84. Tantangan ke Dua Belas Pos Rahasia

1.3K 23 0
                                    

Setitikpun Siau Lo-seng tak menyangka babwa di belakang hutan lebat itu terdapat sebuah tempat yang indah alamnya. Lebih tak menyangka lagi dia bahwa jalanan di bawah tanah dari istana Ban-jin-kiong itu, begitu pelik sekali.

Ketika lepaskan pandang ke muka, di jalan sempit pada jajaran puncak gunung itu, tampak lima orang berjalan cepat sekali. Pada lain kejap kelima orang itupun lenyap.

Siau Lo-seng tak mempunyai waktu untuk menikmati pemandangan alam di situ. Bergegas-gegas dia menuju ke mulut jalanan itu.

Tiba di bawah karang buntu, tampak sebuah pintu batu. Di atas pintu melintang sekeping papan batu yang bertuliskan:

"Pos Pertama."

Pada saat Siau Lo-seng tengah memandang papan nama itu tiba-tiba sebuah suara parau membentaknya.

"Apanya yang perlu dilihat? Kalau takut menghadapi perkara, jangan datang kemari!"

Siau Lo-seng terkejut. Buru-buru ia melangkah masuk seraya berseru nyaring,

"Cabang ketujuh dari Kwan-gwa. Siau Kok-su, mohon diperiksa."

Dari balik pintu batu kembali terdengar suara teriakan yang kasar, "Di situ bukan tempat yang aman, berpaling ke belakang akan melihat tepi."

"Jalan ini dapat mencapai ke negara Emas, lekas masuk," sahut Siau Lo-seng.

Tiba-tiba suara dari balik pintu batu itu tertawa gelak-gelak: "Nomor tujuh dari Kwan- gwa, masuklah."

Apa yang diucapkan oleh kedua orang itu merupakan kata-kata sandi. Karena Siau Lo-seng dapat menanggapi dengan tepat maka diapun segera diperintahkan masuk.

Begitu masuk ke dalam pintu batu itu. Siau Lo-seng segera melihat seorang tua kate, berwajah seperti kanak-anak, sedang rebah di atas sebuah kursi goyang. Tangannya mencekal sebuah kipas dari batu kumala dan tengah berkipas-kipas diri.

Empat penjuru merupakan gerumbul pohon Kui-hoa. Tiada seorang lain kecuali si kate itu.

Rupanya orang kate itupun pura-pura tak melihat Siau Lo-seng. Tanpa mengisar pandang mata ia segera bersenandung:

Belibis berkawan-kawan terbang ke selatan,
Burung walet terbang pulang ke sarang,
O, manusia yang bodoh menyerahkan diri,
ke dalam istana Mo-kiong.

Sebenarnya Siau Lo-seng tak percaya kalau orang kate itu memiliki suara yang berkumandang besar berwibawa. Tetapi setelah mendengar senandungnya, barulah ia terkejut dan berhenti. Dipandangnya orang itu sejenak lalu menghampiri dan memberi hormat,

"Mohon......"

"Tempat ini bukan tempat yang aman," tukas orang tua kata itu. "berpaling dan engkau akan melihat tepi. Aneh, aneh, sungguh aneh. Di sorga terdapat jalan yang lebar, mengapa harus menerobos masuk ke neraka? Tadi telah datang seorang tolol sekarang datang lagi dua kepala kerbau. Ho, ho, ho, aku Jit-hay-mo-thong Tan Lip-jin, mau pejamkan mata tidur sebentar saja tidak bisa. Nah, lanjutkanlah ketololanmu, kerbau gila, mengapa tak lekas pergi. Apabila ditangkap dan dimasukkan dalam istana, tentu akan mati!"

Siau Lo-seng terkejut. Jelas orang tua kate itu mengoceh hendak memberi peringatan kepadanya. Jelas bahwa dalam istana Ban-jin-kiong itu terdapat banyak sekali jago-jago yang sakti.

Seingat pengetahuannya, orang kate Tan Lip-jin yang bergelar Jit-hay-mo-thong atau Iblis anak tujuh samudera itu, sudah sejak duapuluh tahun yang lalu tak muncul. Dahulu dia seorang iblis yang termasyhur. Tetapi mengapa sekarang tiba-tiba berada di istana Ban-jin-kiong? Menilik ocehannya, jelas orang kate itu tak mau menjadi anak buah Ban-jin-kiong.

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang