Kiara terbangun pagi-pagi sekali keesokan harinya. Setelah mencuci muka dan merapikan rambutnya, dia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil minum.
Matanya menangkap sosok yang sedang duduk membelakanginya di pantry dengan cangkir di atas meja yang mengepulkan uap.
"Oppa, kau sudah bangun?"
Jin menoleh ke belakang memperhatikan Kiara yang berjalan kearahnya.
"Aku baru saja bangun dan membutuhkan asupan kafein.", jawab Jin sambil melirik ke arah cangkir di hadapannya.
"Kau minum kopi sebelum sarapan?"
"Aku sudah terbiasa dengan ini.", Jin menjelaskan sambil menyesap kopinya.
"Tidak. Kau harus sarapan dulu, oppa.", Kiara mengambil cangkir yang di pegang laki-laki itu dan menjauhkannya.
"Mau aku buatkan sesuatu? Sandwich?", Kiara bertanya sambil memeriksa bahan di lemari pendingin dan mengeluarkannya.
Jin hanya tersenyum kemudian mengangguk.
Perhatian yang Kiara berikan saat ini memang sederhana--melarangnya meminum kopi sebelum sarapan--tapi sungguh hatinya berbunga-bunga.
Dia juga merasa seperti seorang suami yang sedang menunggu istrinya menyiapkan sarapan untuknya sebelum berangkat ke kantor.
Dan Jin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Perhatiannya juga masih tertuju pada Kiara yang sibuk dengan sandwichnya.
"Apa ada sesuatu yang lucu?", tanya Kiara saat gadis itu berbalik dan melihat laki-laki di hadapannya memperhatikan dengan senyum di bibirnya.
"Ani, hanya saja aku merasa seperti seorang suami yang sedang dibuatkan sarapan oleh istrinya sebelum bekerja" kata Jin menyuarakan pikirannya, tanpa memikirkan terlebih dahulu akibat dari perkataannya.
Kiara merona, jelas. Kata-kata sederhana itu membuat jantungnya berdetak berlebihan.
"Terima kasih sudah bersedia membuatkan sarapan untukku. Sebenernya aku sudah terbiasa meminum kopi tanpa sarapan terlebih dahulu, tapi perhatianmu benar-benar membuatku senang.", Jin tulus mengatakannya.
Kiara kembali tersipu. Jantungnya terasa melompat-lompat--mencoba keluar dari rongganya.
"Tidak masalah, hanya roti lapis. Lagipula tidak baik minum kopi sebelum sarapan. Jangan jadikan itu suatu kebiasaan.", jawab Kiara setenang mungkin, berusaha menormalkan debaran di dadanya.
Jin terkekeh. Kiara begitu perhatian padanya, melarangnya meminum kopi sebelum sarapan dan bersedia membuatkannya sarapan. Hatinya menghangat.
Jin jadi tidak sabar ingin mencicipi sandwich buatan gadis itu, meskipun sesungguhnya dia tidak terlalu menyukai sandwich.
Kiara selesai dengan sandwichnya. Gadis itu menyodorkan piring berisi roti lapis buatannya pada Jin sambil harap-harap cemas.
Laki-laki itu langsung mengambil setangkup sandwich yang baru di sajikan di hadapannya, kemudian melahapnya bersemangat. Matanya membulat saat kunyahan pertama.
"Bagaimana?", tanya Kiara penasaran setelah melihat ekspresi Jin saat ini.
"Wow, ini lezat sungguh.", ujar Jin dengan mulut yang masih penuh.
"Jangan berlebihan, oppa. Itu hanya roti lapis biasa, bahkan Taehyung atau Namjoon pun bisa membuatnya.", kata Kiara.
"Tidak, sungguh ini lezat. Kau tahu, sebenernya aku tidak terlalu suka sandwich, tapi ini berbeda dan aku suka."
"Benarkah?"
"Ehm, benar. Kau menambahkan apa di dalamnya? Cinta?", tanya Jin menggoda
Kiara terkejut. Gadis itu tersipu dan merona, "Kim Seok Jin.", ucap Kiara sembari menepuk lengan Jin pelan.
Jin tertawa puas dan tawanya menular. Dapur vila pagi itu di penuhi tawa keduanya.
Jin kembali melahap sandwichnya--terlalu bersemangat--terlihat seperti orang yang tidak makan berhari-hari. Kiara hanya bisa tertawa melihatnya.
"Pelan-pelan oppa, kau bisa tersedak.", Kiara menyerahkan segelas air ke hadapan laki-laki itu.
Jin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terus mengunyah, sampai sandwich di piringnya habis tak bersisa. Dan Kiara hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah idolanya itu--yang saat ini sedang meminum segelas air.
"Mau menemaniku berjalan-jalan di pantai?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Kim Seok Jin [Completed]
Fanfiction[An Amateur] Apa yang akan kau lakukan bila memiliki kesempatan bertemu biasmu? Kiara, gadis beruntung yang memiliki kesempatan bertemu dengan biasnya secara langsung bahkan sesuatu yang tidak dia sangka terjadi.