Harusnya Bahagia

3.1K 249 18
                                    


Jin benar-benar tidak bisa mengerti dengan Kiara. Ini hari yang bahagia untuk mereka seharusnya, tapi mengapa semuanya berakhir dengan pertengkaran. Kenapa gadis itu bersikeras tidak ingin dinikahinya dalam waktu dekat. Padahal semua restu sudah diraihnya. Orang tuanya dan orang tua Kiara juga merespon dengan baik saat dirinya mengutarakan akan melamar. Bang-PD dan member juga sudah memberikan restu.

Lalu apa lagi?

Penggemar?

Memangnya mereka berhak ikut campur kehidupan pribadinya?

Bukan, bukannya Jin bertindak egois. Bukan juga melupakan para penggemar di hidupnya. Tapi menurutnya ini kehidupan pribadinya, untuk masa depannya. Dia ingin menghabiskan waktu hidupnya dengan wanita yang dia cintai. Dia juga ingin dan berhak bahagia di hidupnya.  Toh setelah menikah dia tetap akan melanjutkan karirnya. Tidak akan ada yang berubah kecuali statusnya. Dia tetap menjadi Jin oppa untuk penggemarnya di dunia hiburan.

Jadi apa yang Kiara khawatirkan?

*

Satu jam setelah dirinya duduk sendirian di tepi kolam renang karena masih emosi, akhirnya Jin putuskan untuk kembali ke kamar, menyusul Kiara. Dia tidak bisa marah terlalu lama pada kekasihnya.

Saat dirinya masuk ke kamar hotel, dilihatnya Kiara berbaring di ranjang memunggungi pintu masuk. Jin pikir, kekasihnya itu tertidur. Tapi setelah makin mendekat ke ranjang, dirinya baru sadar bahwa punggung kekasihnya naik turun, dan dia mendengar suara isakan. Kiara menangis, jelas. Atau itu semua sisa-sisa tangisnya yang mulai reda.

Tanpa pikir panjang, Jin langsung naik perlahan ke ranjang dan ikut berbaring, memeluk kekasihnya dari belakang.

"Maafkan aku...", ucapnya kemudian. Pelukannya di pinggang Kiara semakin erat. Bibirnya juga sibuk mengecupi kepala gadisnya, merasa bersalah.

"Maaf ya, sayang... Ssstttt... Jangan menangis lagi. Kau boleh memukulku kalau kau marah dan kesal."

Kiara makin sesegukan karenanya. Jin mempererat pelukannya, sadar dia telah melukai kekasihnya dengan sikap keras kepalanya.

"Jangan menangis lagi ya, Sayang. Ayo kita lakukan apapun yang kau mau. Kalau kau ingin menikah 3 tahun lagi, aku tidak apa-apa dan tidak akan menuntut. Pokoknya aku tidak akan memaksamu dan bersikap keras kepala seperti tadi."

Kiara masih belum menjawab, tapi isakannya sedikit berkurang.

"Kiara, hei. Lihat aku.", Jin memutar tubuh Kiara agar mereka saling berhadapan.

"Maaf, aku menyesal karena memaksakan kehendak dan melukaimu. Ayo kita rencanakan segalanya sesuai keinginanmu."

"O-ppa, maaf. Aku juga egois karena tidak bisa memahamimu."

"Tidak, tidak, aku yang salah."

Kiara menggeleng, "Kita berdua yang salah, terlalu memaksakan kehendak masing-masing dan tidak mengkomunikasikannya satu sama lain."

"Maaf ya, Sayang.", Jin menarik Kiara ke dalam pelukannya.

"Aku juga minta maaf, Oppa. Harusnya malam ini tidak berjalan seperti ini, kan?"

*

Selama setengah jam, mereka berbaring dalam posisi berpelukan tanpa seorang pun yang kembali memulai percakapan. Mereka berpelukan dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Kiara, mau membicarakan hal tadi atau mau istirahat?"

Bagi mereka, pantang untuk mengakhiri hari dengan pertikaian. Segala sesuatu yang terjadi biasanya akan dibahas sesaat sebelum tidur. Tentu setelah keduanya memberi jarak masing-masing dan juga hanya lewat sambungan telepon. Tapi kali ini, Jin memberikan pengecualian. Pasalnya konflik ini agak sensitif dan butuh hati yang tenang untuk membicarakannya.

My Lovely Kim Seok Jin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang