Orang aneh itu mengenakan jubah gerombyongan warna biru yang menutup seluruh tubuhnya sehingga sukar mengetahui bagaimana perawakannya yang sesungguhnya, kurus atau gemuk, lelaki atau perempuan.
Bahkan sepasang matanya tertutup oleh kain Sutera warna biru.
"O, kiranya saudara ini ketua Naga Hijau......, sungguh tak kira saat dan di tempat ini aku dapat berjumpa dengan saudara," kata Hiat Sat Mo-li dengan tertawa dingin.
Bok-yong Kang tetap resah. Ia kira yang muncul Siau Mo tetapi ternyata si orang aneh Baju Biru yang misterius. Tetapi apa maksudnya dia muncul di kuil situ?
Walaupun tadi ketua Naga Hijau itu telah membantunya tetapi ia masih tidak tahu bagaimana tindakan orang itu terhadap Siau Mo.
Karena tak tahan memikirkan keselamatan Siau Mo, tiba-tiba Bok-yong Kang terus lari menuju dalam ruang besar.
Tetapi sekali orang aneh itu kebutkan lengan bajunya, Bok-yong Kang seperti dilanda oleh sebuah tenaga dahsyat yang memaksanya tersurut mundur sampai ke titian.
"Bagaimana dengan toako ku?" teriak Siau Mo terkejut.
Tetapi ketua Naga Hijau itu tak mau menjawab.
Tiba-tiba Lam-thian-ong tertawa dingin.
"Aha, ketua Naga Hijau ternyata seorang gagu!" serunya, "tetapi entah hanya pura-pura atau memang sungguh-sungguh gagu!"
Habis berkata Lam-thian-ong terus memutar tubuh hendak menghampiri ke tempat ketua Naga Hijau itu.
Tetapi Ko-tok Siu cepat membentak dan lintangkan tongkatnya menghadang.
Lam-thian-ong tertawa dingin, ulurkan tangannya untuk menyambar tongkat itu. Tetapi secepat kilat Ko-tok Siu gerakkan tongkatnya dalam jurus Sun-cui-thui-cou atau Menurut air mendorong perahu untuk menutuk orang itu.
Ko-tok Siu memiliki tenaga dalam yang hebat.
Walaupun jurus itu hanya biasa tetapi di tangannya telah berobah menjadi serangan yang berbahaya sekali, Lam-thian-ong terkesiap, lalu condongkan tubuh ke samping, balas memukul dengan jurus Angin puyuh menyambar pohon liu.
Ko-tok Siu dipaksa harus mundur sampai tiga langkah.
"Lam-thian-ong, mari kita lekas mundur," seru Hiat Sat Mo-li.
Sebenarnya saat itu Lam-thian-ong hendak lancarkan serangan. Demi mendengar teriakan Hiat Sat Mo-li, ia tertawa dingin lalu loncat mundur setombak jauhnya.
Ternyata nona baju biru itu tajam sekali nalurinya. Tiga jurus adu pukulan dengan ketua Naga Hijau, segera ia merasakan bahwa tenaga orang itu memang luar biasa hebatnya. Ia menyadari kalau tak mampu mengimbangi.
Sam-sumoay nya atau si dara baju merah sudah terluka di tangan ketua Naga Hijau itu. Kalau ia tetap nekad bertempur tentu berbahaya akibatnya. Maka ia memutuskan untuk mundur,
Tiba-tiba ketua Naga Hijau atau si orang baju biru yang sejak tadi tegak berdiam diri di pintu, tiba-tiba melesat maju.
Hiat Sat Mo-li menjerit lalu tamparkan kebutnya ke arah ketua Naga Hijau itu. Jurus yang dilancarkan itu teramat ganas. Jurus maut.
Bulu suri yang semula lemas, karena disaluri tenaga dalam si nona, telah berobah kaku dan tajam seperti jarum. Dan kebutan itu mengarah jalan darah maut dari tubuh lawan.
Kenekadan nona itu memaksa ketua Naga Hijau tak dapat mendekatinya.
Dalam pada itu Bok-yong Kang timbul gagasan. Selagi kedua orang itu bertempur, mengapa ia tak menerobos masuk untuk mencari Siau Mo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Fiksi UmumSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...