Bok-yong Kang seperti dipagut ular kejutnya. Ia menganggap kata-kata Siau Mo itu tak mungkin terjadi, ya, mustahil apabila Mo-seng-li itu ketua Naga Hijau!
Masih Bok-yong Kang melanjutkan pengupasannya: "Mengapa Siau toako mengatakan Mo-seng-li itu si orang Baju Biru? Bukankah tadi ketua Naga Hijau muncul di dalam kuil dan berhadapan dengan Mo-seng-li? Sejauh ini, toako selalu dapat menduga setiap peristiwa dengan tepat tetapi kali ini tentu salah......"
Bok-yong Kang cepat berpaling ke arah Mo-seng-li. Dilihatnya Wajah nona itu mengulum senyum yang misterius, serunya: "Pendekar Ular Emas Siau Mo, memang tak kecewa sebagai seorang yang berbakat luar biasa. Mengapa heran?"
Mendengar kata-kata nona itu, kejut Bok-yong Kang makin menjadi-jadi.
"Engkau,....... engkau benar ketua Naga Hijau? Lalu siapakah ketua Naga Hijau yang muncul dalam kuil itu......?" serunya tersekat-sekat.
Mo-seng-li tertawa datar.
"Nyo Cu-ing......" sahutnya dengan enak, sambil mengemasi rambutnya yang terurai kemudian nona itu berdiri dan berkata pula: "Baiklah, menggunakan kesempatan saat ini, akan kuceritakan kepada kalian semua peristiwa yang membingungkan kalian ini......"
Mo-seng-li terus ayunkan langkah menuju ke lereng gunung yang berada di sebelah kanan.
Rupanya Bok-yong Kang masih tak percaya pada pendengarannya. Ia benar-benar tak percaya sedikitpun bahwa Mo-seng-li itu adalah si orang si Baju Biru atau ketua Naga Hijau.
Bok-yong Kang segera berpaling memandang Siau Mo, tanyanya: "Toako, mungkinkah hal itu?"
Siau Mo mengangguk.
"Dia adalah Mo-seng-li, juga si Baju Biru dan ketua Naga Hijau pula. Apa sebabnya aku sendiripun tak dapat mengetahui jelas. Tetapi di dunia ini memang banyak hal yang sering tak dapat dimengerti orang," katanya.
Saat itu Mo-seng-li pun sudah menuju ke sebuah tanah rumput yang bersih dan segera melambaikan tangannya. "Siau sauhiap, silahkan kalian kemari beromong-omong."
Bok-yong Kang berkata pelahan: "Kalau dia benar ketua Naga Hijau, mengapa ada kalanya kepandaiannya......."
Tetapi ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena saat itu Siau Mo pun sudah menarik tangannya diajak berjalan pelahan-lahan. Tiba-tiba telinga Bok-yong Kang mendengar suara macam nyamuk mengiang. Ternyata suara itu berasal dari Siau Mo yang menggunakan ilmu Menyusup suara.
"Mengapa ada kalanya kepandaian nona itu sakti tetapi ada kalanya lemah, akupun tak mengerti. Mungkin hanya pura-pura saja. Agar orang jangan sampai mengetahui kalau dirinya ketua Naga Hijau yang sakti. Semoga kesemuanya itu benar dan semoga pula kuharap ia jangan sampai memimpin anak buah Naga Hijau ke jalan yang sesat," kata Siau Mo.
Melihat kedatangan kedua pemuda itu, Mo-seng-li segera menunjuk pada dua gunduk batu: "Di gunung belantara, tak ada tempat yang bagus. Silahkan kalian duduk di batu itu untuk mendengarkan ceritaku."
Setelah Siau Mo dan Bok-yong Kang duduk maka Mo-seng-li segera membuka pembicaraan,
"Lebih dulu ijinkanlah aku memperkenalkan diri. Aku orang she Ui, namaku Hun-ing......."
Siau Mo batuk-batuk kecil, pikirnya: "Ui Hun-ing, si burung Kenari Kuning. Wahai...... betapa indah namamu itu. Orangnya pun secantik namanya. Dia muncul dan lenyap bagai burung Kenari di atas mega yang kuning......."
Hun-ing menghela napas.
"Tetapi.......," katanya, "aku sendiri juga belum pasti apakah Ui Hun-ing itu namaku yang aseli. Karena sejak kecil aku sudah sebatang kara dan sejak kecil pula telah dipelihara oleh suhuku Jin Kian Pah-cu......."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Fiksi UmumSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...