Siau Lo-seng terdesak mundur sampai setombak jauhnya. Tiba-tiba ia hentikan pukulannya.
"Ah, hawa iblis makin merajalela. Kemungkinan makin berat beban untuk memberantas mereka," ia menghela napas.
Tiba-tiba berpuluh-puluh imam tua dan muda berhamburan masuk memenuhi ruangan itu. Siau Lo-seng terkejut. Bukankah tadi biara itu kosong melompong? Mengapa sekarang mendadak muncul sekian banyak imam?
"Ceng Hi, apa maksud kalian datang kemari?" tiba-tiba It Tim Totiang menegur.
Seorang imam pertengahan umur, tampil ke hadapan It Tim Totiang, berlutut dan berseru dengan nada getar:
"Hatur beri tahu kepada susiok. Sekalipun dijatuhi hukuman perguruan yang berat tetapi para murid tetap hendak menyaksikan matinya pembunuh yang telah membinasakan ciang-bun-jin suheng dan ketigapuluh dua anak murid paseban Ik-seng-tong. Murid Ceng Hi, akan bunuh diri sebagai hukuman karena tak mampu melindungi mereka tetapi murid mohon agar supeh dan susiok dapat menangkap pembunuh itu dan membalaskan sakit hati ciang-bun-jin suheng dan para murid-murid paseban Ik-seng-tong."
Habis berkata Ceng Hi mencabut pedang hendak ditabaskan ke lehernya. Tetapi tiba-tiba empat orang imam loncat menghampiri. Yang dua menyekap tangan Ceng Hi dan yang dua berlutut di hadapannya.
"Suhu, jika suhu hendak bunuh diri, harap bunuh semua murid-murid dulu," seru kedua imam itu.
Sekalian imam yang memenuhi ruangan itu serempak menundukkan kepala dan mengucurkan air mata. Bahkan ada yang terisak-isak.
Siau Lo-seng terkejut. Diam-diam ia menyadari apa yang telah terjadi. Ternyata anak murid Bu-tong-pay itu telah menuduh bahwa dialah pembunuh dari ciang-bun-jin (ketua) Bu-tong-pay dan ketigapuluh dua murid-murid paseban Ik-seng-tong.
Apakah yang telah terjadi di markas Bu-tong-pay? Ah, sebelum jelas akan persoalannya ia akan membatasi diri untuk tidak bertindak gegabah agar jangan sampai terulang lagi peristiwa seperti dengan Liat Hwe Thancu dari perkumpulan Naga Hijau itu.
Jelas sudah bahwa Bu-tong-pay sudah menduga bahwa dia tentu akan datang ke markas mereka. Maka sebelumnya mereka sudah mengadakan persiapan untuk menyambut.
Karena tak kuat menahan ketegangan hatinya, Siau Lo-seng segera berseru lantang,
"Hai, harap jangan percaya pada orang yang memfitnah diriku sebagai pembunuh. Aku baru pertama kali ini datang ke sini. Aku tak tahu peristiwa apa yang terjadi di markas Bu-tong-san ini."
Tiba-tiba imam muda yang mendekap lengan Ceng Hi membentak: "Bangsat, terimalah pedangku ini!"
Seiring dengan bentakannya, ia terus loncat ke udara dan taburkan pedang dalam jurus Ribuan tawon keluar sarang. Berpuluh-puluh percikan sinar pedang segera mencurah ke arah kepala Siau Lo-seng.
Tahu bahwa imam muda itu memainkan jurus ilmu pedang Bu-tong-pay yang hebat, Siau Lo-seng pun tak berani memandang rendah. Ia menyurut mundur beberapa langkah lalu mencabut Pedang Ular Emas dan digerak-gerakkan untuk menangkis.
"Tring, tring......"
Ketika kedua pedang itu saling beradu, Siau Lo-seng tetap tegak di tempatnya tetapi imam muda itu terhuyung-huyung sampai tujuh-delapan langkah baru berdiri tegak lagi.
Dari hasil adu senjata itu dapatlah diketahui bagaimana ukuran kepandaian kedua orang itu.
Ilmu kepandaian Siau Lo-seng berasal dari Cian-li-tui-cong Ban Li-hong. Dan Ban Li-hong menguasai segala ilmu silat maupun ilmu pedang segenap aliran perguruan dalam dunia persilatan. Sudah tentu ilmu pedang Bu-tong-pay yang dimainkan imam muda itu takkan terlepas dari penguasaan Siau Lo-seng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Aktuelle LiteraturSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...