"Kalau begitu locianpwe memang sengaja melepaskan dia berkeliaran melakukan pembunuhan?" tanya Siau Lo-seng.
"Bukan begitu," kata orang aneh. "kami hanya menghendaki supaya pembunuh utama dari Hay-hong-cung itu akan kembali mempertunjukkan diri. Walaupun sangat pelik sekali manusia ganas itu menyelubungi jejaknya, tetapi tentu meninggalkan setitik kelengahan yang pasti dapat kita ketemukan, Daripada menyelidiki secara membabi buta tanpa pegangan, lebih baik kita gunakan semacam itu."
"Locianpwe," kata Siau Lo-seng pula, "Aku benar-benar bingung memikirkan keterangan locianpwe. Terhadap peristiwa pembunuhan itu, tampaknya kalian sudah mempunyai pegangan tetapi masih tak berani bertindak untuk menunjukkan bukti-buktinya. Adakah locianpwe terikat perjanjian dengan orang atau menderita tekanan dari pihak tertentu?"
Orang aneh itu tertawa nyaring.
"Dalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali ketua kami siapakah yang mampu menekan aku? Mengapa aku harus takut segala macam ancaman...... Tindakan seseorang, adakalanya memang orang lain sukar merabahnya. Urusan kami, sudah tentu engkaupun tak tahu jelas. Dan terakhir akan kuberitahu kepadamu, bahwa karena akan mengurus suatu pekerjaan yang penting, terpaksa aku tak dapat melindungimu. Kuharap engkau dapat menjaga diri dengan meningkatkan kewaspadaan. Berhati-hatilah dalam segala tindakan!"
"Locianpwe, lebih dari setahun secara diam-diam engkau telah melindungi diriku. Tetapi selama itu belum pernah engkau memberi bantuan yang nyata dalam setiap persoalan yang kuhadapi. Hal itu sungguh membuat aku tak mengerti."
"Benar," sahut orang aneh itu. "memang selama setahun melindungi engkau itu, tak pernah aku turun tangan membantumu, Tampaknya memang engkau tak merasakan suatu manfaat apa-apa, tetapi sesungguhnya hal itu mengandung maksud yang penting. Kelak engkau tentu akan tahu."
Siau Lo-seng makin bingung. Kata-kata orang aneh itu memberi kesan bahwa ayahnya tak begitu ngotot untuk menyelidiki peristiwa pembunuhan di Hay-hong-cung. Seolah-olah ada sesuatu yang tersembunyi.
Dan yang paling menggelisahkan pikirannya yalah mengapa ayahnya tak mau bertemu dengan dia? Adakah perguruan Thian-sian-bun mempunyai peraturan, bahwa ayah dan putera itu tak boleh berkumpul?
Dan siapakah kiranya orang aneh yang tengah bicara dengannya saat itu? Adakah keterangannya dapat dipercaya semua?
Siau Lo-seng menghela napas panjang,
"Locianpwe, siapakah engkau ini sesungguhnya? Bolehkah aku melihat wajah locianpwe?"
Siau Lo-seng mempunyai semacam perasaan bahwa selama bertukar pembicaraan dengan orang aneh itu, dia merasa seperti sudah pernah kenal baik dan ada suatu perasaan yang dekat dalam hati.
"Masakan aku tak ingin sekali bertemu muka dengan engkau," seru orang aneh itu, "namun terpancang oleh peraturan perguruan dan lain-lain alasan...... tetapi janganlah engkau memikirkan hal itu. Tak lama engkau tentu akan mengetahui semua urusan ini......."
Nada orang itu amat tegang sekali. Seolah-olah dia sedang menekan luapan perasaan hatinya.
Sejenak berhenti, ia melanjutkan pula: "Lo-seng, tahukah engkau mengapa kupikat engkau datang ke sini? Ah, tak perlu katakan lagi. Sekarang aku harus pergi. Apabila terlambat tentu akan menelantarkan urusan besar. Engkau mau tahu aku ini siapa? Asal engkau dengan teliti menarik kesimpulan dari benda pengenal diri yang kuberikan ini, mungkin engkau akan dapat menyingkap sedikit-sedikit. Nah, sampai jumpa lagi dan harap menjaga dirimu baik-baik."
Tiba-tiba kata-kata itu putus dan lenyap. Sekonyong-konyong Siau Lo-seng melihat semacam tanda aneh meluncur cepat sekali ke arahnya. Cepat ia menyisih ke samping lalu menyambuti benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Fiksi UmumSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...