Menurut arah suara itu, Siau Lo-seng melihat orang aneh berpakaian warna kuning emas itu membuka mata. Kedua tangannya tampak gemetar dan tubuhnya pun agak merebah ke belakang.
Sekalian orang terperanjat sekali. Berpuluh pasang mata segera mencurah ke arah orang tua aneh itu. Mereka terkejut melihat perobahan yang terjadi secara mendadak itu.
Tay Hui Sin-ni kerutkan dahi, ujarnya: "Seharusnya lebih baik jangan terjadi suasana begini."
Pelahan-lahan tangan orang aneh itu tenang kembali dan sikapnya pun kembali seperti biasa lagi.
Saat itu alis dari Dewi Mega Ui Siu-bwe pun pelahan-lahan merebah dan bahkan mulai membuka kedua matanya.
Kini kedua orang itu saling beradu pandang. Mereka seolah tak menghiraukan keadaan di kelilingnya lagi.
"Dia mau mendengarkan kata-kataku," seru Siau Lo-seng girang.
"Apakah engkau menggunakan ilmu Menyusup suara untuk menyampaikan kata kepada orang baju indah itu?" tanya Tay Hui Sin-ni.
"Ya," sahut Siau Lo-seng. "aku serempak menyampaikan ilmu menyusup suara itu kepada mereka berdua. Orang baju indah itu mau mendengar, tetapi Ui locianpwe tidak memberi tanggapan apa-apa."
Tay Hui Sin-ni gelengkan kepala:
"Kalau orang baju indah itu menarik tenaganya, pun Ui sicu juga harus berbuat demikian. Kecuali apabila mereka berdua memang dapat menangkap ilmu menyusup suara yang engkau lancarkan itu."
"Pada saat orang aneh itu menarik tenaganya, kita susuli pukulan untuk menahan tenaga Ui locianpwe."
"Ui li-sicu memiliki tenaga-dalam yang amat sakti. Siapa yang mampu menerima hamburan tenaga saktinya? Aku sendiripun tak sanggup kecuali aku memiliki ilmu Kim-kong-sin-kang.
"Jika demikian, ada harapan!" teriak Siau Lo-seng seraya lari menghampiri maju.
"Siau koko!" teriak Hun-ing cemas.
Saat Siau Lo-seng sudah berdiri di belakang lelaki baju kuning emas. Dia menghadap pada Dewi Mega Ui Siau-bwe. Sambil dekapkan kedua tangannya ke dada ia berkemak kemik mengucapkan beberapa patah kata kepada lelaki baju kuning emas itu.
Melihat itu Tay Hui Sin-ni pun serentak berteriak keras, "Jangan, jangan!"
Tetapi seiring dengan teriakan itu, Siau Lo-seng pun juga menggembor keras seraya dorongkan kedua tangannya ke arah kedua tangan Dewi Mega Ui Siu-bwe.
"Bum......"
Terdengar letupan keras macam batu karang hancur. Beberapa sosok bayangan berhamburan pencar dan meja yang terbuat daripada batu kumala itupun hancur lebur berantakan.
Siau Lo-seng mengerang tertahan. Tubuhnya terlempar sampai dua tombak jauhnya dan terbanting keras. Ia pingsan seketika.
Tetapi Dewi Mega Ui Siu-bwe pun mencelat dari kursi, berjumpalitan sampai setombak jauhnya. Keempat dara baju biru serentak menyanggapi tubuh pemimpin mereka dengan tepat. Lelaki aneh baju kuning itu tetap duduk di kursinya. Tetapi secepat itu pula ia meloncat memeluk Siau Lo-seng dan memeriksa denyut nadi pergelangan tangannya.
Tay Hui Sin-ni pun bergegas menghampiri dan berseru cemas: "Dia...... bagaimana?"
Lelaki baju kuning emas itu melekatkan telinga untuk mendengarkan detak jantung Siau Lo-seng. Sejenak kemudian ia berbangkit.
"Dia tak kurang suatu apa, bahkan malah bertambah dengan selapis tenaga dalam. Cobalah kalian periksa Pah-cu kalian, dia tentu terluka parah," serunya.
Hun-ing cepat memandang ke arah Jin Kian Pah-cu. Tampak rambut Dewi Mega Ui Siu-bwe lepas terurai, wajahnya pucat lesi seperti seorang yang baru sembuh dari penyakit berat. Saat itu ia sedang pejamkan mata menyalurkan tenaga dalam dan pernapasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Aktuelle LiteraturSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...