33

3.7K 287 0
                                    

Keesokan harinya aku mendatangi alamat yang Laras kirimkan. Aku pikir dia akan mengajakku bertemu disebuah kafe ataupun restoran tapi ternyata dia mengajakku bertemu di sebuah apartemen.

Laras nggak salah kan ngasih alamat ke gue?

Aku mencoba untuk menghubungi Laras, untuk memastikan tempat pertemuan kami dan memberi tahu bahwa aku baru saja samapai.

Tapi ketika aku memasuki lobby dan ada petugas keamanan yang bertanya keperluanku, aku melihat Laras yang bangkit dari duduknya menghampirku. Dia sudah menungguku ternyata.

"Hai mbak, nggak nyasar kan?", katanya saat berjalan menghampiriku san menempelkan pipinya ke pipiku.

"Ah enggak kok, aku sempet mau tanya tadi soalnya aku kira kamu bakal ngajak ketemuan di kafe atau resto tapi ternyata malah apartemen. Ini apartemen kamu?"

"Iya mbak, yuk mbak", katanya kemudian mengajakku menuju lift.

Lift kami berhenti di lantai 7, Laras mengajakku keluar lalu menuju pintu apartemennya dan membukanya kemudian mempersilahkanku untuk masuk.

Apartemen ini tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk ditempati. Apalagi keadaanya yang begitu bersih dan rapi, sepertinya Laras termasuk orang yang sangat rajin kalau dilihat dari tempatnya tinggal.

"Duduk mbak, sebentar ya aku ambilin minum", katanya mempersilahkanku duduk kemudian berjalan kearah dapur kecil yang berada dibelakang sofa yang aku duduki.

"Nggak usah repot-repot Ras.", kataku.

Dia kembali dengan secangkir teh dan beberapa kue di dalam toples. Kemudian mendudukan dirinya disampingku.

Dia terdiam sejenak tatapannya lurus pada layar televisi yang berada tepat di depan kami.

Aku jadi khawatir, apa yang sebenarnya akan Laras sampaikan padaku disini. Di apartemennya.

Apalagi aku lihat wajahnya yang pucat saat kami bertemu di lobby tadi. Apakah dia sakit? Aku belum sempat untuk menanyakannya.

"Ras sebenernya ada apa?", kataku mencoba memecah keheningan.

Dia menoleh kearahku, tapi bisa aku lihat ada air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan langsung bersimpuh di kakiku, membuatku terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Mbak Kiara.... maafin Laras....", suaranya lirih.

***

My Lovely Kim Seok Jin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang