56

3.9K 291 1
                                    

Seokjin POV

"Bogoshipo. Jeongmal bogoshipoyo."

Kiara terdiam. Mungkin saja dia terkejut dengan ucapanku yang tiba-tiba. Tapi aku tidak berbohong, aku memang merindukannya.

Aku tidak salah kan kalau aku mengungkapkan kerinduanku langsung padanya?

"Hey mengapa diam saja? Aku hanya bilang bahwa aku merindukanmu, boleh kan?", kataku lagi memecah kesunyian.

"E-eoh, tentu saja.", jawabnya gugup.

Aku terkekeh.

"Kiara-ya, kenapa gugup? Aku bukan sedang melamarmu."

Belum.

"N-ne?", katanya sambil membulatkan mata.

Tawaku makin keras. Wajahnya menggemaskan saat seperti ini.

"Kim Seok Jin-ssi, kau sedang mengerjaiku?", tanyanya.

Ah aku kembali menjadi Kim Seok Jin-ssi. Tapi tak apa, jujur aku senang karena dia memanggilku dengan panggilan yang berbeda dari orang lain.

"Ani, aku memang merindukanmu. Memangnya kau tidak merindukanku?"

"Kita kan sedang bertemu saat ini, bagaimana bisa kau merindukan aku yang ada di hadapanmu saat ini?"

"Molla, aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan."

"Baiklah terserah padamu saja. Ayo antar aku pulang, ini sudah malam. Lagipula kalian juga harus istirahat untuk jadwal kalian besok, bukan?"

"Jadi kau mau ku antar pulang?"

"Heol, apa aku harus naik taksi saja? Atau naik bus?"

"Andwae, sudah ku bilang aku akan mengantarmu pulang."

Dia cemberut, makin menggemaskan menurutku.

"Kajja kita pulang."

Kemudian Kiara berjalan masuk mendahuluiku menemui member lain yang sedang asik memainkan game konsol.

"Oh noona, kemari main game bersama kami.", Jungkook langsung memanggil Kiara saat Kiara masuk.

"Mianhae Jungkook-ah, aku harus pulang."

"Eyy, kenapa buru-buru sekali noona? Tidak menginap saja?", tanya Taehyung asal.

Kiara tersenyum. "Tidak, ini sudah malam, lagi pula kalian harus istirahat untuk jadwal kalian besok kan? Aku tidak ingin mengganggu waktu istirahat kalian.", jawabnya.

"Kami tidak merasa terganggu, malah kami senang noona ada disini.", Jungkook lagi kali ini.

Member yang lain melirik ke arahku kemudian menertawakanku.

Aish jinjja mereka itu.

Kiara yang tidak mengerti hanya menatap ke arahku wajahnya tampak bingung.

"Sudahlah ayo kita pulang.", ajakku.

"Kita? Whoa Jin hyung...", Jimin buka suara diikuti suara gaduh yang lainnya.

Kiara tersipu. Aku salah tingkah, menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

"Baiklah, aku pulang dulu. Semangat dan sukses untuk promo album kalian.", katanya.

"Hati-hati noona, sampai bertemu lagi.", ucap Jungkook.

Yang lain melambaikan tangan padanya, mengucapkan terima kasih untuk makanannya hari ini dan mengucapkan hal yang sama dengan yang Jungkook ucapkan.

Kiara tersenyum lalu mengangguk. Aku berjalan terlebih dahulu, dia mengikutiku di belakang setelah mengambil tasnya.

Member yang lain kembali asik dengan game mereka.

Kami berjalan menuju lift, entah keberanian yang datang dari mana tiba-tiba aku menggenggam tangannya saat kami sudah berada di depan lift.

Aku bisa merasakan dia terkejut dan beberapa detik kemudian mencoba melepaskan genggaman tanganku, tapi aku malah mempererat genggamanku padanya.

"Sebentar saja aku mohon, hanya sampai basement.", kataku membuka suara.

Dia tidak menjawab tapi tidak berusaha melepaskannya seperti tadi. Pinti lift terbuka, kami melangkah masuk, masih dengan tangannya yang di genggam olehku.

Kami sama-sama terdiam, kecanggungan meliputi kami. Pandangan kami sama-sama lurus kedepan, tidak ada yang berani menoleh satu sama lain.

Sampai lift turun ke basement dan pintu lift terbuka kami masih sama-sama diam tidak saling berbicara.

Aku melangkah keluar terlebih dahulu masih dengan tangannya yang aku genggam, rasanya tidak ingin melepaskan tanganya.

Dia masih mengikutiku dan masih saja diam sampai kami tiba di depan mobilku dan aku membukakan pintu untuknya.

Melepaskan tangannya dan menuntunnya memasuki mobil, dia menurut. Kemudian aku memutar menuju sisi pintu yang lain dan segera masuk.

"Gwenchana?", tanyaku menghilangkan kecanggungan pada kami.

Dia mengangguk tapi tersenyum meskipun belum berani menatap kearahku.

"Seatbelt?", tanyaku

Dia mengerjap lucu, aku memajukan badanku padanya untuk membantunya memakaikan seatbelt kemudian mundur kembali setelah sudah terpasang dan memasang seatbeltku sendiri.

"Kau bisa bernafas sekarang."

"E-eoh?", tatapnya polos ke arahku, aku tertawa.

Sesungguhnya aku tidak tahu kalau dia menahan nafasnya saat aku mendekatkan diriku ke arahnya untuk membantunya.

Aku hanya berkata asal untuk untuk menghilangkan keheningan diantara kami dan untuk menghilangkan debaran jantungku yang menggila tiba-tiba.

Ya tidak mungkin aku tidak berdebar, posisi kami tadi benar-benar dekat. Aku rasa dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan.

"Sudah siap?"

Dia hanya mengangguk.

Kemudian aku menjalankan mobilku, membelah jalanan Seoul di malam hari.

"Kau tahu? Kau gadis pertama yang berada di mobilku."

"Benarkah?", tanyanya setelah diam sejenak.

"Eoh."

"Ibumu?"

"Ibuku tidak masuk hitungan, dia bukan gadis.", jawabku asal.

Dia tertawa. Dan seperti biasa kecanggungan diantara kami menghilang begitu saja.

"Oppa, kau tidak boleh seperti itu."

"Wae? Aku benar kan?"

Dia masih tertawa, tawa yang aku suka.

"Kekasihmu?", tanyanya tiba-tiba.

"Aku tidak punya kekasih."

"Benarkah? Aku tidak percaya."

"Tentu, kalau aku punya kekasih tidak mungkin aku mengantarmu saat ini."

"Mantan kekasihmu kalau begitu?"

***

My Lovely Kim Seok Jin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang