18. Mo-seng-li, Gadis Jelita

1.4K 26 0
                                    

"Bersama hamba hanya berjumlah duapuluh satu orang ditambah pula dengan pengawal peribadi Mo-seng-li yalah si Kipas besi Kau Thian-seng," sahut Hui Sin.

"Siapkan enam orangmu yang tangkas. Aku akan mengajakmu keluar untuk membasmi mata-mata itu," seru Lam-thian-ong pula.

Hui Sin mengiakan terus melangkah keluar. Kemudian Lam-thian-ong berpaling kepada Mo-seng-li.

"Kedudukanku lebih tinggi dari engkau," katanya, "apalagi aku membawa Panji Kuning dari Pah-cu. Sudah tentu engkau harus menerima perintahku. Sekarang kuperintahkan supaya engkau menyerahkan ke tujuhbelas batang jarum Ular Emas itu kepadaku!"

Mo-seng-li memandang ke arah Panji Kuning itu lalu mendengus.

"Demi menghormat kepada Panji Kuning, kuterima permintaanmu. Tetapi nanti setelah menghadap gi-bo, aku tentu akan membuat perhitungan dengan engkau."

Habis berkata nona itu segera mengambil sebuah kotak kumala dari dalam bajunya. katanya: "Tujuhbelas batang jarum Ular Emas itu berada dalam kotak kumala ini......"

Belum sempat ia melanjutkan ucapannya, tiba-tiba sesosok bayangan secepat kilat melesat tiba. Sedemikian cepat sekali orang itu bergerak untuk menyambar lengan kiri Mo-seng-li.

Mo-seng-li terkejut. Cepat ia menyadari kalau berhadapan dengan seorang musuh yang sakti. Tiba-tiba ia berputar tubuh untuk menghindar keluar dari pagoda. Dan pada saat bergerak keluar itu, iapun sudah memasukkan kotak kumala ke dalam bajunya lagi.

Tetapi penyerang itu tertawa dingin. Cepat ia memburu keluar dan terus menutukkan jarinya ke dada Mo-seng-li.

"Pendekar Ular Emas Siau Mo!" teriak Mo-seng-li setelah sempat melihat siapa penyerang itu. Cepat iapun gerakkan kedua tangannya ke belakang dan ke muka. Sebuah hantaman dilancarkan dengan hebat. Gerakan itu merupakan dua jurus yang digabung menjadi satu.

"Hem, aku datang hendak mengambil kembali jarumku!" dengus Siau Mo.

Tiba-tiba pemuda itu miringkan tubuh, tangan kirinya mendorong lurus ke muka dan tangan kanan menyiak ke atas. Suatu gerakan yang luar biasa anehnya.

Tetapi pada saat tangan kirinya itu hampir mengenai Mo-seng-li, sekonyong-konyong dihentikan. Getaran gerakan tangan itu memancarkan tenaga sakti yang melanda ke dada Mo-seng-li.

Sedang tangan kanannya pun berganti gaya. Bermula pelahan tetapi tiba-tiba di balikkan cepat sekali dan berobah menjadi jurus mencengkeram,

"Aduh......!" terdengar nona itu menjerit karena siku lengan kirinya telah dicengkeram lawan. Seketika nona itu rasakan tubuhnya lunglai dan cepat-cepat tangan kanan nona itu mendekap siku lengan kirinya yang kesakitan itu.

Melesat dari tempat persembunyian, menyerbu Mo-seng-li, memburunya keluar dan mencekal lengan Wanita Suara Iblis lalu menutuk jalan darah punggungnya, kesemua itu dilakukan dengan gerak cepat yang sukar dibayangkan. Sehingga pada saat Lam-thian-ong terkejut dan memburu keluar, Mo-seng-li sudah dikuasai oleh Siau Mo.

"Wut......" dengan geram Lam-thian-ong segera lepaskan sebuah hantaman.

"Krak......" Siau Mo menampar dengan tangan kiri sedang tangan kanannya tetap mencekal siku lengan si nona lalu dibawa berputar-putar mundur sampai setombak jauhnya.

"Bokyong-te, pondonglah dia!" seru Siau Mo ketika Bok-yong Kang lari menghampiri.

Bok-yong Kang tertegun meragu. Tetapi pada lain kejap ia segera melakukan perintah.

Siau Mo kuatir kalau Lam-thian-ong akan menyerang lagi maka buru-buru ia menyerahkan Mo-seng-li kepada Bok-yong Kang. Tetapi ternyata habis memukul, Lam-thian-ong tak menyerang lagi. Rupanya dia gentar juga melihat kesaktian Siau Mo.

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang