Yang diketahuinya ayah angkatnya seorang tua yang cacat tubuh dan menderita luka hati. Tetapi bagaimana asal usulnya, dia tetap tak tahu.
Ah, perlu apa banyak pikir? Selekas bertemu dengan ayah angkatnya, bukankah ia segera tahu kesemuanya itu? Akhirnya ia memutuskan.
"Dia telah ditawan orang. Tetapi tempat itu sukar diselidiki," serunya.
Ang Siong-pik tertawa gelak-gelak.
"Tempat manakah di dunia ini yang tak dapat kudatangi? Sekalipun sarang harimau kubangan naga, aku tentu dapat mencarinya. Katakan, siapa yang menawannya...... eh, tetapi aku merasa curiga. Dalam dunia persilatan dewasa ini, partai perguruan maupun tokoh persilatan manakah yang mampu mengalahkan dia? Mungkin hanya mengundangnya bukan menangkap dia!"
Siau Lo-seng terperanjat.
"Kalau meuurut bicaramu, ilmu pelajaran dari Thian-siau-sian-tong itu tiada lawan di dunia?" serunya.
"Ah, aku tak berani mengatakan begitu," kata Ang Siong-pik, "hanya saja, sejak aku turun ke dunia persilatan, belum pernah aku bertemu dengan lawan yang setanding."
"Ban Jin-hoan ketua Ban-jin-kiong, Jin Kian Pah-cu Ui Siu-bwe dan Puteri Neraka serta Te-gak Kui-ong, apakah mereka kalah dengan engkau?" Siau Lo-seng tak puas.
Buddha Emas Ang Siong-pik tertawa nyaring.
"Ban Jin-hoan dan Ui Siu-bwe itu masih tergolong angkatan lebih muda dari aku. Masakan engkau sejajarkan diriku dengan mereka? Ha, ha, tentang Puteri Neraka dan Te-gak Kui-ong (Raja Akhirat), walaupun mereka menggunakan ilmu pelajaran dari kitab pusaka guha Thian-siau-siau-tong untuk melatih mumi, tetapi cukup dengan kutiupkan irama Thian-siau-mo-im saja mereka pasti akan rubuh terkapar. Bahkan mungkin nyawanyapun terkuasai......"
"Engkau katakan ilmu membuat mumi itu juga berasal dari guha Thian-siau-sian- tong?" Siau Lo-seng berteriak kaget.
Dia teringat akan keterangan ayah angkatnya bahwa ilmu menempa nyawa itu berasal dari Kiu-thian-sian-hu. Bermula Siau Lo-seng tak percaya, tetapi sekarang dia tak ragu lagi.
"Kitab Lian-hun-cin-keng (menempa nyawa) telah dicuri oleh Cian-li-tui-cong Ban Li-hong dari Kiu-thian-sian-hu baru tersebar ke dunia persilatan. Tentang hal itu, masakan aku perlu berbohong!"
Siau Lo-seng menghela napas. "Kalau begitu, locianpwe benar-benar tokoh sakti yang tiada lawannya dalam dunia persilatan."
Jawab Buddha Emas Ang Siong-pik: "Hanya ada seorang manusia yang menjadi sainganku yang berat......"
Berkata sampai di situ tiba-tiba dia berhenti lalu beralih pada lain persoalan: "Sudahlah, jangan bicara yang tak berguna. Lekas katakan, siapakah yang menangkap orang tua peniup seruling itu?"
Tiba-tiba Siau Lo-seng mendapat lain pikiran pula. Kalau Ang Siong-pik itu tak takut kepada Ban Jin-hoan dan Jin Kian Pah-cu, jelas ayah angkatnya tentu juga tak takut. Tetapi dia hanya seorang diri, mungkin......
"Dia bersama nona Ui Hun-ing telah dibawa Jin Kian Pah-cu Ui Siu-bwe ke Lembah Kumandang!" serunya serentak.
"Benarkah itu?" Ang Siong-pik menegas.
"Aku sudah mengatakan, terserah percaya atau tidak," sahut Siau Lo-seng.
"Jalan!" teriak Buddha Emas Ang Siong-pik memberi perintah kepada anak buahnya, "menuju ke Lembah Kumandang!"
Tandupun segera diangkat dan dengan kepesatan langkah yang mengagumkan, rombongan pengawal baju merah dan putih itupun segera lenyap di ujung jalan.
Kepergian rombongan Ang Siong-pik itu telah meninggalkan berbagai kesan pada Siau Lo-seng. Dia masih tak habis mengerti mengapa Leng Tiong-siang telah menolongnya. Dan bagaimana pendirian Buddha Emas Ang Siong-pik itu, kawan atau lawan? Siapa pula orang tua peniup seruling yang menjadi ayah angkatnya itu? Dia mengatakan ilmu kepandaiannya berasal dari Kiu-thian-sian-hu. Tetapi aliran apakah Kiu-thian-sian-hu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
General FictionSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...