Ini sudah dua minggu berlalu semenjak aku dipanggil keruangan Bob, tapi aku sama sekali belum memutuskan apapun. Aku teramat bingung.
Apalagi ditambah sifat Rafa yang berubah sekembalinya dia dari Singapura dan itu terjadi sampai hari ini. Aku sulit sekali untuk berkomunikasi dengannya sehingga aku sama sekali belum menceritakan apapun tentang permintaan bosku.
Entah masalah apa yang saat ini sedang Rafa hadapi, aku tidak tahu. Pasalnya setiap aku bertanya apakah dia mau cerita dia selalu mengelak dan selalu mengatakan bahwa ada sedikit masalah di kantornya. Pun aku tidak ingin memaksanya, kembali kepada komitmen utama kami yang tidak ingin melanggar privasi masing-masing.
Kami yang biasanya bertemu minimal seminggu dua kali atau sering menyempatkan untuk makan siang bersama dalam dua minggu terakhir ini aku hanya bertemu dengannya saat weekend minggu lalu, itupun hanya satu hari. Weekend kemarin? Boro-boro bertemu, menghubungiku pun tidak.
Tapi thanks to Kim Seok Jin dan Jeon Jungkook yang masih sering menghubungiku meskipun dua minggu sudah berlalu dan mereka sedang sibuk mempersiapkan comeback mereka.
Terutama Jin, yang selalu menyempatkan waktu untuk sekedar menanyakan hal-hal sepele tapi membuatku merasa berarti. Kadang saat waktu freenya sedang banyak dia akan menyempatkan menghubungiku hanya untuk menceritakan apapun yang dia alami hari itu atau hari-hari kemarin. Setidaknya perhatian Jin sedikit mengurangi rasa jengkel dan penasaranku terhadap Rafa.
***
Siang ini saat aku sedang makan siang bersama Dinda tiba-tiba ponselku berdering.
Laras?
Tumben, pikirku.
Laras adalah asisten Rafa di kantor. Aku mengenalnya dengan baik. Sesekali aku juga berkomunikasi dengannya jika Rafa sedang ada kegiatan yang tidak bisa diganggu dan menitipkan pesanku pada Laras.
"Siapa?", tanya Dinda yang penasaran saat melihat aku tidak segera mengangkat panggilan ponselku.
"Laras, kenapa ya Din? Tumben banget soalnya.", kataku tak perlu menjelaskan kepada Dinda karena dia jelas tahu siapa Laras.
"Yaudah angkat aja sih, kali penting kan.", katanya padaku untuk segera mengangkat panggilan itu.
Pun akhirnya aku menurut.
"Halo Ras, kenapa tumben banget?"
"Mbak Kiara, aku ganggu nggak?"
"Enggak, kenapa? Rafa nyuruh kamu nyampein sesuatu ke aku?"
"Bukan mbak.", katanya langsung .
"Terus?"
"Sore ini mbak Kiara sibuk nggak?"
Lagi aku merasa heran. Tidak biasanya dia menanyakan itu.
"Enggak sih, mau jalan sama Dinda doang. Kalo jalan sama Dinda mah bukan kesibukan", kataku lalu langsung mendapatkan tatapan Sialan Lo! dari Dinda.
"Ah gitu, yaudah jangan deh mbak kalo gitu", katanya ada sedikit nada kecewa yang aku dengar.
"Kenapa gitu? Enggak kok nggak sibuk jalan sama Dinda doang."
"Aku mau ketemu mbak Kiara tadinya tapi karena mbak udah punya janji jadi kalo besok aja gimana?"
"Penting banget? Kalo iya aku cancel deh. Mau ketemu dimana?", kataku langsung membatalkan rencanaku dengan Dinda tanpa meminta persetujuannya.
"Jangan mbak, aku nggak enak sama mbak Dinda. Besok aja deh ya, nanti aku kirimin alamat tempatnya ya mbak."
"Oh gitu? Oke deh."
"Yaudah sorry ganggu ya mbak"
"Oke"
Panggilan itu kemudian teputus.
***
"Sialan lo seenaknya aja ngebatalin rencana kita!", Dinda menatap kearahku dengan wajah cemberut.
"Sorry sorry, abisnya Laras kaya yang bingung gitu. Siapa tau penting kan."
"Emang dia bilang apa?"
"Cuma ngajak gue ketemu doang, besok. Menurut lo kenapa?"
"Ya mana gue tau", balas Dinda yang masih kesal.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Kim Seok Jin [Completed]
Fanfiction[An Amateur] Apa yang akan kau lakukan bila memiliki kesempatan bertemu biasmu? Kiara, gadis beruntung yang memiliki kesempatan bertemu dengan biasnya secara langsung bahkan sesuatu yang tidak dia sangka terjadi.