Selamat datang new readers! Selamat membaca:)
Jin masih menemani Kiara di apartemen keesokan harinya setelah menginap semalam. Kiara sudah lebih baik saat ini. Gadis itu bangun lebih awal daripada kekasihnya yang masih terlelap, Kiara jadi tidak tega untuk membangunkannya. Apalagi kekasihnya itu baru saja kembali dari turnya dua hari yang lalu, pasti laki-laki itu lelah--ditambah harus mengurusinya yang demam kemarin.
Kiara berjalan ke lemari pakaian memilih yang akan ia kenakan hari ini untuk ke kantor sebelum membawanya masuk ke dalam kamar mandi--membersihkan diri karena seharian kemarin dia hanya berbaring di tempat tidur.
Selesai mandi dan berganti pakaian, gadis itu duduk di depan meja rias memperhatikan wajahnya yang masih sedikit pucat dan mulai membubuhkan make up untuk menutupi wajah pucatnya. Tapi kegiatannya di interupsi oleh kekasihnya yang sekarang memperhatikannya dari atas tempat tidur dengan posisi setengah berbaring, kepalanya bersandar di headboard tempat tidur.
"Mau kemana?", tanya laki-laki itu dengan suara yang masih mengantuk.
"Bekerja, tentu saja."
"Jangan bekerja dulu, kau masih sakit."
"Tidak, aku sudah baik-baik saja oppa."
"Kau tidak bisa membohongiku. Kau masih pucat dan aku bisa melihatnya dengan jelas walaupun kau menutupi wajahmu dengan riasan."
"Ani--"
"Jangan keras kepala sayang. Ganti kembali pakaianmu. Aku tidak menerima penolakan karena aku tidak ingin mendengar kekasihku tidak sadarkan diri di kantor.", potong Jin tegas.
Jin seperti itu semata-mata hanya khawatir terjadi sesuatu kalau Kiara memaksakan diri untuk bekerja. Dia tahu betul bahwa kekasihnya belum sepenuhnya sehat, terbukti dengan wajah pucat yang bisa Jin lihat dengan jelas meskipun gadis itu memakai riasan.
"Oppa, aku baik-baik saja. Sungguh."
Jin tidak menjawab tapi laki-laki itu turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Kiara dan langsung menempelkan punggung tangannya di kening Kiara.
"Kau masih demam, sayang. Kali ini menurut padaku. Ganti kembali pakaianmu. Aku tidak ingin mengambil resiko.", ucap Jin lembut. Kening Kiara masih terasa hangat di punggung tangannya meskipun tidak separah kemarin.
Gadis itu masih demam, dan Jin tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkannya berangkat ke kantor.
"Aku akan ke dapur membuat sarapan. Tolong dengarkan aku dan ganti kembali pakaianmu.", kata laki-laki itu lagi--mengecup kening Kiara sekilas dan berlalu--membiarkan Kiara mengganti pakaiannya.
Kiara tidak punya pilihan selain menuruti kekasihnya, daripada laki-laki itu marah padanya.
***
Setelah sarapan dan meminum obat karena kepalanya kembali terasa pusing--kekasihnya benar--mereka mengobrol di ruang tengah karena Kiara tidak ingin terus-terusan berbaring di kamar. Gadis itu bosan.
Jadilah sekarang mereka duduk di sofa ruang tengah, sebenernya hanya Jin yang duduk karena laki-laki merelakan pahanya menjadi bantalan dan menyuruh gadisnya untuk berbaring. Kiara tidak mau awalnya, tapi Jin memaksa. Dia menginginkan gadisnya berbaring untuk meredakan sakit kepalanya.
Kiara memejamkan matanya di pangkuan Jin, sedangkan kekasihnya itu sibuk mengabari teman-temannya kalau hari ini dia belum bisa kembali karena Kiara masih sakit--di grup chat.
Jungkook yang biasanya tidak pernah membalas pesan hyungdeulnya, mendadak jadi orang pertama yang merespon. Dia khawatir dengan keadaan noonanya. Bahkan Jungkook bilang kalau dia akan segera ke apartemen Kiara saat itu juga, tapi Jin buru-buru melarangnya. Dia tidak ingin istirahat Kiara diganggu dengan kedatangan bocah itu.
Hyungdeulnya yang lain pun ikut melarang Jungkook untuk datang, jadi bocah itu tidak bisa protes karena semua hyungnya melarang. Dia mengerti Kiara noona butuh istirahat lebih banyak.
Sambil membalas pesan teman-temannya, Jin juga memperhatikan kekasihnya yang berada di pangkuannya dengan mata terpejam. Sesekali tangannya mengelus lembut surai Kiara.
"Masih pusing?", tanyanya lembut, tahu kalau gadisnya belum terlelap.
Kiara hanya mengangguk.
"Bagaimana tadi kalau kau berangkat ke kantor?"
Mata gadis itu terbuka, "Maaf tidak menuruti perkataanmu sebelumnya.", Kiara menyesal.
"Tidak apa, sayang. Aku tahu pekerjaanmu banyak, tapi kesehatanmu juga penting."
Dan disaat yang sama ponsel Jin berdering.
"Ibu.", katanya memberitahu Kiara setelah melihat layar ponselnya.
Kiara mengangguk, mempersilahkan Jin untuk menjawab panggilan itu. Gadis itu bangkit dan mendudukkan dirinya di samping kekasihnya.
Jin menjawabnya dan mengaktifkan mode speaker.
"Ehm, eomma?"
"Aigoo, anakku kemana saja? Baru kembali dari luar negeri tapi tidak menghubungi ibumu?"
"Kau belum menghubungi ibumu?", Kiara bertanya tanpa suara. Jin hanya menjawab dengan cengirannya.
"Maafkan aku eomma, Kiara demam dari kemarin dan aku menemaninya sekarang."
"Mwo? Calon menantuku sakit dan kau tidak bilang padaku?", Jin tersenyum menggoda pada Kiara yang tersipu setelah mendengar ucapan ibunya.
"Iya maaf juga tidak memberitahumu, aku panik kemarin. Tapi sekarang dia sudah lebih baik, hanya perlu istirahat lebih lama."
"Eomma akan ke Seoul."
"Apa???", sahut Jin dan Kiara bersamaan.
"Kiara? Bagaimana keadaanmu?"
"Annyeong haseyo eommonim, aku sudah lebih baik saat ini berkat Jin oppa yang merawatku dengan baik. Maaf sudah merepotkan anakmu untuk merawat diriku."
"Tidak apa-apa sayang, Seokjin memang harus merawatmu kalau kau sakit. Jangan sungkan untuk meminta bantuannya."
"Lihat, ibuku lebih menyayangimu daripada anaknya sendiri.", kali ini Jin yang berbisik tanpa suara. Kiara hanya bisa tersenyum.
"Aku akan datang ke apartemenmu hari ini.", kata eommonim lagi.
"Tidak apa eommonim, aku tidak ingin merepotkanmu."
"Tidak, tidak merepotkan. Aku memang berniat untuk ke Seoul mengunjungi Seokjin hari ini, itu sebabnya aku menghubunginya. Tapi karena kau sakit dan Seokjin juga ada di apartemenmu, aku akan kesana. Aku akan datang sebelum makan siang dan membawakan kalian makanan."
"Tidak perlu repot-repot eommonim."
"Aku sudah bilang tidak merepotkan, sayang. Baiklah kalau begitu, kau bisa kembali istirahat. Sampai bertemu di sana, eum?"
"Ne, eommonim."
"Seokjin-ah, jaga calon menantuku dengan baik. Mengerti?"
"Ne, eomma. Hati-hati di jalan."
"Eoh."
Panggilan itu berakhir.
"Calon menantu, ehm?", tanya Jin menggoda.
"Hentikan, oppa.", Kiara tersipu.
Melihat kekasihnya yang tersipu Jin semakin senang dan menggodanya dengan senyuman. Kemudian terbahak saat wajah kekasihnya merah padam.
"Lucunya...", kata Jin mengusak kepala Kiara pelan.
"Sini berbaring kembali.", katanya lagi.
"Tidak mau."
"Sakit kepalamu bisa datang lagi. Menurut pada calon suamimu."
"Ya!", teriak gadis itu tapi kemudian dia menurut dan kembali berbaring karena benar saja, sakit kepalanya datang lagi. Jin yang melihatnya hanya terkikik gemas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Kim Seok Jin [Completed]
Fanfiction[An Amateur] Apa yang akan kau lakukan bila memiliki kesempatan bertemu biasmu? Kiara, gadis beruntung yang memiliki kesempatan bertemu dengan biasnya secara langsung bahkan sesuatu yang tidak dia sangka terjadi.