"Kalau engkau dihadapi dua hal Baik dan Jahat, lalu engkau memilih yang mana?" tanya Siau Mo pula.
"Sudah tentu memilih yang Baik."
Siau Mo mengangguk.
"Ah, Bokyong-te," Siau Mo melanjutkan lagi, "dengan sejujurnya kuberi tahu kepadamu. Sebenarnya bagiku, Baik dan Jahat itu tak ada bedanya. Kurasa orang yang melakukan Kebaikan dan orang yang melakukan Kejahatan, serupa saja. Pada akhirnya juga takkan terlepas dari mati. Misalnya: Go Jo itu seorang dorna besar, walaupun namanya jatuh dan dihina orang, tetapi juga meninggalkan nama sampai beribu tahun. Kebalikannya, Gak Hui itu seorang panglima yang setia, pun juga meninggalkan nama sampai beribu tahun. Jahat meninggalkan nama. Baik pun meninggalkan nama. Soal itu bagi yang bersangkutan karena sudah mati, juga tak ada sangkutannya apa.
"Bokyong-te, mungkin karena kelahiranku ini dengan membawa penyakit maka watakku juga aneh dan mempunyai prasangka terhadap orang. Pandanganku terhadap Baik dan Jahat, pun tak sama dengan orang biasa. Itulah sebabnya maka sejak berkelana dalam dunia persilatan sepak terjangku tak menentu di antara garis-garis Baik dan Jahat itu."
Mendengar itu diam-diam Bok-yong Kang terkejut, pikirnya:
"Memang perangai Siau toako ini luar biasa anehnya. Kalau dia sampai terjerumus ke arah jalan yang Jahat, entah berapa banyak jiwa manusia yang akan melayang. Ah, baiklah aku terus mendampingi saja untuk mempengaruhi alam pikirannya."
"Selama tiga tahun ini," sesaat kemudian Siau Mo meneruskan kata-katanya lagi, "Aku sering mencampur adukkan Kesadaran dan Prasangka, sehingga sering aku tak dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk, yang salah dan yang benar. Itulah sebabnya aku tak sungguh-sungguh memikirkan tentang keadaan dunia persilatan. Dan karena itu timbullah bahaya mengancam keselamatan dunia persilatan. Ya, pembunuhan-pembunuhan besar dewasa ini boleh dikata akulah yang menyebabkannya."
Bok-yong Kang terkejut,
"Toako, bagaimana engkau mengatakan kalau peristiwa berdarah dalam dunia persilatan dewasa ini engkau yang menimbulkan? Selama setahun ini, kecuali mengadakan pembasmian manusia-manusia jahat, toako tak melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian yang besar pada dunia persilatan."
Siau Mo gelengkan kepala.
"Ada beberapa perbuatanku yang engkau tak tahu," katanya.
Bok-yong Kang berseru nyaring: "Dewasa ini dunia persilatan memang sedang dilanda demam pembunuhan. Siau toako memiliki kecerdasan yang luar biasa. Apabila toako dapat melakukan tindakan yang menyelamatkan dunia persilatan, tentulah hal itu sebagai suatu berkah dari Tuhan."
Mendengar itu Siau Mo menengadahkan kepala memandang ke langit yang luas.
Bok-yong Kang menyadari bahwa karena keluarganya menderita peristiwa yang mengerikan, maka Siau Mo menjadi berwatak aneh dan dingin terhadap urusan dunia. Tetapi diam-diam ia memperhatikan bahwa dalam waktu terakhir ini, tampaknya Siau Mo mengalami perobahan dalam hati. Bila hal itu terarah pada suatu keputusan, pentinglah bagi dunia persilatan.
Siau Mo mempunyai kekuatan yang dahsyat. Dia dapat menyelamatkan dunia persilatan, tetapi pun mampu membuat dunia persilatan hancur berantakan.
Tiba-tiba mata Siau Mo memancar sinar aneh, serunya dengan nada sarat:
"Bokyong-te, aku telah mengambil keputusan bahwa dalam sisa hidupku ini, akan kugunakan untuk melakukan suatu pekerjaan besar yang menggemparkan seluruh dunia persilatan. Bok-yong te, mari kita lekas kembali masuk ke dalam kota lagi."
Melihat Siau Mo sudah mendahului ayunkan langkah, Bok-yong Kang menyusulnya.
Saat itu hari sudah menjelang terang tanah. Lari Siau Mo secepat bintang meluncur. Kakinya sama sekali tak mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Fiksi UmumSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...