73. Siapakah Peniup Seruling Aneh??

1.3K 22 0
                                    

Tergetarlah hati Siau Lo-seng mendengar keterangan itu. Pikirnya, "Kitab itu telah dicuri oleh suhuku Ban Li-hong. Apakah Kiam Hay Cinjin telah dicelakai oleh suhuku......?"

"Adakah karena kehilangan kitab Lian-hun-cin-keng itu maka Kiam Hay Cinjin sampai menderita siksaan?" serentak ia bertanya.

"Benar," seru orang aneh itu, "adalah karena kitab itu maka suhu sampai dicelakai oleh muridnya yang berhati binatang itu. Suhu telan dikutungi kedua kaki dan urat-uratnya. Tulang bahunya diikat dengan seutas rantai Kim-kong-seng-thiat (campuran besi, emas dan baja) dan dipenjarakan dalam Thian-siau-sian-hu. Dia disiksa seperti dalam neraka, siang malam dihancurkan ilmu kepandaian oleh murid binatang itu."

Mendengar itu hampir pecahlah dada Siau Lo-seng karena diamuk hawa kemarahan. Dia tak kira kalau suhunya ternyata seorang yang berlumuran dosa.

Dengan gemetar ia berseru, "Cianpwe, benarkah suhuku Ban Li-hong itu melakukan perbuatan yang sedemikian di luar perikemanusiaan?"

Orang aneh itu menghela napas.

"Lo-seng, engkau salah. Apa engkau kira Ban Li-hong itu menjadi murid dari perguruan Thian-sian-bun?"

"Tetapi walaupun bukan murid yang berhianat, namun kematian dari suhuku adalah akibat Ban Li-hong telah mencuri kitab Lian-hun-cin-kang dan ke empatpuluh tujuh batang jarum Kim-coa-soh itu."

"Bukankah cianpwe mengatakan bahwa perguruan Thian-sian-bun itu sudah memutuskan hubungan dengan dunia luar? Mengapa suhuku dapat mencuri kitab Lian-hun-cin-keng dan Jarum Kim-coa-soh?"

"Peristiwa itu memang aneh sekali. Gua Thian-siau-sian-tong terletak di sebuah karang buntu, di tengah-tengah gunung yang pelik keadaannya. Yang ada hanya sebuah jalan kecil menuju ke tempat itu. Kabarnya Ban Li-hong sedang mencari tanaman daun obat ke karang buntu itu. Karena kurang hati-hati, dia tergelincir ke bawah. Untung dia masih dapat selamat dan bahkan tanpa sengaja telah menemukan pintu dari guha Thian-siau-tong. Ketika dia masuk, saat itu kebetulan suhu sedang melakukan semedhi yang gawat. Beliau seolah-olah menghampakan diri, mematikan seluruh gerak panca inderanya. Dalam keadaan yang tak berdaya itulah maka Ban Li-hong dapat mencuri salah satu dari ketiga kitab pusaka dan empatpuluh tujuh batang jarum Kim-coa-soh. Sebelum pergi, ia meninggalkan tulisan, mengatakan hanya hendak meminjam untuk sementara waktu saja. Ah, perbuatan Ban Li-hong, itu memang terkutuk."

Orang aneh itu berhenti. Setelah menghela napas, ia melanjutkan lagi.

"......mungkin Ban Li-hong tak mengira bahwa perbuatannya itu akan mengakibatkan 3uhu sampai menderita sedemikian hebat, ah......"

"Lalu bagaimaua kelanjutannya?" tanya Siau Lo-seng.

"Kepergian Ban Li-hong membawa kitab dan jarum, hanya terpaut setengah jam pada saat suhu menyelesaikan semedhinya. Ketika suhu keluar mengejar, dengan ilmu ginkang yang istimewa Ban-Li-hong sudah terbang jauh. Suhu merasa tak mampu mengejar dan terpaksa kembali ke dalam guha."

"Masakan dengan kepandaiannya yang begitu sakti, Kiam Hay cianpwe tak mampu mengejar suhuku?" tanya Siau Lo-seng.

"Sukar untuk kukatakan," seru orang aneh itu, "hanya terpaut sekejap mata, sudah terpisah seribu lie. Apalagi Ban Li-hong itu memang termasyhur memiliki ilmu ginkang yang luar biasa. Setengah jam baginya sudah dapat mencapai seratusan lie, Mungkin karena arah pengejarannya salah atau memang ada lain soal, suhu tak dapat mengejarnya. Sejak itu maka ilmu Lian-hun-cin-keng dan jarum kim-coa-soh itu segera bocor di dunia persilatan. Dan ketika pulang ke guha sehabis mengejar Ban Li-hong, suhu mendapatkan seorang menggeletak di depan pintu guha."

"Bukankah dia murid penghianat yang menyiksa suhunya itu?" seru Siau Lo-seng.

"Benar, dia adalah Buddha emas Ang Siong pik!" seru orang aneh itu, "karena kuatir kitab Lian-hun-cin-keng dan jarum Kim-coa dapat menimbulkan bencana dalam dunia persilatan maka suhu telah menerima Ang Siong-pik menjadi murid. Tetapi tak kira......."

Pendekar 100 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang