera tahu mengapa dengan kumandang irama seruling, aku mengejar jejak Siau Lo-seng," katanya.
"Locianpwe tentu mendengar bahwa Siau Lo Seng; memiliki ilmu untuk menciptakan mayat hidup. Dan locianpwe tentu tak sampai hati melihat seorang pemuda yang begitu berbakat bagus sampai mati secara mengenaskan. Maka dengan ilmu Cian-li-siang-seng (Kumandang seruling seribu lie) lalu membantunya untuk memulihkan kesadaran......"
Habis berkata nona itupun berpaling ke belakang dan ternganga mulutnya karena terkejut sekali.
"Sejak kedatanganmu bersama Siau Lo-seng di kuil tua ini. Apapun yang terjadi dan siapapun yang datang, telah kuketahui semua. Sampai akhirnya pemimpin Ban-jin-kiong melukai Siau Lo-seng, Kakek wajah dingin Leng Tiong-siang muncul dan pergi lagi......, kemudian Siau Lo-seng minum persediaan pil beracunnya lalu memberi pesan kepadamu. Semua telah kudengar......."
Sambil berkata orang tua aneh itu tiba-tiba menarik seutas tali. Jendela di sebelah barat pun segera terbuka.
"Lihatlah jendela itu," katanya pula, "di belakang jendela itu merupakan ruang belakang di mana engkau bersama Pak-wan Taysu tengah menjaga mayat Siau Lo-seng. Semua gerak gerik kalian berdua selama enam hari menjaga mayat Siau Lo-seng, dapat kulihat melalui jendela itu......."
Apa yang dikatakan orang tua itu memang diakui Hun-ing kebenarannya. Diam-diam ia merasa heran mengapa kuil tua yang tampaknya tak terurus, ternyata mempunyai bangunan yang aneh. Setiap jendela dari ruang loteng itu tentu menghadap ke arah setiap ruang dari kuil bagian bawah. Dengan bersembunyi di atas loteng, sudah tentu orang tua aneh itu dapat melihat siapa saja yang datang ke kuil.
Orang tua peniup seruling itu melanjutkan pula: "Sudah tentu pada hari keenam ketika Kakek wajah dingin Leng Tiong-siang mencuri mayat Siau Lo-seng, akupun dapat mengetahuinya...... coba, engkau lihat jendela di sebelah timur itu......"
Habis berkata dia terus menarik tali dan terbukalah jendela bagian sebelah timur.
Jendela itu menghadap ke arah lereng gunung di belakang kuil. Dari jendela itu dapat memandang jelas tumbuh-tumbuhan seluas tiga lie pada lereng gunung.
Menunjuk ke arah luar jendela, berkatalah orang tua aneh itu: "Leng Tiong-siang, setelah mencuri mayat Siau Lo-seng lalu berusaha meletakkan tubuh pemuda itu di gerumbul rumput lalu berusaha untuk membangunkan. Siau Lo-seng memang bangun tetapi dengan buas ia terus menyerang Leng Tiong-siang......"
"Locianpwe," tiba-tiba Hun-ing bertanya, "mengapa engkau tahu bahwa Siau Lo-seng sedang mempersiapkan diri untuk menjadi sebuah mumi?"
"Dari pembicaraanmu dengan Pek Wan Taysu tentu saja dapat kuketahui tentang soal itu," sahut orang tua aneh.
"Jika demikian tentulah locianpwe juga tahu cara untuk menciptakan mumi itu," kata Hun-ing.
Orang tua aneh itu merenung sejenak.
"Walaupun aku tak tahu cara membuat mayat hidup," kata orang tua aneh itu, "tetapi aku mengerti akan sumber-sumber dari aliran ilmu hitam yang terdapat dalam dunia persilatan. Ban-jin-kiong dan Lembah Kumandang serta Siau Lo-seng mendapatkan ilmu hitam itu dari sebuah kitab pusaka Lian-hun-cin-keng......"
Orang tua aneh itu berhenti sejenak untuk merenungkan sesuatu. Memandang ke atas wuwungan, ia menghela napas panjang.
"Kitab, pusaka Lian-hun-cin-keng itu," katanya seorang diri. "pada empatpuluh tahun yang lalu telah dicuri oleh Pencuri sakti Ban Li-hong dari gedung Kiu-thian-sian-hu. Sejak itu entah berapa banyak kaum persilatan yang nekad dan kalap mengadu jiwa uutuk memperebutkan kitab itu, ah......"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Ficção GeralSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...