45

4K 317 3
                                    

Kiara POV

Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Korea. Aku di antar oleh orang tuaku dan juga Dinda yang sengaja mengajukan cutinya untuk mengantarku ke bandara.

Ibuku terus saja menangis di pelukanku sepanjang perjalanan menuju bandara. Beliau merasa sedih sekaligus bahagia dalam waktu yang sama.

Sedih karena harus melepasku pergi ke negara orang untuk waktu yang lama dan juga bahagia karena anak perempuannya bisa mempunyai karir yang lebih baik meskipun harus mengorbankan beberapa hal yang tidak terduga sebelumnya.

Ya, beliau masih sedikit bersedih karena hubunganku dengan Rafa kandas begitu saja karena satu alasan yang seharusnya tidak pernah terjadi.

Aku pun sama sepertinya tapi aku berusaha menutupi segalanya.

Aku bertekad untuk memulai lembaran baru dalam kehidupanku dengan keberangkatanku ke Korea ini.

Melupakan segala yang terjadi disini dan memulai segalanya dari awal.

"Hati-hati ya nak, jaga diri kamu disana. Begitu sampe sana langsung telepon Mama ya. Sering-sering kabarin Mama Papa disini juga.", kata Ibuku memelukku erat saat aku akan masuk untuk check in.

Aku membalas pelukannya tak kalah erat. Ini pertama kalinya aku jauh dari orang tuaku.

Saat mendaftar kuliah dulu, aku ingin sekali mendaftar di salah satu universitas di Belanda tapi orang tuaku melarang.

Bukan masalah biaya, tapi mereka tidak ingin anak perempuannya jauh dari mereka.

Baru sekarang ini akhirnya mereka memperbolehkanku untuk pergi jauh dari mereka, mungkin karena aku sudah dewasa dan juga aku berhak memutuskan masa depanku sendiri.

"Iya, Mama sehat-sehat disini ya. Nanti kalo aku dapet libur panjang aku pasti pulang kesini kok. Terus nggak usah khawatir, dua bulan lagi Kevin kan bakal nyusul aku kesana."

Ibuku hanya menganggukkan kepalanya di pelukanku dan masih terus terisak.

Aku tahu ini berat untuknya begitupun untukku tapi aku bersyukur beliau merelakan aku pergi.

Kemudian pelukannya mengendur, aku ganti memeluk ayahku yang sedari tadi hanya memperhatikan kami dalam diam.

Ayahku itu orang yang tidak terlalu banyak bicara, meskipun begitu beliau adalah teman bicara yang menyenangkan bagiku.

Aku yang paling dekat dengannya.

Beliau memelukku erat. Aku tahu ini juga berat untuknya melepas putrinya pergi jauh ke negeri orang tapi diantara itu semua rasa bahagia dan bangganya lebih besar.

"Jaga diri disana Ki, semoga segalanya lancar meskipun awalnya sulit tapi Papa yakin kamu bisa ngejalanin itu semua. Jaga pergaulan, budaya disana beda sama disini. Papa percayakan semuanya sama kamu, hati-hati juga ya."

Ayahku yang tidak banyak bicara ini bisa berubah menjadi orang yang berbeda saat situasinya seperti ini, persis seperti melepas Kevin saat berangkat ke Singapura beberapa tahun lalu.

Aku hanya bisa mengangguk.

Ah, I will miss this man.

Beliau melepaskan pelukannya, kemudian berjalan ke arah ibuku untuk merangkul pundaknya, menguatkan.

"Ki..", Dinda langsung menghambur ke arahku.

"Jangan nangis, please.", kataku saat merasa Dinda terisak di pelukanku.

"Gue pasti kangen lo banget nanti, kangen date kita setiap pulang kantor ataupun weekend"

"Gue juga", aku tidak bisa menahan air mataku.

"Jaga diri lo disana ya. Jangan lupa kabarin gue terus. Gue bakal ngajuin cuti nanti buat nyamperin lo kesana. Dan semoga lo dapet jodoh oppa-oppa disana ya, kaya khayalan lo selama ini."

Sialan!

Aku jadi berhenti menangis dan malah tertawa sekarang mendengar kata-katanya.

Dia juga ikut tertawa.

"Gue serius, gue doain semoga lo bisa mengobati patah hati lo dengan dapetin oppa-oppa Korea. Oh atau yang lebih spesifik, gue doain semoga lo berjodoh sama Kim Seok Jin lo itu. Ya meskipun khayalan lo itu ketinggian.", katanya tertawa lagi.

Oh-ow! Dinda tidak tahu bahwa aku sudah mengenal Kim Seok Jin secara pribadi bahkan laki-laki itu mengungkapkan bahwa dia mencintaiku.

Aku hanya bisa ikut tertawa, sengaja tidak ingin menceritakan segalanya pada sahabatku ini.

Bukannya tidak ingin memberitahunya tapi aku takut dibilang ngawur, ngelantur atau semacamnya.

Lagipula mungkin saja perasaan Jin kepadaku hanya sesaat, pasalnya dia tidak pernah mengatakannya lagi sampai saat ini meskipun kami masih sering berkomunikasi dan dia selalu baik padaku.

Dinda akhirnya melepaskan pelukannya.

Aku kembali memeluk kedua orang tuaku sebelum aku masuk.

Mereka melambaikan tangan kearahku saat kemudian aku masuk.

Kamu bisa Kiara!

***

My Lovely Kim Seok Jin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang