100. Hansol Vernon Chwe

1.4K 180 10
                                    

Terkadang kamu selalu berfikir dalam diam, apa sih hubungan kamu dengan Hansol?

Kamu dengan Hansol selalu menghabiskan banyak waktu bersama. Hansol selalu menunjukkan sikap yang terkadang kamu merasa nyaman jika terus berada disampingnya.

Awalnya kalian hanyalah teman sekelas yang amat jarang saling sapa. Namun, tiba-tiba kalian disatukan dalam festival sekolah yang membuat kalian dekat.

Seperti sekarang, kamu tengah makan siang bersama Hansol. Dia duduk di depan kamu sambil menggenggam ponselnya. Ia menatap fokus ke layar persegi panjang tersebut.

"Liatin apa? Sibuk banget kek nya," kata kamu memecah keheningan.

"Nih, gue mau beli sepatu,"

"Buat siapa?,"

"Ya buat gue lah, yakali buat lo," terkadang dia juga menyebalkan.

Kamu selesai makan, tangan hansol mengambil tisu dan membersihkan sisa noda yang ada di bibir mu. "Udah gede makannya masih juga belepotan," katanya.

Pipi mu memanas, jantung mu berdetak tak karuan. Menyebalkan diawal, ngebaperin diakhir.

Kalian makan siang hanya untuk pengalihan, kalian sedang menunggu teater bioskop yang masih lama.

"Buruan, ntar keburu mulai film nya," Desak kamu. Pasalnya Hansol masih saja makan, dan itu sangat lama.

"Iya bentar, duh bawel dah," Jawab Hansol.

Kalian berjalan ke bioskop, dan duduk yang tidak terlalu pojok, dan tidak juga di tengah. Selama film berlangsung, kamu terus mengetuk-ngetukkan jari mu pada pegangan kursi.

"Tangan lo berisik (y/n)," Komentar Hansol. Kan gak peka dia mah.

Sebenarnya yang kalian tonton itu film kesukaannya Hansol. Kamu yang di ajak Hansol hanya mengikut. Dan berakhir seperti sekarang, kamu yang bosen dan Hansol yang fokus sendiri.

Lagi-lagi kamu mengetukkan jari mu. Tapi kali ini Hansol tidak merasa terusik. Ia hanya diam.

"Gak peka bener serius," gumam kamu,







"Bangun woy," Kamu tersentak. Aa, kamu ketiduran karena saking bosannya.

"Malah tidur lo," Kamu berdecak, dan menatap Hansol jengah. "Lo yang terlalu keasikkan," balas kamu.

"Yaudah keluar, pegel nih bahu gue lo sandarin tadi," Kamu diem.

"Serius gue senderin lo?," Hansol mengangguk pelan, "Maaf dah kalau buat lo pegel,"

Hansol terkekeh. "Gak apa, gue suka," Duh, mana nada bicara nya adem banget lagi :(

"Sekarang kemana?," Setelah keluar bioskop, kini Hansol yang membuka topik pembicaraan. "Pulang deh. Gue capek," Dan Hansol menurut.

Selama kamu jalan bareng Hansol, dia gak pernah perhatian lebih ke kamu. Paling dikit doang, abis itu dibawa bercanda sama dia.

Hansol lebih perhatian pada ponsel nya. Ponsel nya lebih menarik daripada kamu.

Setibanya di rumah kamu, kamu turun dari motor Hansol. Berdiri diam di dekatnya.

"Masuk, kata lo tadi capek,"

"Gue tungguin lo pulang dulu," Hansol memutar malas matanya.

"Gue gak suka lo kecapean, masuk. Gue yang ajak lo pergi tadi,"

Kamu diam, menunduk memandangi kaki kamu.

"Hansol..," lirih kamu. Dan Hansol hanya balas dengan berdehem.

Imagine Seventeen [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang