Dalam beberapa kejap saja, hutan itupun sudah tampak tak jauh di sebelah depan. Tetapi sekonyong-konyong terdengar suara kuda meringkik keras sekali.
Cepat kedua orang itu loncat berpencaran ke samping kanan dan kiri dan hentikan larinya.
Dari arah hutan keluarlah seekor kuda yang lari sekencang angin. Sedemikian pesatnya sehingga pada saat kedua orang itu menyiak ke samping, kuda itupun lari melintas di tengah mereka.
Siau Lo-seng menggembor keras lalu secepat kilat menyambar kendali kuda dan menghentikannya. Kuda terkejut, meringkik keras dan melonjak ke atas lalu tiba-tiba rubuh ke tanah.
Ternyata pada saat menyambar tali kendali, Siau Lo-seng pun menyerempaki dengan sebuah hantaman.
Sesosok tubuh loncat melayang dari punggung kuda dan melayang setombak jauhnya ke tanah.
Melihat cara Siau Lo-seng menghantam rubuh kuda dan penunggang kuda itu dapat loncat menghindar dari kudany, Pek Wan Taysu terkejut.
"Tring......" secepat menginjak tanah, penunggang kuda itupun sudah mencabut pedang.
Ketika memandang dangan seksama siapa penunggang kuda itu, kejut Siau Lo-seng bukan kepalang.
"Li Giok hou......"serunya dalam hati.
Penunggang kuda itu seorang pemuda yang berwajah putih, alis tebal bibir merah. Siapa lagi kalau bukan Li Giok-hou, murid pertama dari Pena Penunjuk Langit Nyo Jong-ho
Juga Giok-hou tak kurang kagetnya demi melihat seorang pemuda cakap bersama Pek Wan Taysu. Dipandangnya pemuda itu lekat-lekat.
Memang saat itu Siau Lo-seng sudah bukan lagi Siau Mo si Pendekar Ular Emas. Ia sudah menanggalkan kedok kulit muka dari wajah Siau Mo. Tetapi samar-samar Giok-hou seperti pernah melihat wajah pemuda itu, tetapi ia lupa entah dimana.
Tiba-tiba Siau Lo-seng memberi hormat.
"Maaf, mengapa saudara tampaknya begitu tergopoh-gopoh sekali? Maaf pula karena aku telah kesalahan menghantam kuda saudara," serunya.
Giok-hou terkesiap. Sambil menuding Siau Lo-seng dengan ujung pedang, ia membentak: "Siapa engkau? Mengapa engkau berani bertindak begitu liar?"
Pada waktu menuding, Giok-hou kerahkan tenaga dalam sehingga pedang itu bergetar dan mendesis-desis suaranya.
Pek Wan Taysu terkejut atas kesaktian tenaga dalam anak muda itu. Pikirnya: "Mengapa dewasa ini di dunia persilatan telah muncul dua jago muda yang begitu sakti?
Pemuda penunggang kuda yang berbaju kuning, Li Giok-hou telah mengunjukkan kesaktiannya menggetarkan batang pedangnya. Jelas yang dipertunjukkan anak muda itu tentu ilmu pedang tataran tinggi. Itulah yang disebut dasar-dasar ilmu pedang Ning-kiam-jut-gi atau menyalurkan hawa murni dalam tubuh ke arah pedang.
Siau Lo-seng juga terkejut melihat kelihayan Li Giok-hou, pikirnya: "Dengan dapat menggetarkan batang pedang sehingga mengeluarkan suara mendesis-desis itu, jelas dia telah memiliki tenaga dalam yang tinggi dan lebih meningkat dari beberapa waktu yang lalu. Apakah dahulu dia memang hendak menyembunyikan kepandaiannya......?
Seketika berobahlah wajah Siau Lo-seng. Ia berpaling memandang Pek Wan Taysu, serunya: "Taysu, silahkan meninjau ke dalam."
Rupanya Pek Wan Taysu dapat menangkap arti kata-kata Siau Lo-seng, iapun menyahut: "Baiklah, Lo-ni akan ke sana dan cepat kembali."
Paderi Siau-lim-si itu terus hendak melewati sisi Gok-hou. Tetapi pemuda itu tertawa dingin dan membentak: "Berhenti!"
Pedang berkiblat dan ujungnya pun mengarah ke dada Pek Wan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Fiksi UmumSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...