Saat ini Kiara tengah duduk di boarding lounge menunggu pesawatnya yang 30 menit lagi akan take off.
Sungguh "teman-teman" barunya itu berlebihan dengan membelikannya tiket kelas utama hanya untuk penerbangan Bali-Jakarta yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam.
Menurutnya ini benar-benar tidak perlu, bahkan terkesan berlebihan. Membeli tiket kelas utama hanya untuk penerbangan yang singkat adalah suatu pemborosan, pikirnya. Dia tidak masalah kalau harus duduk di kelas ekonomi.
Tetapi saat ini, dia sudah tidak bisa protes. Pun akhirnya dia hanya menikmati fasilitas yang disediakan, menikmati kebaikan yang diberikan "teman-teman" nya itu.
Notifikasi ponsel Kiara berbunyi saat dia sibuk dengan bukunya. Gadis itu menutup bukunya--meletakkan diatas pangkuan, lalu memeriksa ponselnya.
Oleh-oleh sebelum kau pulang.
Satu pesan dengan beberapa foto yang tampil di layar ponselnya, membuat sudut bibirnya terangkat membaca kalimat sederhana itu.
Kim Seok Jin adalah alasan utama yang membuat senyumnya mengembang sempurna. Laki-laki itu mengiriminya foto-foto selca mereka berdua---di pantai, kemarin.
Kiara mengucapkan terima kasih karena Jin mengirimkan foto-foto itu. Gadis itu juga kembali mengucapkan terima kasih atas segalanya---liburan bersama, kesempatan untuk dekat dengan mereka--meskipun singkat, dan tentu saja tiket kelas utama yang mereka berikan untuknya saat ini.
Kiara kembali melihat foto-foto yang Jin kirimkan setelah membalas pesan laki-laki itu. Sungguh, pemuda itu masih tetap tampan meskipun menunjukkan ekspresi yang aneh.
Selama beberapa menit setelahnya, Kiara masih tidak mengalihkan tatapannya dari layar ponsel dengan senyum mengembang terukir di bibirnya.
Bagaimana bisa aku seberuntung ini?
***
Kiara sudah tiba di depan rumahnya, gadis itu turun dari taksi kemudian menurunkan barang-barangnya yang dibantu oleh supir taksi.
Setelah mengatakan terima kasih Kiara langsung memasuki pagar rumahnya dan berjalan menuju pintu.
Pagar rumahnya tidak terkunci itu artinya ibunya ada di rumah. Meskipun ibunya hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi beliau membuka toko kue. Jadi terkadang beliau sibuk di toko kue miliknya, untuk mengecek kelancaran bisnis kecil-kecilannya.
"Ma, aku pulang.", Kiara sedikit berteriak ketika membuka pintu rumah yang ternyata juga tidak dikunci.
Aneh, pikirnya.
Biasanya meskipun ibunya ada di rumah, pintu rumahnya akan tetap terkunci. Karena biasanya ibunya sibuk di dapur atau di ruang kerja ayahnya--sekedar membaca buku, jadi hanya pintu pagar yang tidak terkunci.
Tetapi sekarang baik pintu pagar maupun pintu rumah sama-sama tidak terkunci.
Apa ayahnya ada di rumah? Atau ada keluarganya yang mengunjungi rumah? Namun saat Kiara melangkahkan kakinya ke dalam, seperti biasanya, rumah dalam keadaan sepi.
"Ma, aku pulang! Mama dimana? Kok pintu rumah nggak di kunci?", kali ini Kiara berteriak lebih keras.
Gadis itu mendengar suara--seseorang yang sedang menuruni tangga.
"Mbaaak!!!!", teriak orang tersebut--menuruni tangga dengan lebih cepat kemudian menghambur ke arah Kiara untuk memeluknya.
"Tunggu, tunggu. Kok kamu disini? Emang kuliah kamu udah libur?", tanya Kiara sambil melepas pelukan adiknya.
"Aku libur dua minggu sebelum sidang proposal skripsi, makanya aku mutusin buat pulang. Kangen mbak, mau ngajakin mbak main mumpung aku libur kan.
Eh, tapi ternyata pas aku pulang mbak malah nggak ada. Kata mama mbak liburan ke Korea sendiri. Kenapa sendiri sih? Mas Rafa nggak ikut? Atau seenggaknya ajak aku kek. Sendirian ke negara orang, kalo pulang lecet-lecet gimana?", adiknya terus saja berbicara tanpa membiarkan Kiara menjelaskan atau menjawab pertanyaannya satu-persatu.
Kevin ini tipe adik yang terlalu protektif terhadap kakak perempuan satu-satunya. Meskipun jarak umur keduanya tidak terlalu dekat tapi hubungannya dengan Kiara sangat dekat.
Mungkin karena mereka hanya dua bersaudara. Dan semenjak kecil, kedua orang tuanya memang mendidik mereka untuk menyayangi dan menjaga satu sama lain.
"Udah ngomongnya? Jadi mana dulu nih yang harus mbak jawab?", Kiara balik bertanya.
Kevin tersenyum mendengar pertanyaan kakaknya. Dia sadar kalau sifat protektif kepada kakanya ini susah sekali dihilangkan.
"Pertama, Rafa nggak ikut karena kerja, tentu aja. Dia lagi super sibuk sama kerjaannya belakangan ini.
Kedua, ngajak kamu? Emangnya mbak tau kalo kamu libur? Kan kamu nggak bilang.
Ketiga, mbak kesana buat nonton konser K-Pop. Emang kamu mau mbak aja buat nonton itu? Enggak kan?
Keempat, mbak baik-baik aja kan sekarang? Nggak lecet atau kurang satu pun? Jadi kamu tenang aja, mbak bisa jaga diri.", Kiara menjawab semua pertanyaan Kevin kemudian mencubit kedua pipi adiknya gemas karena perhatiannya yang selalu berlebihan. Meskipun Kiara senang.
"Konser? Ya ampun mbak, emang mereka nggak ngadain konser disini apa? Ngapain jauh-jauh kesana?"
Lagi. Adiknya ini selalu begitu cerewet meskipun Kiara sudah menjelaskan semuanya.
"Mbak nggak kebagian tiketnya waktu mereka konser disini. Udah jangan dibahas deh, kamu juga biasanya males kalo mbak udah mulai ngebahas K-Pop.", kata Kiara berusaha menghentikan Kevin.
"Oh ya, mas Rafa mana? Mbak nggak di jemput dia di bandara?"
"Dia ada kerjaan di Singapur sekitar satu minggu, mungkin lusa baru pulang.", Kiara menjelaskan.
"Mas Rafa di Singapur? Dari kapan? Kok nggak ngabarin aku?", Kevin mulai lagi dengan pertanyaan yang tidak ada habisnya.
"Ya mana mbak tau, mungkin kerjaannya emang sibuk banget. Mbak aja belum komunikasi lagi sama dia dari 2 hari yang lalu. Yaudah nggak usah dipikirin deh ya. Mbak ngantuk mau tidur dulu. Bawain koper mbak keatas dong dek.", pinta Kiara.
"Oh iya aku lupa, mbak kan abis penerbangan jauh ya, pasti cape banget. Sorry, sorry. Yaudah naik gih, aku mau kunci pintu dulu nanti aku bawain kopernya ke atas."
Kiara terdiam sesaat. Adiknya ini tidak tahu bahwa dia sudah pulang dari Korea 2 hari yang lalu. Dan penerbangannya barusan bukan dari Korea melainkan dari Bali, yang hanya memakan waktu satu setengah jam. Tapi Kiara memutuskan tidak ingin mengkoreksi perkataan adiknya.
Selain menghindari interogasi adiknya, dia juga merasa bahwa masalah ini akan menjadi panjang jika adiknya tahu. Jadi dia sengaja menutupnya rapat-rapat.
"Ah sampe lupa, mama mana dek?", kata Kiara teringat Mamanya yang belum muncul.
"Mama baru aja pergi ke toko, ada sesuatu yang harus diurus katanya."
"Pantes aja pintu rumah nggak di kunci, kamu ini kebiasaan dek.", Kiara ngomel.
"Tadi pas mama pergi aku lagi mandi, terus selesai mandi, aku langsung turun ke bawah buat ngecek pintu tapi ternyata mbak dateng."
"Ya udah, aku naik dulu ya.", kata Kiara kemudian melangkahkan kakinya menaiki tangga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Kim Seok Jin [Completed]
Fanfiction[An Amateur] Apa yang akan kau lakukan bila memiliki kesempatan bertemu biasmu? Kiara, gadis beruntung yang memiliki kesempatan bertemu dengan biasnya secara langsung bahkan sesuatu yang tidak dia sangka terjadi.