27. Engkau....... Pembunuh Ayahku!

1.4K 23 0
                                    

Melihat kerut wajah pemuda berobah-robah tak menentu, tahulah Pek Wan Taysu bahwa Siau Lo-seng tentu masih menyembunyikan sesuatu. Tetapi pemuda itu tak mau mengatakannya. Pek Wan Taysu pun tak mau mendesak dan beralih pada lain pembicaraan.

"Anak seng," katanya, "pembunuhan terhadap Nyo Jong-ho dan Han Ceng-jiang itu tentu mempunyai latar belakang mengenai suatu rahasia dalam dunia persilatan."

"Dengan tindakannya membunuh seorang guru yang menjadi juga ayah angkatnya, jelas Li Giok-hou itu menyalahi perikemanusiaan dan keluhuran budi. Kurasa tentu ada suatu liku-liku dendam di dalam peristiwa itu, Maka baiklah kita lekas-lekas mengejar anak itu agar dapat kita ketahui kejadian yang sebenarnya."

Pek Wan Taysu merenung.

"Nyo Jong-ho dan Han Ceng-jiang adalah orang yang mengetahui tentang rahasia pembunuhan ayahmu. Apabila kedua orang itu dibunuh, mungkin......"

Mendengar itu diam-diam Siau Lo-seng pun berpikir, "Ya, mengapa aku tak memikirkan hal itu...... apakah orang yang selalu membayangi aku dan selalu mendahului membunuh orang yang hendak kuselidiki dan kucurigai sebagai pembunuh ayahku itu Li Giok-hou sendiri......."

Dulu ia menganggap yang melakukan hal itu yalah Mo-seng-li. Tetapi setelah nona itu dengan terus terang memberitahukan tentang asal usul dirinya, sudah tentu kecurigaan Siau Lo-seng pun lenyap.

Berpikir sampai di situ, tiba-tiba Siau Lo-seng berteriak: "He, bagus budak, ternyata engkau......"

Tetapi ketika ia merenung lagi, timbullah kesangsian dan pertanyaan dalam hatinya. Apa tujuan Li Giok-hou membunuh guru dan ayah angkatnya sendiri itu? Apakah Giok- hou mempunyai hubungan deugan pembunuhan atas keluarga Siau Lo-seng yang lalu.

Ah, tidak, tidak mungkin! Dia tentu masih kecil.

Apabila Li Giok-hou melakukan perbuatan terkutuk membunuh ayah angkatnya sendiri, tentu karena dia hendak merebut pusaka Keng-hun-pit, senjata dari Nyo Jong-ho yang menjadi salah sebuah dari Tiga Pusaka dunia persilatan.

Tengah Siau Lo-seng merenungkan hal itu, tiba-tiba dari jauh terdengar jeritan ngeri dan teriakan keras.

Siau Lo-seng dan Pek Wan Taysu terkejut. Suara itu hilang-hilang terdengar, terbawa angin.

"Anak Seng," tiba-tiba Pek Wan Taysu berseru, "dapatkah engkau mcngenali suara jeritan dan teriakan itu?"

Setelah beberapa saat berdiam diri, tampak wajah Siau Lo-seng berobah gelap, serunya: "Rupanya dari orang-orang Lembah Kumandang. Mari kita tinjau!"

Baru dia hendak bergerak tiba-tiba terdengar sebuah suitan nyaring membelah angkasa. Siau Lo-seng dan Pek Wan Taysu cepat loncat melayang ke arah sebatang pohon siong.

Tepat pada saat kedua orang itu bersembunyi di pohon itu, sesosok bayangan melayang turun dari udara dan muncullah seorang lelaki yang aneh. Tubuhnya luar biasa besarnya dan wajahnyapun juga besar. Sepasang matanya yang sebesar kelinting berkeliaran memandang sekeliling tempat itu lalu ayunkan langkah menuju ke rumah pondok.

Siau Lo-seng dan Pek Wan Taysu terkejut melihat orang aneh itu. Jelas dia itu seorang tokoh silat yang berilmu tinggi.

Tiba-tiba di pintu pondok, ia melongok ke dalam. Setelah melihat mayat Nyo Jong-ho dan Han Ceng-jiang, dia berputar tubuh hendak tinggalkan tempat itu.

"Tunggu dulu," tiba-tiba terdengar suara tertawa "anak buah Naga Hijau sudah mengepung saudara!"

Dari dalam hutan muncullah seorang sasterawan pertengahan umur dengan mengenakan baju warna biru, diiring oleh belasan orang yang juga memakai pakaian warna biru.

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang