Dalam alam pikiran Siau Lo-seng, Jin Kian Pah-cu itu tentu seorang momok yang ganas, seorang durjana yang berwajah seram. Sama sekali tak pernah terlintas dalam benaknya, bahwa ketua Lembah Kumandang yang termasyhur ganas itu ternyata seorang wanita yang secantik bidadari.
Saat itu tampak Jin Kian Pah-cu masih tetap tenang seolah-olah tiada terjadi suatu apa. Pelahan-lahan ia menghampiri Im-kian-li yang masih mengurut Hun-ing.
Cepat sekali Jin Kian Pah-cu telah memeriksa dengan teliti, tulang, urat-urat di tubuh Hun-ing. Dan saat itu juga Jin Kian Pah-cu pun sudah memutuskan sesuatu yang penting. Hal itu memang sudah terkandung dalam hatinya selama duapuluh tahun......
Sesaat kemudian tambah cahaya muka Jin Kian Pah-cu berseri girang. Ia mengeluarkan sebuah kotak kumala dan menuang sebutir pil yang terbungkus lilin. Selekas lilin dipecah maka berhamburan hawa yang luar biasa harumnya. Pil berwarna biru itu lalu dimasukkan ke mulut Hun-ing.
Lo-seng memperhatikan wajah Leng Tiong-siang menampil kerut keheranan. Mulutnya hendak bergerak membuka suara tetapi tak jadi.
Sekonyong-konyong Siau Lo-seng teringat sesuatu yang terjadi pada diri Puteri Neraka. Bukankah Im-kian-li itu telah berobah menjadi seorang manusia yang hilang kesadaran pikirannya dan tak ubah seperti mayat hidup?
"Jin Kian Pah-cu," cepat Siau Lo-seng berteriak keras-keras, "apakah engkau hendak menjadikan dia seorang mumi......"
Siau Lo-seng terus loncat menerjang dengan pedang Ular Emas.
Namun Jin Kian Pah-cu hanya tertawa dingin dan menyurut mundur. Serempak dengan itu empat dayang baju biru pengawal Jin Kian Pah-cu, serentak maju menyongsong Siau Lo-seng.
Walaupun tidak sesakti kepandaian Im-kian-li tetapi karena mereka maju berempat, terpaksa Siau Lo-seng harus waspada. Cepat pemuda itu memutar pedangnya untuk melindungi dirinya yang terpaksa harus mundur beberapa langkah.
Tiba-tiba Leng Tiong-siang meluncur ke dekat Im-kian-li dan mengawasinya dengan cermat.
"Wanita ini bukankah Siang-hoa-liong-li Pui Siu-li yang telah menghilang sejak empatpuluh tahun yang lalu? Mengapa sekarang dia menjadi seperti begini......" tiba-tiba Leng Tiong-siang berkata.
Jin Kian Pah-cu mendengus,
"Ah, kiranya engkau masih mengenalinya. Sayang dia sudah tak kenal lagi padamu......"
Seketika cahaya muka Leng Tiong-siang berobah, serunya dengan nada gemetar.
"Hm, engkau seorang wanita beracun. Wajahmu secantik bidadari tetapi hatimu seganas ular berbisa. Sungguh tak kukira, bahwa engkau sampai hati untuk menurunkan tangan ganas kepada sumoaymu sendiri......"
Siau Lo-seng terbeliak kaget. Pikirnya. "O, kiranya Im-kian-li ini wanita yang diagungkan oleh dunia persilatan sebagai Jelita nomor satu dalam dunia......"
Tetapi pada lain kilas menggigillah hati Lo-seng demi teringat akan perbuatan ganas dari Jin Kian Pah-cu yang amat kejam sampai hati menjadikan sumoaynya sendiri seorang mumi atau mayat hidup.
Jin Kian Pah-cu mengerut dahi tetapi sesaat kemudian ia tertawa hambar.
"Itu urusan antara aku dan sumoayku sendiri. Lebih baik engkau jangan ikut campur. Dan lekaslah engkau mengejar Keng-hun-pit itu saja. Karena kalau terlambat, mungkin pusaka itu sukar engkau dapatkan lagi!"
Mendengar itu Siau Lo-seng cepat berpaling. Dilihatnya saat itu diam-diam Li Giok-hou sudah menyelinap tiga-empat tombak jauhnya. Rupanya sudah bersiap-siap hendak kabur.
Ketika mendengar kata-kata Jin Kian Pah-cu, kejut Giok-hou bukan kepalang. Dan karena jejaknya sudah diketahui, iapun segera enjot tubuh melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar 100 Hari
Fiction généraleSuatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pu...