Seketika teringatlah Siau Lo-seng pada suatu malam seorang dara baju merah dengan berkuda telah menyampaikan peringatan kepadanya dengan ilmu Menyusup suara.
Serentak Siau Lo-seng pun tertawa:
"Ah, kalau begitu aku menghaturkan terima kasih kepada kalian berdua."
Saat itu Hun-ing dan Cu-ing pun berseru:
"Kuhaturkan selamat atas kebahagiaan sam sumoay karena telah mendapatkan kawan hidup yang sesuai dengan cita-citamu."
"Malu!" teriak si dara baju merah Cu Li, "cici Hun dan cici Ing adalah pasangan yang paling serasi dengan Siau toako, jodoh yang ditentukan oleh Thian."
Di saat muda mudi itu berseloroh dengan gembira, tiba-tiba terdengar Kho Ing-ti tertawa, "Bagus, kalian datang pada saat yang tepat sekali."
Pencabut nyawa Kwik Ing-tat balas tertawa:
"Jika tidak datang pada waktunya, tentu tak mampu menangkap Ciong Pek-to salah seorang dari keempat Thian-ong dari Lembah Kumandang. Begitu pula tak mungkin kami dapat menyelundup ke dalam istana di bawah tanah."
Kakek wajah dingin Leng Tiong-siang tertawa menyeringai,
"Cian-bin-poa-an Kho Ing-ti, kekuatan Ban-jin-kiong sudah berantakan. Betapapun akalmu, tetapi tak mungkin engkau mampu lolos dari jaring. Barisan pendam dan alat-alat rahasia dari istanamu sudah kita hancurkan semua. Lian-hun-kiong, Jun-gui-kiong pun telah kami ratakan dengan tanah."
"Apakah engkau tak mau menyerah dan masih hendak berkeras kepala?"
Mendengar keterangan itu, Kho Ing-ti alias Ban Jin-hoan hanya tertawa dingin.
"Yang kalian hancurkan itu hanya dua buah ruangan kosong. Sekarang akan kuperlihatkan kekuatan sebenarnya dari istana Ban-jin-kiong."
Ia menutup kata-katanya dengan gerakan tangan. Serentak gendering pun mendengung keras dan berlapis-lapis layar di atas panggung segera terangkat naik.
Pertama-tama yang muncul yalah Long Wi, kepala dari paseban Penempa jiwa atau Lian-hun-tian, menuntun empat ekor anjing menyerupai serigala. Mulut anjing itu terengah-engah sehingga taringnya tampak menyeramkan.
Dari layar sebelah kiri yang terbuka, muncul sepuluh deretan Sip-hun-jin atau manusia-manusia yang sudah hilang kesadaran pikirannya. Mereka menghunus golok pembantai.
Layar sebelah kanan, muncul limaratus barisan pemanah. Mereka telah siap dengan anak panah terpasang dibusur. Ujung anak panah itu ditujukan ke arah setiap orang yang berada di bawah panggung.
"Nah, apa sudah melihat?" Cian-bin-poa-an Kho Ing-ti tertawa, "Beratus-ratus Sip-hun-jin ini adalah jago-jago silat yang sakti dalam dunia persilatan. Dan kebanyakan mereka mempunyai hubungan dengan kalian. Apabila kalian berani bertindak sembarangan, mereka tentu akan mengadakan pembantaian secara buas."
Setelah itu Kho Ing-ti menunjuk pada sebuah layar lain, serunya:
"Dan di balik layar itu merupakan pusat penggerak alat-alat rahasia dari istana Ban-jin-kiong. Penggerak itu menggunakan daya tenaga sebuah air terjun. Dengan memanfaatkan daya tekanan yang keras untuk menutup kawah sebuah gunung berapi. Jika daya itu dihancurkan, maka uap panas dalam perut gunung itu tentu akan meletus. Mungkin seluruh istana Ban-jin-kiong, bahkan sampai beratus lie sekitar tempat ini akan rata dengan tanah."
"Kalian, kita, mereka beribu-ribu jiwa manusia pasti akan terkubur dalam timbunan tanah. Ha, ha, ha, suatu penyelesaian yang paling adil dan paling tepat."
Siau Mo berseru gugup:
"Kho Ing-ti engkau gila, jangan lakukan itu!"
Kho Ing-ti tertawa gelak-gelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
General FictionSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...