Ucapan puteri dari Nyo Jong-ho itupun membangkitkan kemarahan sekalian orang terhadap Tong Ki dan suaminya.
Sudah tentu Tangan Ganas Jarum Beracun Tong Ki makin murka. Ia membentak: "Kedelapan orang itu memang aku yang membunuh, lalu kalian mau apa?"
Mendengar itu Nyo Cu-ing pun marah juga, serunya: "Bunuh jiwa harus ganti jiwa. Tanpa sebab apa-apa engkau membunuh mereka begitu kejam. Kalau tak dapat memberi alasan yang masuk akal, jangan harap kalian berdua suami isteri dapat tinggalkan tempat ini dengan selamat!"
Karena marahnya Tong Ki tertawa mengikik. Nadanya macam hantu mengukuk di tengah malam, serunya: "Engkoh Hoa, mari kita pergi. Coba lihat saja mereka mampu berbuat apa terhadap kita!"
Suasanapun menjadi tegang sekali. Tong Ki mengajak suaminya keluar dari ruang itu. Sudah tentu sekalian tokoh terutama si nona baju hijau Cu-ing takkan tinggal diam.
Apabila sekalian orang begitu tegang, tidaklah seperti guru Siau. Dia masih duduk terlongong-longong, entah sedang memikirkan apa. Oleh karena seri wajahnya begitu kosong, sukarlah orang untuk mengetahui apakah dia saat itu sedang dicengkam ketakutan atau kemarahan......
Begitu Tong Ki ayunkan langkah maka Cu-ing pun cepat melesat menghadangnya, Tong Ki menampar dengan tangan kiri.
Melihat tamparan itu mengandung tenaga dalam yang tersembunyi, terkejutlah Cu-ing. Diapun puteri dari Pena Penunjuk Langit Nyo Jong-ho yang pernah menjadi pemimpin dunia persilatan. Sudah tentu nona itupun memiliki kepandaian yang hebat.
Setelah agak mengendapkan tubuh sedikit ke bawah, Cu-ing terus hendak menyongsong dengan tangan kanannya......
"Ing, berhenti!" bentak Nyo Jong-ho seraya kebutkan lengan jubahnya yang kiri untuk merintangi tangan puterinya. Kemudian jago tua itu berpaling: "Tong lihiap, ini suatu kesalahan paham. Harap maafkan kelancangan puteriku tadi......"
Kemudian ia menyuruh Cu-ing meminta maaf kepada wanita itu. Sesungguhnya Cu-ing masih penasaran tetapi ia tak berani membantah perintah ayahnya.
"Saudara Nyo, sudahlah, tak perlu minta maaf," melihat itu Seruling Kumala Hong-hu Hoa cepat menyelutuk, "semua ini hanya salah paham. Ya, kejadian ini memang terlalu mendadak sekali sehingga kami berduapun tak tahu apa-apa."
Mendengar itu, Tangan Ganas Jarum Beracun Tong Ki deliki mata dan hendak membantah suaminya tetapi Seruling Kumala Hong-hu Hoa membisikinya: "Ki-moay, menilik gelagatnya, pembunuh itu memang sengaja hendak memindahkan kedosaannya kepada kita. Dia jelas hendak mengadu domba. Maka yang penting kita harus memeriksa dulu bagaimana keadaan luka korban-korban itu."
Tetapi rupanya wanita bengis itu masih belum lenyap kemarahannya. Ia mendengus: "Apakah hubungannya soal itu dengan kita?"
"Tong soso, maafkan kekurang ajaranku tadi," tiba-tiba Cu-ing meminta maaf, memberi hormat lalu mundur ke samping.
Nyo Jong-ho menghela napas, ujarnya: "Sungguh tak kira kalau si pembunuh berada di depan hidung dan sekali gus telah membunuh delapan......"
Tiba-tiba tuan rumah itu hentikan kata-katanya. Rupanya ia menyadari telah kelepasan omong. Dia bekas pemimpin dunia persilatan golongan Putih dan Hitam dari tujuh wilayah. Namanya sangat termasyhur dan terhormat. Apabila ia melanjutkan kata-katanya, berarti ia menampar mukanya sendiri.
Thay-kek-ciang Han Ceng-jiang menghiburnya: "Ah, tak perlu Nyo bengcu menyesal. Rasanya setiap saudara yang berada disini juga mempunyai perasaan seperti bengcu."
Setelah Cu-ing meminta maaf, kemarahan Tong Ki pun sudah reda. Saat itu ia mulai memeriksa mayat seorang korban. Ia mendesis kaget.
Kiranya mayat itu kecuali tubuhnya kaku, wajahnya masih tetap seperti biasa. Dan tubuhnya tak terdapat setitik lukapun juga. Demikian dengan lain-lain mayat. Tetapi Tong Ki seorang ahli senjata rahasia. Cepat ia dapat mengetahui bahwa kematian korban-korban itu disebabkan karena terkena senjata rahasia yang menyusup tepat pada jalan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
General FictionSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...