64

3.5K 646 140
                                        

"Jimin.."


Sekarang, Yoongi sama Jimin udah di kamar. Yoonginya lagi berdiri, mandangin suaminya. Sedang yang dipandangin, lagi mastiin kalau ga ada barangnya yang ketinggalan di sini. Daritadi Yoongi udah manggil-manggil, tapi ga direspon. Paling-paling Jimin cuma nanya, 'kamu liat jam tanganku?' atau 'tau hpku di mana, Yoong?'. Iya, gitu doang. Ga ada embel-embel bby atau sayang, pula. Yoongi jadi sedih:(


"Jim─"

"Aku pulang, Yoong. Baik-baik di sini."


Terus dia jalan keluar kamar. 






Tapi Yoongi duluan nyegat. Berdiri di depan Jimin, terus ngunci pintu kamar mereka. 




"Kenapa kamu?"



nyesek, anjir. Jimin nanyanya kayak apa aja─ga ada lembut-lembutnya sama sekali. Yoongi pengen nangis aja.


"Jangan marah.."

"Hah?" Jimin ngernyit, sok ga ngerti. "Siapa marah?"

"Kamu!"

"Aku ga marah. Udah, minggir. Mau pulang."

Yoongi ngerang kesel pas Jimin tiba-tiba dorong dia ke samping. Mau nangis beneran. Suaminya ga pernah sekasar ini sama dia..






Dan tepat, pas Jimin baru ngebuka kunci pintunya, suara rengekan istrinya bikin dia ngebeku di tempat.





"J-Jimiinnn! hhuuueeeeeee"



Denger istrinya udah gini, Jimin langsung balik badan. Dan bener aja─istrinya yang pantang nangis ini sekarang lagi mewek manis di pinggir kasur sambil ngacak-acakin selimut.




"Ya ampun, bby─" tas di tangan langsung dijatohin. Kakinya ngelangkah buru-buru ke arah istri, terus melukin istrinya yang masih nangis itu. "Jangan nangis, astaga."

Tapi Yoongi masih huuee-huuee di pelukannya. Tangannya ngerembet ke punggung Jimin, meluk suaminya erat-erat sambil narik pelan. Kode, biar Jimin makin ngedeket.

"Udah dong, sayang. Banjir nanti rumah temenmu.." bisik Jimin sambil ngusapin kepala Yoongi. "Kamu kok nangis, hm?"

"N-Ngga ada banjir!" terus terisak-isak unyu lagi. "K-Kamu sih!! hiks."

Sadar ga sadar, Jimin ketawa pelan. Gemes, parah. "Aku kenapa, hm?"

"Kamu marah!"

"Iya, aku marah. Kamu mau apa kalau aku marah?"

"S-Sebel, ih!" Yoongi ngelepas peluknya, ngusapin kasar air matanya yang gatau-tau udah menuhin mukanya aja. "Tadi katanya ga marah!?" 

"Bohong, hehe."

"Sebel─hhhuuueee!!"

"Heeh, udah bby. Aduh, cium nih?" gertak Jimin sambil nangkupin pipi istrinya.

"C-Cium!" "Cium aja!"



Dan Jimin ga main-main. Dia beneran nyium Yoongi, dan sukses bikin yang dicium berhenti nangis.



"Udah nangisnya?"

Yoongi ngangguk.

"Ga mau minta maaf?"

"Urgh─" Yoongi narik tangan Jimin, diem-diem nautin jarinya di antara jari-jari suaminya. "Maaf.."

"Maaf untuk apa, sayang?"

"Ngomong kasar.."

"Udah? Aku pulang ya?"


Yoongi geleng-geleng kuat, terus tiba-tiba narik tangan suaminya sampai badannya jatuh ke atas dia. Bodoamat berat. Lagian beberapa saat kemudian Yoongi langsung ngebalik posisi, kok. 



Iya, Yoonginya di atas badan Jimin. Nindih Jimin, bor.









sante, jimin g turn on.







"Kamu mau apa, mbul?"

"Mau kamu." cicit Yoongi sambil ngusel-uselin leher Jimin.

"Mau aku?"

"Iya─bu-bukan mesum! Mau kamu di sini aja, ga boleh pulang."

"Kalau aku harus masuk kerja, gimana?"

"B-Bolos aja!"

Jimin ketawa gemes. "Aku sayang kamu,"

"Aku tau," terus ngusel lagi.

"Sayang balik, ngga?"

"Kamu jelek, Jimin."

Sekali lagi, Jimin ketawa. "ha'ah, Sayang kamu juga." 





Dan hari itu, untuk yang kesekian kalinya Jimin gagal marah ke Yoongi.




Emang ya, susah punya pasangan semanis Yoongi. Mau marah bentar aja udah luluh duluan.. Jimin gakuat, kawan.





hehehe ─yoongi

. . .

❛Kumamon❜ ─ minyoon » ⦗complete⦘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang