Siau Lo-seng mendesuh geram. Dengan menggembor keras ia taburkan pedangnya, dan berturut-turut telah melancarkan tiga buah serangan yang dahsyat.
Heng-ka-kim-liang atau Menyanggah melintang tiang emas, Hang-soh-ciang-kun atau Menyapu ribuan pasukan, Ngo-gak-ya-ting atau Lima gunung menindih puncak. Tiga jurus serangan itu merupakan ilmu pedang yang keras untuk menangkis atau adu senjata dengan musuh.
"Tring, tring, tring......"
Terdengar beberapa kali suara dering senjata dan senjata dari beberapa algojo baju hitam itupun mencelat ke udara. Dan terbukalah sebuah lubang dari kepungan mereka.
Siau Lo-Seng pun segera menerjang seraya memutar pedang Ular Emas. Jeritan ngeri terdengar, disusul dengan semburan darah segar yang berhamburan ke udara.
Dengan menahan rasa sakit, Cu-ing pun mainkan pedang untuk mengikuti jejak Siau Lo-seng. Walaupun telah kehilangan darah cukup banyak, tetapi setelah menyelinapkan kesempatan untuk beristirahat, semangat Cu-ing sudah bertambah baik.
Dara itu mainkan ilmu pedang Tay-hui-kiam-hwat, ilmu pedang ciptaan dari suhunya, Tay Hui Sin-ni.
Tay-hui-kiam-hwat cepat dan hebat sekali sehingga pada beberapa kejap, dua algojo baju hitam menjerit rubuh bermandi darah.
Bormula Cu-ing hanya ingin menerobos keluar dari kepungan. Ia merasa tenaganya tentu berkurang akibat luka yang dideritanya. Tetapi tiada disangkanya sama sekali bahwa dengan mudah ia telah dapat merubuhkan dua orang musuh. Seketika bangkitlah semangat dara itu. Ilmu pedang Tay-hui-kiam-hwat segera dimainkan dengan gairah. Empat orang algojo baju hitampun segera menjerit rubuh.
Kekalahan barisan algojo itu bukan karena mereka jago-jago yang lemah. Mereka tergolong ko-jiu atau jago sakti yang jarang terdapat dalam dunia persilatan. Tetapi ilmu ciptaan rahib sakti Tay Hui Sin-ni itu memang luar biasa hebatnya.
Sebenarnya ilmu pedang itu memiliki jurus-jurus permainan yang ganas dan maut. Tetapi karena Cu-ing seorang dara yang berhati baik, tak suka mencelakai orang maka dia jarang sekali menggunakan ilmu pedang itu.
Tetapi saat itu memang lain. Ia sendiri menderita luka. Siau Lo-seng dan Hun-ing terancam bahaya. Terpaksa ia gunakan ilmu pedang itu. Dan hasilnya memang mengejutkan sekali.
Setelah beberapa kawannya terluka, barulah kawanan algojo baju hitam itu tak berani mendesak.
Li Giok-hou yang selama itu hanya mengawasi pertempuran di samping gelanggang, diam-diam mendapat kesan bahwa kepandaian dari Siau Lo-seng, Hun-ing dan Cu-ing memang mengagumkan sekali. Jauh sekali bedanya dengan beberapa waktu yang lalu. Diam-diam ia heran apakah selama ini mereka telah mendapat rejeki yang luar biasa.
Kesan yang diperoleh Li Giok-hou segera memantulkan hawa pembunuhan yang ganas pada cahaya wajahnya.
Segera pemuda itu maju kehadapan Siau Lo-seng, mengacungkan bendera kecil dan mengebutkan dua kali lalu membentak: "Mundurlah kalian semua, biarlah kuselesaikan sendiri pemuda liar ini!"
Barisan Algojo tujuh lapis, dari Ban-jin-kiong saat itu hampir separoh yang terluka dan, mati. Belasan kawanan baju hitam itu segera mundur setelah menerima perintah dari Li Giok-hou.
Sambil tertawa iblis, berserulah Li Giok-hou, "Siau Lo-seng. ganas benar engkau!"
Siau Lo-seng cukup waspada. Bahwa Li Giok-hou berani tampil ke muka dan memerintahkan orang-orangnya menyingkir, tentulah karena kepandaian yang istimewa. Namun Lo-seng tak tahu jelas apa yang menjadi pegangan Li Giok-hou.
Serentak ia tertawa nyaring, serunya: "Ah engkau terlalu memuji. Dalam dunia persilatan banyak sekali kaum durjana, kaum bebodoran yang hidup dalam alam tipu muslihat dan bergelimpangan dalam dosa. Berbicara tentang kekejaman, aku masih kalah jauh dengan mereka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
General FictionSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...