13. Tokoh Tersembunyi

1.3K 27 0
                                    

Menghadapi serangan nekad dari anak muda itu terpaksa Bwe Hui-ji mundur dua langkah.

Tiba-tiba Bok-yong Kang menghentikan serangannya dan berputar tubuh lalu loncat ke samping Siau Mo.

"Toako, engkau bagaimana?" serunya terkejut ketika melihat keadaan Siau Mo saat itu.

Tangan Siau Mo berlumuran darah, pakaiannya yang berwarna putih pun berlumuran cipratan darah. Tangan kanannya masih mencekal pedang Ular Emas yang meneteskan darah ke lantai......

Melihat Siau Mo dalam keadaan serupa itu ketiga tokoh Go-bi terlongong-longong.

Mereka cepat dapat menduga bahwa darah di pedang Siau Mo itu tentu darah lain orang yang dibunuhnya. Dan meniliknya banyaknya darah, tentulah jumlahnya korbannya tak sedikit.

Semula Bok-yong Kang mengira kalau Siau Mo menderita luka tetapi setelah memperhatikan keadaan toakonya itu sampai beberapa jenak barulah ia dapat mengetahui kalau darah itu bukan berasal dari tubuh Siau Mo.

Siau Mo melirik dan melihat bahu Bok-yong Kang berdarah. Serentak ia terus maju menghampiri ketiga tokoh Go-bi.

Go-bi Sam-hiap itu tokoh-tokoh yang termasyhur dalam dunia persilatan. Tetapi pada saat melihat sikap dan wajah Siau Mo yang begitu seram, tergentar jugalah hati mereka.

Tiba-tiba Bok-yong Kang berseru memanggil: "Siau toako......."

Siau Mo hentikan langkah, berpaling, "Bokyong-te, siapakah yang melukai engkau?"

Melihat wajah Siau Mo yang begitu membengis tahulah Bok-yong Kang kalau toakonya itu hendak membuat perhitungan deagan Go-bi Sam-hiap.

Bok-yong Kang tahu bahwa peristiwa dengan Go-bi Sam-hiap tadi hanya karena salah paham. Iapun tahu bahwa Go-bi Sam-hiap itu tokoh-tokoh pendekar yang menjunjung kebenaran. Apabila Siau Mo sampai bertempur dengan mereka, salah paham itu tentu makin berlarut panjang.

"Toako," seru Bok-yong Kang, "tadi hanya suatu kesalahan paham saja. Mereka salah menduga toako ini seorang jahat."

"Bokyong-te, apakah engkau tak mau membalas dendam?" seru Siau Mo.

Bok-yong Kang gelengkan kepala.

Tiba-tiba Siau Mo mengusap Pedang Ular Emas ke telapak sepatunya beberapa kali untuk menghilangkan noda darah. Setelah itu dimasukkan ke dalam sarung.

"Kereta berderak-derak, kuda meringkik-ringkik...... Bokyong-te, mari kita pergi!" seru Siau Mo.

Saat itu wajah ketiga tokoh Go-bi sama berobah. Kiranya mereka pun mendengar dari arah jalan di luar gedung, suara kereta berderak-derak mendatangi dan suara kuda meringkik-ringkik.

Mendengar ajakan Siau Mo, Bok-yong Kang pun terus berputar tubuh dan hendak mengikuti Siau Mo.

"Ho, hendak kemana kalian ini?" tiba-tiba Leng Bu-sia membentak.

Mendengar itu sekonyong-konyong Siau Mo herhenti, berputar tubuh dan maju menghampiri Go-bi Sam-hiap.

Leng Bu-sia mendahului menyambut kedatangan Siau Mo dengan sebuah pukulan ke arah dada.

Tetapi pemuda itu hanya sedikit melingkarkan kaki dan tetap maju. Melihat itu Leng Bu-sia pun mendengus lalu tabaskan tangannya ke pinggang orang.

Tabasan itu hebat sekali. Betapa pun Siau Mo hendak menyelinap dari arah mana saja, tetap tak dapat menghampiri maju.

Di luar dugaan, Siau Mo gerakan tangannya dengan cepat untuk menutuk jalan darah orang. Tetapi serempak dengan itu Leng Bu-sia pun sudah susulkan tangan kirinya lurus ke muka untuk mendorong dan menyambar pergelangan tangan orang.

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang