79. Masuk Lembah Kumandang

1.3K 21 0
                                    

Tetapi Siau Lo-seng hanya mendengus dingin. Ia menerjang mereka dengan taburan pedang. Lima buah tabasan cepat ditujukan ke lima penghadang itu. Dan terdengarlah pekik jeritan ngeri.

Sebelum melihat orangnya, ke lima baju hitam itu pun sudah terkena oleh tusukan pedang. Yang empat orang rubuh, yang seorang terhuyung-huyung dengan bahu mengalir darah. Dia bersandar pada sebatang pohon.

Memang jurus yang diserangkan Siau Lo-seng itu, luar biasa cepat dan indah. Dalam sekejap lima orang serempak terluka.

Sebenarnya Siau Lo-seng tak mau mengejutkan orang-orang Lembah Kumandang. Tetapi karana sudah terlanjur ke sarang harimau, terpaksa ia harus bertindak. Cepat ia loncat dan lekatkan ujung pedang ke tenggorokan orang itu.

"Bukankah engkau orang Lembah Kumandang?" bentaknya.

Mata orang baju hitam itu mendelik marah sahutnya: "Hm, kawanan pembunuh, engkau kira orang Lembah Kumandang itu mudah dihina? Bunuhlah aku tetapi jangan harap engkau mampu lolos dari tempat ini."

Siau Lo-seng cepat menyadari bahwa orang itu telah menyangka dia sebagai pembunuh orang Lembah Kumandang.

"Aku hendak bertanya beberapa hal kepadamu. Kalau tak mau bilang, engkau akan merasakan penderitaan yang lebih hebat dari pada apa yang Jin Kian Pah-cu pernah lakukan kepada orang."

"Pemimpin kami, berbudi luhur berhati welas asih tak pernah menjatuhkan hukuman. Anak muridnya yang bersalah hanya ditundukkan dengan kata-kata penyadaran. Adalah karena sikapnya yang welas asih itu maka timbullah murid hianat. Dia menjadi musuh dalam selimut yang secara diam-diam telah memasukkan musuh ke sini sehingga Lembah Kumandang mengalami bencana berdarah seperti saat ini."

Siau Lo-seng terbeliak.

"Engkau maksudkan dalam Lembah Kumandang terdapat penghianat yang bersekongkol dengan musuh untuk menghancurkan Lembah Kumandang?" serunya.

Orang berpakaian hitam berteriak geram:

"Kalau tiada penghianat dari dalam bagaimana mungkin kalian mampu memecahkan enambelas pos berbahaya dalam Lembah Kumandang ini? Sekarang kau mau bunuh, bunuhlah sepuas hatimu. Tetapi jangan harap engkau dapat keluar dari lembah ini dengan selamat."

Siau Lo-seng guratkan ujung pedangnya ke kulit tubuh orang itu dan membentaknya:

"Aku tak peduli Lembah Kumandang akan jadi bagaimana. Aku hanya menghendaki engkau menjawab pertanyaanku, apakah pihak Naga Hijau juga ikut dalam pembunuhan malam ini? Dan berapa banyakkah jumlah mereka yang datang?"

Tiba-tiba ia hentikan kata-katanya karena saat itu ia telah merasa bahwa di belakangnya telah muncul beberapa orang, segera terdengar suara seorang perempuan berseru.

"Akulah yang akan menjawab pertanyaanmu itu!"

Siau Lo-seng tak mengira di antara pendatang itu terdapat wanita juga. Ia agak condongkan tubuh ke samping dan melirik ke belakang.

Lebih kurang dua tombak jauhnya, muncul sejumlah tiga-empatpuluh orang yang dipimpin oleh dua orang nona cantik. Mereka bukan lain yalah Hiat Sat Mo-li yang bertempur dengan Li Giok-hou dan si nona baju merah, sumoay ketiga dari Hiat Sat Mo-li.

Sebelah kanan, tampak pukulan seribu Buddha Leng Bu-sia, salah seorang dari Tiga Jago partai Go-bi-pay dan Bandringan terbang Bwe Hui-ji. Sedang di samping kiri berjajar selusin gadis baju merah dengan bersenjata pedang, di belakang mereka, tegak duapuluh lelaki berpakaian tempur.

Melihat Siau Lo-seng, wajah Leng Bu-sia dan Bwe Hui-ji agak berobah. Mereka hendak bicara tapi tak jadi.

Siau Lo-seng pun terkejut, pikirnya: "Adakah Leng Bu-sia dan Bwe Hui-ji sudah pulih kesadaran pikirannya?"

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang