87. Lee Jihoon

2.1K 222 6
                                    

"Jihoon, Lee Jihoon!," Panggil kamu ketika di depan pintu rumah Jihoon.

Jihoon itu tetangga sebelah kamu, dia jarang banget yang namanya keluar rumah. Jangan kan keluar rumah, kadang ke kamar mandi aja dia males banget. Jihoon lebih suka berada di dalam rumah, menghabiskan waktu nya di dalam kamar, dan keluar ketika butuh doang. Kamu kenal Jihoon juga karena dikenalkan oleh ibunya.

Hari ini kamu berencana akan mengajak Jihoon keluar bagaimanapun caranya, bahkan sekarang kulit Jihoon terlihat putih pucat karena jarang terkena sinar matahari. Kamu terus mengetuk pintu rumah nya berharap sang tuan rumah cepat membuka pintu. Terlihat disana wanita paruh baya yang diyakini ibu nya Jihoon, lagi-lagi ibunya yang membuka, tidak pernah Jihoon.

"Jihoon ada bi?," Tanya kamu seramah mungkin.

"Ada, dia dikamar nya. Gak tau deh ngapain, biasanya dia bakal keluar setidaknya sekali, tapi dari semalam dia gak keluar sampai sekarang," Jelas ibu Jihoon panjang lebar. Kamu cukup kaget, karena gak biasanya Jihoon mendekam dikamar selama itu.

"Yaudah bi, aku masuk ya," Ibu Jihoon mengangguk dan mempersilahkan kamu masuk.

Kamu langsung ke kamar nya Jihoon yang ada di lantai dua, bahkan di pintu kamar nya saja tertera tulisan 'Jangan masuk kalau tidak berkepentingan'

"Udah berasa orang penting banget lo," Gumam kamu di depan pintu nya.
Kamu tidak mempedulikan tulisan yang Jihoon buat dan membuka pintu nya begitu saja. Disana Jihoon tidur dengan seluruh tubuh yang ia tutup dengan selimut.

"Gila, pengap banget kamar lo," Sarkas kamu pertama ketika masuk kamar Jihoon.

Gimana gak pengap, kain gorden ditutup, jendela juga ditutup, buku-buku berantakan, lampu mati, bahkan bantal nya sudah tergeletak di lantai.

"Kan gue udah bilang, jangan masuk kalau tidak berkepentingan," Ucap Jihoon yang ada di balik selimut.

Kamu udah terlalu gemes sendiri sama Jihoon, tahan banget dia dirumah. Iya orang tua nya gak masalah sama sifat Jihoon yang satu ini, tapi kamu malah gak tahan dan pengen lihat ekspresi Jihoon waktu keluar.

Kamu tarik selimut yang nutupin Jihoon, dan dia natap kamu datar banget.

"Lingkungan yang baik berasal dari udara yang baik pula," Ucap kamu sambil membuka gorden dan jendela nya.

"Ngapa lo buka! Gue gak suka lihat yang terang-terang gitu," Sarkas Jihoon, dan sekarang dia udah duduk dan natap kamu makin datar.

"Ntar masa depan lo ikutan gelap mau?!," Ucap kamu yang tak kalah sengit dari Jihoon.

"Gak, masa depan gue cerah kok," Jeda Jihoon sebentar sambil tersenyum miring walaupun sangat tipis  "Kan masa depan gue lo,"

Kamu tidak bisa menahan letupan jantung kamu sendiri ketika di baperin sama Jihoon.

"Buruan lo mandi sana! Gue mau ajak lo keluar nih," Ucap kamu yang kini sudah kembali dari keadaan sebenarnya.

Kamu menarik tangan Jihoon, tapi Jihoon nya gak mau berdiri. Alhasil kamu pukulin dia dulu baru dia mau berdiri dan ke kamar mandi.

Kamu nunggu Jihoon diruang tamu dan didepan kamu ada kue cookies yang di buat bunda Jihoon serta teh juga. Bunda Jihoon emang seperti itu, bahkan anak kandungnya saja jarang ia perlakukan seperti itu.

Gak lama Jihoon datang dengan pakaian yang amat tertutup dan itu semua serba hitam. Kalau seperti ini sama aja kamu seperti jalan bersama penjahat.

"Lo mau jalan apa mau maling?," Tanya kamu sambil berkacak pinggang.

"Buruan udah, banyak protes banget lo," Seru Jihoon sambil merangkul kamu dan berjalan keluar. Marangkul dalam artian ketekin kamu dan narik paksa keluar.

Imagine Seventeen [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang