16. Raja Langit Selatan

1.5K 23 0
                                    

Bok-yong Kang terkejut.

"Toako, apa maksud toako?" tanyanya.

"Orang-orang Naga Hijau itu tak seorang pun yang datang kemari," kata Siau Mo, "orang-orang tadi jelas anak buah Wanita Suara Iblis semua. Ia menggunakan siasat itu untuk menimbulkan kesangsian orang agar mundur teratur."

"O, mengapa?" tanya Bok-yong Kang makin tak mengerti.

"Mari," seru Siau Mo," kita terlambat selangkah lagi dari Wanita Suara Iblis itu. Dia tentu hendak mengantarkan Nyo Jong-ho dan rombongannya kembali ke Lok-yang lagi."

Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang bernada seram.

"Siau Mo, jangan lari!"

Dari taman bunga yang luas itu muncul seorang lelaki berpakaian hitam dengan diiringi oleh delapanbelas pengawal bersenjata.

Bok-yong Kang segera mengenali bahwa pengawal-pengawal itu yalah penjaga-penjaga yang berada dalam gedung tadi.

Siau Mo tak gentar. Ia menghadapi si Baju Hitam dan menegurnya dengan dingin: "Apakah kedudukanmu dalam kalangan anak buah Wanita Suara Iblis?"

Wajah lelaki baju hitam yang sehitam pantat kuali itu, sedikitpun tak menampilkan perobahan cahaya.

"Hm, engkau mau tahu?" serunya. "karena toh malam ini engkau takkan lolos dari sini, aku pun tak keberatan untuk memberitahu. Aku dan kedelapanbelas pengawal ini adalah pengawal pribadi dari Wanita Suara Iblis."

Siau Mo mengangguk.

"Bagus, dengan begitu engkaupun tentu dapat memberi keterangan, apa tujuan majikanmu itu menangkap Nyo Jong-ho dan rombongannya?"

"Tiga pusaka dunia persilatan," sahut si Baju Hitam.

Tiba-tiba pada saat itu Siau Mo mengetahui suatu hal yang ada sangkut pautnya dengan dendam kematian keluarganya. Segera ia tersenyum. Senyum yang selama ini tak pernah merekah pada bibirnya.

"Sebenarnya aku hendak membasmi kalian kesembilan belas orang ini. Tetapi sekarang kurobah putusanku. Kalian akan kubiarkan hidup semua."

Baju Hitam tertawa mengekeh: "Heh, heh, pemimpinku Wanita Suara Iblis memang agak jeri kepadamu. Tetapi kurasa, kepandaianmu itu biasa saja!"

Siau Mo tersenyum: "Memang tak kecewa engkau menjadi anak buah Wanita Suara Iblis. Engkau seorang yang cerdas dan kaya akan tipu muslihat. Sayang aku tak kena engkau kelabuhi. Bokyong-te, mari kita pergi."

Tiba-tiba si Baju Hitam tertawa seram lalu hendak menyergap Bok-yong Kang. Tetapi Siau Mo segera menampar dadanya dengan jurus Kim-pa-lok-jiau atau Macan kumbang mengulur cengkeram.

Jurus itu memang sebuah jurus biasa. Tetapi dimainkan oleh Siau Mo, jurus itu berobah lain. Memiliki perbawa dan tenaga yang dahsyat.

Dalam pada itu, Bok-yong Kang pun segera berputar tubuh dan terus melesat keluar. Tetapi kedelapanbelas pengawal itu segera menyerbunya.

"Bokyong-te, menuju Lok-yang, aku menyusul belakang," teriak Siau Mo seraya menerjang kedelapanbelas pengawal itu. Laksana hujan mencurah, ia menghajar serangan kepada mereka. Dalam sekejap saja, delapan buah pukulan telah dilancarkan.

Segera terdengar suara orang mengerang tertahan dan segera tujuh orang rubuh ke tanah.

Terdengar sebuah suitan nyaring yang menembus udara dan bagaikan angin puyuh, tubuh Siau Mo pun berputar-putar meluncur keluar.

Melihat Siau Mo keluar, tiba-tiba wajah si Baju Hitam itu berseri girang.

Sesaat kemudian terdengar suara lengking seorang wanita dari dalam gedung:

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang